Paul terbengong sejenak. Dia melihat sosok Lisa yang tidak berbicara sama sekali. “Lisa, apa benar semua ini ulahmu?”Raut wajah Paul menjadi muram. Dia masih tidak berbicara.Delon sungguh emosi saat ini, tapi dia tidak bisa melampiaskannya. Dengan terpaksa, dia menendang rak di sampingnya hingga pajangan di dalamnya bergetar, lalu jatuh ke lantai. “Inilah putri yang kamu didik. Tak disangka dia hebat sekali.”“Delon, jangan bicara lagi.”“Kamu mulai pilih kasih lagi?” Delon tersenyum, lalu menekan-nekan gigi geraham dengan lidahnya. “Demi putri kesayanganmu, kalian rela keluar uang banyak untuk sekolahkan dia di sekolah konglomerat. Tapi apa yang dia pelajari? Oh nggak, dia belajar gimana cara untuk menyogok. Dia lebih pintar daripada aku.”Raut wajah Paul berubah muram. Dia tidak berbicara. Namun pada saat ini, tetiba Lisa berlari keluar.“Lisa!” Setelah matahari terbenam, langit semakin gelap lagi. Lisa berjalan di trotoar diterangi dengan cahaya lampu jalan dan toko di tepi jalan
Lisa segera berlari keluar kelas. Dia langsung bersembunyi di dalam bilik toilet. Tanpa menunda waktu, Lisa membuka ponsel dengan tangan gemetar. Semua netizen sedang mengomentarinya dengan kasar, mengatakan dirinya tidak memiliki hati nurani.Semua orang yang ingin mengikuti akun Lisa adalah penggemar Cahya. Ketika membaca caci makian kasar itu, kedua kaki Lisa spontan menjadi lemah. Dia langsung duduk di atas kloset.Dia membuka berita dunia hiburan, semuanya berisi video yang direkamnya semalam. Tak disangka video itu sudah disebarluaskan hingga tahap seperti ini. Kali ini masalah benar-benar menjadi serius.Saat ini, Keluarga Chaniago sudah mengutus anggota untuk mencabut berita. Sayangnya, foto anak sudah tersebar luas ke mana-mana.Meskipun berita telah dicabut, tidak dapat dijamin bahwa bahan pembicaraan ini akan berhenti sampai di situ.Grace sedang bersandar di dalam pelukan Ester. Dia mengambil sisir, menyisir rambut si kecil. Berhubung Grace masih kecil, dia tidak tahu apa y
Jessie memiliki apa pun dari kecil. Tentu saja dia tidak dapat memahami, ketika seseorang mendapatkan sesuatu tanpa harus berusaha, mereka akan berpikir bahwa hal-hal berharga seringkali bisa didapati dengan gampangnya.Semuanya seperti yang dikhawatirkan Claire sebelumnya. Dia menopang keningnya. “Aku akan mengatasi masalahnya.”Cherry menghela napas, lalu mencondongkan tubuhnya melihat Claire. “Lebih baik kamu nggak usah tunjukin diri. Suruh guru atau ayahnya saja yang nasehati dia. Bagaimanapun, Jessie sangat menyukai temannya yang satu ini. Nggak bagus kalau kamu turun tangan sendiri.”Claire memandang ke atas meja. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Di sekolah swasta.Lisa menarik Jessie ke lantai teratas dengan buru-buru. Dia mengamati sekeliling dengan gugup. Jessie ikut memalingkan kepala dan melihat. Dia mengamati Lisa dengan bingung. “Lisa, kamu lagi sembunyi dari siapa?”Jessie masih belum membaca berita. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Terlebih, berita sudah dicabut
