Apalagi di saat makan malam, Melia tidak berinisiatif untuk mengobrol dengan Javier. Jelas sekali dia tidak bermaksud untuk menggaet Javier.Melia meletakkan hadiah yang dibawanya ke atas meja, lalu berkata dengan tersenyum, “Demi mengutarakan rasa terima kasihku, aku harap Nyonya Claire bisa menerima hadiah ini.”Dari kotaknya saja dapat diketahui betapa mahalnya hadiah pemberian Melia.Claire menyipitkan matanya. Dia masih tidak mengerti. “Nona Melia terlalu sungkan. Bukankah kalian sudah mentraktir kami waktu itu? Sepertinya nggak seharusnya aku menerima hadiah dari Nona Melia lagi.”Ada dua makna dari memberi hadiah. Satunya adalah untuk mengutarakan rasa terima kasih, sedangkan satunya lagi adalah untuk menjalin hubungan baik. Sepertinya Melia bukan datang untuk mengutarakan rasa terima kasihnya, lebih ingin menjalin hubungan baik. Hanya saja, Melia tidak menunjukkan maksudnya dengan jelas.Ketika menyadari Claire tidak berencana untuk menerima hadiah, semuanya juga berada di dala
Javier merangkul pinggang Claire, lalu mendekatinya. “Memangnya bukan?”Claire tertegun sejenak, lalu tersenyum lebar. “Oh ya?”Javier menunduk, lalu mengecup pipinya, kemudian beralih ke ujung bibirnya. “Memang iya.”Claire mendorong Javier dengan perlahan. Dia mengangkat kepalanya, lalu menatap wajah tampan yang berada di dekatnya. “Semua itu juga karena kamu tahu aku nggak bakal mengajukan permintaan yang nggak masuk akal.”Jika ingin seorang lelaki menuruti ucapan wanitanya, tidak ada gunanya untuk membuat onar. Tidak dipungkiri, terkadang membuat onar bisa mendekatkan hubungan kedua insan. Namun jika terlalu sering menggunakan trik itu, malah akan membuat lelaki merasa jengkel kepada pasangannya. Dalam masalah penting, Javier memilih untuk menuruti apa kata Claire. Dia memberi rasa hormat dan percaya yang sangat cukup terhadap Claire. Jika wanita menghargai si lelaki di luar sana, si lelaki juga akan bersikap lembut terhadap wanitanya sewaktu di rumah. Teori itu memang benar.Har
Widya menunduk sembari menggigit erat bibirnya.Ketika Giselle melihat kondisi ini, dia khawatir Emir akan emosi. Dia segera mendorong Widya. “Ayahmu lagi bertanya.”Baru saja Widya hendak menjawab, tetiba Melia bersuara, “Perusahaannya itu juga perusahaan yang nggak terkenal. Ayah, kamu jangan banyak tanya lagi.”Berhubung Melia sudah berbicara seperti itu, Emir juga tidak memedulikannya lagi. Seandainya Widya bisa menjadi petinggi di perusahaan besar, itu berarti putri tirinya ini cukup berkompeten.Widya menatap Melia. Namun, Melia tidak meladeninya.Selesai makan siang, Widya juga tidak tinggal lama lagi. Giselle mengantarnya keluar. Saat hendak pergi, Giselle menarik tangan putrinya. “Widya, apa kamu akan menyalahkan Ibu?”Temperamen Widya tidaklah keras. Jika dia mengatakan dirinya tidak menyalahkan ibunya, itu berarti dia benar-benar tidak menyalahkan ibunya. Sekarang Widya juga sudah dewasa. Dia bisa mengerti pilihan ibunya.“Ibu, apa kamu menyesal?” tanya Widya kembali.Gisell
“Setelah wanita menikah, dia seharusnya budiman seperti ibumu, menjaga rumah tangga, anak, dan juga melayani suami. Tapi suami merasa semua tugas itu seharusnya dilakukan seorang istri. Dia bahkan nggak pernah berterima kasih sama sekali. Kamu sendiri juga tahu, ibumu nggak berani menentang permintaan ayahku.”Mobil berhenti di bawah gedung apartemen. Widya melepaskan sabuk pengaman, tetapi dia tidak menuruni mobil, melainkan memalingkan kepalanya melihat sosok Melia.“Jadi, itu alasannya kamu nggak suka sama ibuku?” Widya sedang menunggu jawaban Melia.Melia bersandar di tempat duduknya. “Aku hanya nggak suka melihat ibumu yang selalu menjilatnya.”Widya menunduk dan tidak berbicara. Mana mungkin Widya tidak tahu betapa menderitanya sang ibu? Setelah menikah lagi, Giselle tidak bisa melanjutkan pekerjaan yang disukainya. Emir berharap ibunya menjadi ibu rumah tangga, bahkan tidak diperbolehkan untuk bergaul dengan teman-temannya.Giselle pernah menjelaskan sebelumnya. Dia tidaklah pan
