Javier dan Steven hanya fokus dengan makanan mereka. Mereka tidak berani berbicara sama sekali.Claire langsung naik ke lantai atas.Steven pun memelototi Javier. “Apa kamu sudah dengar ucapan istrimu? Kelak jangan terlalu memanjakan Jessie.”Javier menjawab dengan acuh tak acuh, “Seolah-olah kamu tidak memanjakannya saja.”Steven mencemberutkan bibirnya. Siapa suruh Jessie adalah cucunya? Lagi pula, keluarga mereka juga tidak kekurangan apa pun. Jadi tidak ada salahnya Steven memberikan apa pun yang ingin dia berikan kepada cucu-cucunya.Jujur saja, Jessie memang tumbuh dengan dilindungi banyak orang. Boleh dikatakan bahwa dia bagai bunga yang ditanam dengan perlindungan ketat saja. Begitu meninggalkan perlindungan mereka, Jessie pasti tidak bisa hidup mandiri.Jessie tidak tahu bagaimana cara berinteraksi dengan yang lain lantaran dirinya terlalu lugu. Seandainya tidak ada Jerry yang menjaga Jessie di rumah, sepertinya dia sudah dibohongi oleh banyak orang.Hanya saja, semoga dari ma
Jessie berdiri di depan pintu sembari mengetuk pintu rumah. Orang yang membuka pintu adalah Paul.Jessie bertanya dengan tersenyum, “Paman, apa Lisa di rumah?”Kata Paul, Lisa sedang ke bawah untuk membeli sesuatu. Paul ingin mengundang Jessie masuk ke rumah untuk menunggunya sejenak. Jessie pun menolak. “Nggak apa-apa. Besok aku akan cari dia lagi.”Jessie langsung meninggalkan tempat.Baru saja Jessie hendak menduduki mobil, Lisa pun membelok berjalan kembali ke rumah. Mobil melintasi sisi Lisa. Pada akhirnya, Jessie tidak bertemu dengan Lisa.Saat Lisa memasuki rumah, Paul mengatakan masalah Jessie ke rumah.Lisa pun terbengong. “Dia datang cari aku?”Sebenarnya Lisa merasa bersalah. Dia bahkan tidak berani bertemu dengan Jessie. Lisa sendiri juga tidak tahu apa yang telah terjadi. Sekarang Jerry pasti sangat membencinya. Apa Jessie akan memaafkannya?Keesokan harinya.Lisa berjalan ke atas tangga, lalu berjalan ke dalam kelas.Semalam Lisa tidak tidur dengan nyenyak. Jujur saja, di
Namun sebenarnya Jessie tidak pernah menganggap Lisa sebagai pengikutnya. Kenapa dia bisa merasa dirinya mirip seorang pengikut? Semua itu pasti karena Lisa terlalu tidak percaya diri.Jadi, Jessie baru memberikan hadiah mahal kepada Lisa. Semua yang dimiliki Jessie akan diberikan kepada Lisa. Dia berharap Lisa tidak meremehkan dirinya sendiri. Dia juga bisa menjadi tuan putri.Hingga suatu hari, pada saat pelajaran senam, Jessie pergi mengganti pakaian olahraga. Dia mendengar ada yang berkata, ‘Apa Jessie itu bodoh? Dia royal banget sama Lisa? Sepertinya dia nggak tahu Lisa jelek-jelekin dia di belakang?’‘Dia kan memang gadis bodoh yang suka hambur-hamburin uang. Padahal keluarganya kaya sekali, dia malah pergi menjilat Lisa yang miskin itu. Pantas saja Lisa nggak menganggapnya.’Jessie merasa sangat sedih. Dia tidak tahu kesalahan apa yang dia perbuat. Dia hanya ingin mendapat pengakuan dari temannya saja. Namun, padahal Jessie mengetahui semuanya, dia hanya bisa berlagak tidak meng
Jessie terbengong sejenak. Jujur saja, Yura sudah tahu masalah pamer barang di akun sosial media Lisa. Seandainya dia benar-benar ingin mempermainkan Lisa, dia pasti sudah mengeksposnya sejak dulu.“Tapi … tapi bukannya kamu sangat membenci Lisa?” Seandainya bukan karena benci, kenapa dia selalu menindas Lisa?Yura tersenyum. “Kamu memang sangat lugu. Kenapa aku bisa membencinya? Apa kamu nggak mengerti sampai sekarang?”Yura membenci Lisa karena dia adalah wanita bermuka dua. Dia bahkan mengatakan barang mewah pemberian temannya sendiri adalah miliknya.Miskin bukanlah alasan. Siapa suruh Lisa serakah dan bermuka dua.Dengan mengandalkan fotonya sebagai selebgram, Lisa pun memiliki banyak penggemar. Dia mulai memiliki sedikit ketenaran di sosial media. Hanya saja, dia malah berlagak miskin dan malang di hadapan Jessie, menunggu “sedekah” dari Jessie. Yura paling tidak menyukai orang seperti ini.Terlebih, ada banyak murid yang berasal dari latar keluarga tidak bagus yang bersekolah di