Jessie mengangkat kepalanya. “Tapi ….”“Jessie, kesalahannya harus ditanggung oleh dirinya sendiri. Kamu sudah membantunya berkali-kali, apa kamu bisa membantunya seumur hidup?” Claire menyimpan ponselnya. “Apa dia yang suruh kamu untuk cari Ibu?”“Bukan ….” Jessie tidak pintar dalam berbohong. Telinganya akan memanas ketika berbohong.Kening Claire berkerut. “Teman yang sejati nggak akan memilih untuk memanfaatkanmu.”Jessie langsung berlari ke lantai atas. Dia menutup pintu kamar, lalu berbaring telungkup ke atas ranjang dengan raut kecewa. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Lisa akan membohonginya. Apa sebenarnya dia hanya takut disalahkan saja?Entah sejak kapan Jerry berdiri di depan pintu. “Dasar bodoh! Apa kamu tidak merasa Lisa sudah berubah?”Jessie duduk, lalu melirik Jerry. “Nggak mungkin, mana mungkin Lisa akan berubah?”Jerry melipat kedua tangannya berjalan mendekatinya. “Semua orang akan berubah. Dia memang adalah Lisa, tapi dia sudah bukan Lisa yang dulu lagi.”Jessie ti
Setelah kembali ke ruang kelas, Jessie mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Lisa. Dia ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Namun ketika pesan dikirim, baru diketahui ternyata nomornya sudah diblokir.Di sisi lain, Lisa yang memblokir Jessie tidak sadar bahwa dirinya telah melakukan kesalahan. Lagi pula, nantinya Jessie pasti akan mencari Lisa untuk menjelaskan semua ini. Dia memblokir Jessie juga demi membuat Jessie merasa terancam saja.Jessie sangat menghargai pertemanan ini. Sekarang dia pasti sangat sedih, ‘kan? Lisa hanya perlu menunggu Jessie datang untuk mengajak berbaikan saja.Lisa menghapus komentar-komentar kasar di akunnya, lalu mengunggah postingan terbaru.Beberapa hari kemudian, saat selesai pelajaran olahraga, Jessie pun pergi ke perpustakaan. Suasana hatinya masih terasa buruk lantaran diblokir oleh Lisa. Dia hanya bisa melampiaskan emosinya dengan membaca buku saja.Jessie mencari buku di depan rak. Samar-samar terdengar suara seseorang. “Kenapa beberapa h
Sore harinya setelah pulang sekolah, Lisa berdiri di depan gerbang sekolah. Sepertinya dia sengaja menunggu Jessie mencarinya. Dia sudah berpikir sebelumnya. Seandainya Jessie mengajaknya bicara, Lisa pun akan memaafkan Jessie. Dengan begitu, lain kali dia akan takut untuk kehilangan temannya yang satu ini.Jessie berjalan keluar sekolah. Dia dapat melihat Lisa sedang berdiri di depan gerbang sana. Langkah kakinya langsung berhenti.Lisa melirik Jessie sekilas, berlagak tidak meladeninya.Lisa membatin, ‘Dia pasti akan cari aku.’Namun pada saat ini, tetiba muncul sekelompok orang. “Dia orangnya!”Mereka berjalan ke sisi Jessie. Belum sempat Jessie merespons, dia pun didorong hingga jatuh ke lantai. Lisa pun terbengong. Saat dia hendak menghampiri Jessie, sekelompok wanita yang mengenakan masker memotret sembari memaki, “Pengkhianat!”“Padahal Cahya baik banget sama kamu, kamu malah bocorin rahasianya!”“Apa ayahmu tahu kamu melakukan hal rendahan ini?”Jessie tidak mengerti apa yang t
Javier dan Steven hanya fokus dengan makanan mereka. Mereka tidak berani berbicara sama sekali.Claire langsung naik ke lantai atas.Steven pun memelototi Javier. “Apa kamu sudah dengar ucapan istrimu? Kelak jangan terlalu memanjakan Jessie.”Javier menjawab dengan acuh tak acuh, “Seolah-olah kamu tidak memanjakannya saja.”Steven mencemberutkan bibirnya. Siapa suruh Jessie adalah cucunya? Lagi pula, keluarga mereka juga tidak kekurangan apa pun. Jadi tidak ada salahnya Steven memberikan apa pun yang ingin dia berikan kepada cucu-cucunya.Jujur saja, Jessie memang tumbuh dengan dilindungi banyak orang. Boleh dikatakan bahwa dia bagai bunga yang ditanam dengan perlindungan ketat saja. Begitu meninggalkan perlindungan mereka, Jessie pasti tidak bisa hidup mandiri.Jessie tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan yang lain lantaran dirinya terlalu lugu. Seandainya tidak ada Jerry yang menjaga Jessie di rumah, sepertinya dia sudah dibohongi oleh banyak orang.Hanya saja, semoga dari ma
Jessie berdiri di depan pintu sembari mengetuk pintu rumah. Orang yang membuka pintu adalah Paul.Jessie bertanya dengan tersenyum, “Paman, apa Lisa di rumah?”Kata Paul, Lisa sedang ke bawah untuk membeli sesuatu. Paul ingin mengundang Jessie masuk ke rumah untuk menunggunya sejenak. Jessie pun menolak. “Nggak apa-apa. Besok aku akan cari dia lagi.”Jessie langsung meninggalkan tempat.Baru saja Jessie hendak menduduki mobil, Lisa pun membelok berjalan kembali ke rumah. Mobil melintasi sisi Lisa. Pada akhirnya, Jessie tidak bertemu dengan Lisa.Saat Lisa memasuki rumah, Paul mengatakan masalah Jessie ke rumah.Lisa pun terbengong. “Dia datang cari aku?”Sebenarnya Lisa merasa bersalah. Dia bahkan tidak berani bertemu dengan Jessie. Lisa sendiri juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Sekarang Jerry pasti sangat membencinya. Apa Jessie akan memaafkannya?Keesokan harinya.Lisa berjalan ke atas tangga, lalu berjalan ke dalam kelas.Semalam Lisa tidak tidur dengan nyenyak. Jujur saja, di
Javier meletakkan majalahnya, lalu melihat Jennie yang sedang menangis di dalam keranjang bayi. Tidak terlihat ekspresi gusar di wajahnya. “Dasar bocah cilik, sepertinya kamu lagi permainkan aku?”Steven sedang berjalan menuruni tangga sembari memegang botol termos. “Dalam soal menjaga anak, kamu bahkan kalah daripada kakekmu.”Setidaknya Berwin bisa membujuk si kecil hingga tidak menangis lagi.Javier menggendong Jennie. “Bukannya kamu juga tidak bisa membujuk Jennie? Kita itu sebelas dua belas.”Steven merasa kesal dan tidak berbicara lagi.Saat ini, Jennie masih saja menangis. Suara tangisnya malah semakin kencang lagi.Javier memegang popok Jennie. Sepertinya dia telah buang air besar. Javier pun menyuruh pelayan untuk menggantikan popok Jennie. “Memang sudah saatnya ayahnya pulang.”Steven sedang minum air. Dia pun tertawa. “Siapa suruh kamu tidak ikut serta dalam tumbuh kembang ketiga anak kembarmu? Rasakan!”Tiba-tiba Steven kepikiran sesuatu, dia langsung duduk di sofa. “Entah
“Memang ada kabar bagus.” Jerremy berhenti di samping Dacia, lalu melihat ke sisi Jules dan Jessie. “Setidaknya hasilnya bagus.”Jules merangkul Jessie dan tersenyum. “Untung saja ada bantuan Kak Jerry.”Pelayan sudah mempersiapkan makan siang. Mereka berempat makan di depan meja makan. Tidak lupa juga mereka mengeluarkan alkohol untuk merayakannya. Hanya saja, Jessie hanya diperbolehkan untuk minum jus saja.Dacia menggoyangkan gelas alkohol di tangannya sembari berkata, “Akhirnya masalah Keluarga Taylor sudah diatasi. Aku nggak menyangka ada begitu banyak menteri yang dimakzulkan. Sepertinya akan ada perombakan besar-besaran?”Akhir dari Keluarga Taylor sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa diubah lagi. Para menteri yang membantu Keluarga Taylor dalam tindak kejahatan juga tidak akan mendapatkan akhir yang lebih baik.Bukan hanya kekayaan yang mereka gelapkan saja disita, mereka juga kehilangan kesempatan untuk kembali menjabat.Hal itu setara dengan larangan seumur hidup untuk ter