Namun setelah kepergian Jules, hubungan Jessie dengan Lisa juga tidak seperti dahulu kala.Hiro menatap Jessie. Wajahnya kelihatan pucat dan kecewa. Namun, dia masih memaksakan diri untuk tersenyum.Hiro tersenyum sejenak, lalu berbisik, “Tidak apa-apa, jalan hidup masih sangat panjang. Pasti kamu akan menemukan teman yang lebih baik lagi.” Hiro terdiam sejenak, lalu menambahkan, “Selamanya aku akan menjadi pelindung terkuatmu.”Jessie tertegun sejenak, lalu menggigit bibirnya. “Terima kasih, Kak Hiro.”Senyuman Hiro terlihat tipis. “Kamu nggak usah sungkan sama aku.”Setelah mengobrol beberapa saat dengan Hiro, suasana hatinya baru membaik. Setelah meninggalkan tempat, Jessie tersenyum, lalu berpamitan dengan melambaikan tangan. Hingga bayangan kecil menghilang dari bayangannya, senyuman di wajah Hiro baru menghilang.Hiro mengeluarkan ponsel untuk membaca pesan, lalu membalas. [ Jangan izinkan sekolah mana pun menerima Lisa. ]Sejak melihat Jessie berlari keluar perpustakaan dengan
Widya menatap Melia dengan bingung. “Apa kamu bantu aku pesan makanan?”Melia meliriknya. “Aku masih belum pesan.”Widya mengambil pesanan. Makanan yang dipesan lumayan banyak. Dia menyadari ada selembar memo di bawah kotak. Di atasnya tertera kalimat:[ Baru sembuh, makan yang bernutrisi. Aku tidak tahu kamu suka makan apa, tapi makanan restoran ini seharusnya enak-enak. ]Melia mendekati Widya, lalu membaca memo di tangannya. “Lumayan juga.”Widya menepisnya, lalu meremas memo di tangannya. “Lumayan apaan? Bukannya wajar diberi perhatian dari rekan kerja?”Saat Hendri baru bekerja di perusahaan, dia memperlakukan wanita dengan sangat sungkan. Jadi, dia tidak merasa Hendri sedang melakukan perlakuan istimewa terhadapnya.Seandainya yang berbaring di rumah sakit adalah orang lain, Hendri juga akan melakukan hal yang sama.….Keesokan harinya, Widya kembali bekerja. Claire tahu kabar Widya sakit. Saat menunggu lift, Claire kebetulan bertemu dengan Widya. “Apa kamu sudah sehat? Kenapa ka
“Hendri, beberapa tahun ini kamu cukup sukses juga, ya. Setelah sukses, kamu malah melupakan kawan-kawanmu.” Si lelaki mengenakan kalung emas merapikan kerah pakaian Hendri sembari tersenyum lebar. Sepertinya ada makna tersirat di balik ucapannya.Hendri melepaskan tangannya, lalu tersenyum. “Kamu juga kelihatan baik. Kita sebelas dua belas, lah.”Si lelaki mengeluarkan sekotak rokok. “Kami tidak bisa dibandingkan sama kamu. Jelas-jelas kita sama-sama masuk penjara. Sekarang, kamu malah sukses sekali.”Si lelaki menyerahkan sebatang rokok kepada Hendri.Hendri tidak menerimanya. “Aku tidak merokok lagi.”Si lelaki menggantungkan rokok di mulut, lalu menyalakannya. “Sekarang tidak mau rokok merek biasa?”Hendri menunduk sembari tersenyum. “Aku benar-benar sudah tidak merokok lagi, bukan tidak suka merek rokok itu.” Hendri menunduk melirik jam tangannya. “Waktu sudah tidak pagi lagi. Aku mesti berterima kasih kepada kalian sudah mengantarku pulang.”Si lelaki dengan gelang emas meletakka
Hanya ingin mendapatkan keuntungan dengan melakukan hal kriminal. Mereka melakukan semua itu hanya demi uang.Hendri tertegun sejenak.Jujur saja, Hendri juga merasa syok. Jelas-jelas Widya sudah mendengar semuanya, tetapi dia malah tidak menanyakan hubungannya dengan kedua lelaki itu, dia bahkan tidak mengubah pemikirannya terhadap Hendri, malah membujuk Hendri untuk jangan masuk jebakan orang itu.“Kamu ….” Pandangannya tertuju pada mini market di seberang. “Kamu mau minum apa?”Widya terbengong sejenak. “Apa pun boleh.”Hendri berjalan ke mini market, lalu membeli dua kaleng jus buah. Mereka berdua duduk di atas bangku panjang. Mobil di jalan tak berhenti melintas. Ada dua orang yang sedang menikmati satai di depan sana. Hendri tidak berbicara. Alhasil, Widya merasa sangat canggung, tapi dia tidak tahu bagaimana untuk bersuara. Dia pun terpaksa memaksakan dirinya. “Apa hubungan kamu dengan mereka sangat bagus?”Namun setelah bertanya, Widya pun menyesal. Seharusnya Hendri tidak aka