Risella tertegun sejenak. “Apa yang kamu inginkan ….”Jules tersenyum, lalu berkata dengan datar, “Kalau begitu, kamu harus mengorbankan kebebasan seumur hidup suamimu untuk menukar kebebasan beberapa tahun putrimu.”Raut wajah pengurus rumah berubah. Dia tidak berani bersuara. Ekspresinya tidak sengaja dipergoki oleh Jules.Risella menurunkan kelopak matanya. Dia kelihatan sangat sedih dan juga galau.Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Jessie sedang menunggu di dalam mobil. Raut wajahnya sudah tidak sepucat sebelumnya. “Kak Jules, bagaimana kondisi di atas?”Jules memeluk Jessie. “Tidak apa-apa. Bagaimana kondisimu?”“Aku sudah baikan.”Hanya saja, Jessie masih merasa mual ketika kepikiran gambaran mengenaskan tadi.Jules menunduk untuk mencium kening Jessie. “Kita pulang dulu.”Jessie mengangguk. Kebetulan dia sudah merasa ngantuk.Setelah kembali ke Vila Laguna, Jules menggendong Jessie ke lantai atas, lalu memasuki kamar dan membaringkan Jessie ke atas ranjang.Pe
Anjing Tibet Mastiff yang satu lagi juga sudah dipukul hingga tidak bernyawa lagi.Sementara, kedua pria yang digigit itu kelihatan berlumuran darah dan terkapar lemas di atas lantai.Ketika Jules melihat Jessie yang bersembunyi di dalam kandang, tatapannya menjadi tegang. “Jessie!”Jessie membuka pintu kandang besi dengan raut pucat. Dia berjalan keluar kandang dengan lemas. Jules bergegas maju untuk memeluknya, lalu mencium keningnya. “Apa kamu baik-baik saja?”Jessie menggeleng dan tidak berbicara. Kelihatan sekali dia ketakutan ketika melihat gambaran kedua pria digigit anjing tadi. Dia hanya bersandar lemas di dalam pelukan Jules saja.Sissae menutup wajahnya yang terluka akibat digigit itu sembari menangis histeris. Namun, dia masih tidak melupakan dendamnya. “Jessie, dasar wanita jalang! Beraninya kamu permainkan aku! Aku nggak akan lepaskan kalian. Aku mau bunuh kalian! Ahh!”Kebetulan polisi dan tim medis telah tiba. Mereka pun kedengaran ucapan Sissae tadi.Tim medis langsung
Tiba-tiba anjing Mastiff Tibet menabrak kandang. Suara keras itu mengejutkan Jessie hingga melangkah mundur dan menabrak pria di belakangnya. Si pria spontan memeluk Jessie. “Kamu tenang saja. Aku tidak akan melukai anak di dalam kandunganmu.”Tatapan Jessie kelihatan dingin. Dia juga merasa risi, berusaha untuk tetap bersikap tenang. “Sebentar, begini kurang seru.”Mereka bertiga tertegun sejenak. “Lho, kamu ingin yang seru?”Jessie membalikkan tubuhnya untuk melihat mereka. Dia mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Jangan-jangan Nona Sissae nggak ingin lihat langsung? Kalau ada dia, aku baru bisa lebih santai.”Ketiga pria sungguh tidak menduga Jessie akan berkata seperti itu. Lagi pula, Jessie datang sendirian, dia tidak akan bisa melarikan diri lagi. Dia pun mengutus seorang pria untuk melapor.Jessie menyandarkan tangannya di pundak salah satu pria, lalu berkata dengan nada genit, “Apa dua ekor anjing yang kalian kurung ini akan merusak suasana hati kita?”Si pria mengendu
“Jessie ….”“Kak Jules, kamu juga mesti jaga dirimu.” Jessie mengusap wajah Jules. “Janji sama aku.”Setelah terdiam beberapa saat, Jules menggenggam punggung tangan Jessie, lalu berkata dengan suara rendah dan seraknya, “Oke, aku janji sama kamu.”Jessie memeluknya. “Aku juga janji sama kamu.”…Sissae sedang duduk di bangku sembari memainkan ponselnya. Tidak lama kemudian, dia menerima panggilan dari Jessie. Panggilan diangkat. Mode speaker diaktifkan. “Bagaimana? Apa kamu sudah selesai berpikir?”Jessie membalas, “Iya, aku sudah selesai berpikir. Bukannya kamu ingin menentangku? Aku akan terima tantanganmu.”Miya yang mulutnya ditempel selotip pun menggeleng sembari menangis. Namun, dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata.Sissae pun tertawa. “Jangan-jangan kamu bakal bawa anggota kemari? Tapi semua itu juga bukan masalah. Asalkan kamu berani bawa ….” Sissae mengarahkan ponsel ke sisi kandang. Jessie dapat mendengar jelas suara gonggong anjing. “Aku akan kurung dia di dalam. Anjing Ma
Sissae tersenyum tipis. Tatapannya kelihatan tajam. “Kamu itu pelayan pribadi Jessie, ‘kan? Waktu itu, aku lihat kamu sangat perhatian sama dia. Tapi entah dia peduli sama hidup matinya kamu atau nggak.”Akhirnya Miya tahu maksud ucapan Sissae. Pikirannya seketika menjadi hampa. Rasa takut memenuhi pikirannya.Pada saat yang sama, baru saja Jessie berbaring di atas ranjang, dia pun dibangunkan oleh suara dering ponselnya.Jessie mengambil ponselnya. Ketika melihat ada panggilan masuk dari Miya, dia membangkitkan tubuhnya dengan perlahan, lalu mengangkat panggilan, “Halo, ada apa, Miya?”“Kamu nggak akan bisa menemukan Miya lagi. Kamu pasti nggak menyangka dia akan ada di tanganku, ‘kan?”Suara di ujung telepon bukan suara Miya, tetapi terdengar sangat familier bagi Jessie. Tiba-tiba Jessie kepikiran seseorang. “Kamu … Sissae?”“Iya, aku. Aku sudah bilang sebelumnya, aku pasti akan buat kalian menyesal. Kamu itu Jessie, ‘kan? Sekarang pelayanmu ada di tanganku. Kalau kamu peduli dengan
Di sisi lain, di Kediaman Menteri Dalam Negeri.Berhubung suaminya sedang diperiksa dan dihadapkan dengan hukuman penjara, istrinya sudah membeli tiket pesawat untuk terbang menuju Negara Fenderi. Dia berencana membawa putrinya untuk pergi bersembunyi ke luar negeri.Baru saja ibu dan anak itu keluar rumah, ada belasan mobil sedang berhenti di depan halaman. Raut wajah si wanita langsung berubah.Tidak lama kemudian, tampak beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan menuruni mobil. “Nyonya, maaf, sepertinya kalian tidak bisa meninggalkan tempat ini.”Di dalam mobil, Jules yang sedang di perjalanan menerima panggilan dari pengawal. Ujung bibirnya melengkung ke atas. “Bagus! Selanjutnya saatnya membalikkan situasi.”Setelah panggilan diakhiri, pengawal yang duduk di bangku pengemudi juga menerima panggilan. Dia melaporkan kepada Jules dengan tersenyum, “Yang Mulia, Derrick sudah siuman!”“Ke rumah sakit!”Mobil langsung memutar arah melaju ke rumah sakit.Di dalam kamar pasien, Derrick
“Selain Menteri Dalam Negeri yang bersedia menanggung kesalahan, yang lain terus menyangkal, tidak bersedia untuk mengakui perbuatan mereka. Sepertinya Reyhan punya pegangan.”Jules menyipitkan matanya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sepertinya kita hanya bisa mencari celah dari Menteri Dalam Negeri.”Sebab, Menteri Dalam Negeri adalah satu-satunya orang yang bersedia mengakui kesalahannya. Seharusnya ada aibnya di tangan Reyhan.Benn menepuk-nepuk pundak Reyhan. “Masih ada waktu tiga hari lagi. Semangat!”Usai berbicara, Benn membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.Jules berjalan ke luar ruang tahanan Menteri Dalam Negeri. Pria paruh baya yang duduk di dalam kelihatan sangat putus asa. Kelihatan sekali tidaklah enak untuk hidup dengan kehilangan kebebasan.Ketika melihat kedatangan Jules, dia tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara.“Apa kamu benar-benar bersedia untuk memikul semua kesalahan ini?”Menteri Dalam Negeri menggertakkan giginya. “Aku tid