Claire merasa terkejut. “Bukannya dia itu anaknya Pak Emir?”Izza menggeleng. “Aku juga nggak jelas. Tapi intinya seperti ini, sewaktu di Perusahaan Teknologi Sendana, Nona Melia sering bertengkar dengan Pak Emir. Karyawan juga mengatakan sayang sekali Nona Melia itu seorang perempuan.”Sayang sekali Nona Melia itu seorang perempuan?Kening Claire berkerut. Dia spontan memahami apa yang terjadi.Emir tidak berencana untuk membina Melia karena anak perempuan akan menikah pada nantinya. Meski Melia sangat hebat, dia juga tidak mungkin selamanya menjadi bagian dari Keluarga Gozali.Claire berpikir sejenak, lalu berkata pada Izza, “Bantu aku buat janji untuk ketemuan dengan Nona Melia.”Beberapa hari kemudian, di Perusahaan Teknologi Sendana.Melia membawa dokumen ke ruangan direktur utama dengan wajah muram. Para karyawan juga sudah terbiasa dengan gambaran ini. Buktinya, dokumen dibanting kuat di atas meja direktur utama.Emir mengerutkan keningnya sembari mengangkat kepalanya. “Melia, a
Melia masih tidak menghentikan aksinya. “Ayah, aku sungguh benci dengan sikap egoismu. Aku lebih benci lagi dengan cara berpikirmu yang begitu dominan. Sudah sepantasnya kamu bercerai dengan ibuku.”Saat ini, Melia melepaskan kartu pekerjanya, lalu membuangnya ke lantai. “Kamu meremehkan aku karena aku itu anak perempuan, ‘kan? Oke! Aku nggak akan bekerja lagi. Aku ingin kamu tahu aku nggak kalah hebat dari lelaki!”Tanpa menunggu balasan dari Emir, Melia langsung berjalan keluar ruangan. Begitu mengangkat kepala, dia malah melihat kedatangan Claire.Melia tertegun sejenak, lalu berkata, “Apa kamu datang untuk mencari ayahku? Dia lagi di dalam.”Claire tersenyum. “Aku datang untuk mencarimu.”Lagi-lagi Melia tertegun.Melia mencari sebuah restoran di sekitar perusahaan. Restoran ini memang bukan sebuah restoran kelas atas, tetapi suasananya cukup nyaman. Dia mengeluarkan dua botol bir dari dalam kulkas, lalu menuangkannya ke dalam gelas. “Nyonya Claire suruh aku pilih tempat. Aku malah
Claire mengangkat kepalanya menatap Melia. “Masalah pernikahan sangat sulit untuk dijelaskan. Semua orang memiliki penderitaannya masing-masing. Wanita bisa memahami kesulitan yang dihadapi lelaki, tapi nggak semua lelaki paham kesulitan yang dihadapi wanita. Kamu masih belum menikah. Kamu bisa memilih kehidupanmu sendiri, nggak perlu peduli dengan pandangan orang lain, ‘kan?”Melia terdiam beberapa detik, lalu menunduk sembari tersenyum. “Betul juga. Nggak ada gunanya aku memikirkan hal ini sekarang. Hidup masih sangat panjang. Selain menikah, masih ada banyak hal yang lebih berarti lagi.”“Apa kamu yakin akan meninggalkan Perusahaan Teknologi Sendana?” tanya Claire.Melia mengangguk. “Yakin! Aku ingin buktikan kepada ayahku bahwa aku nggak kalah hebatnya dari lelaki!”Claire hanya tersenyum dan tidak berbicara lagi.Melia adalah seorang wanita mandiri dan memiliki pemikirannya sendiri. Mengenai hal ini, dia sungguh mirip dengan Gina. Dia memilih kehidupan yang disukainya.Manusia ber
Claire sungguh kaget. “Kamu lagi permainkan aku?”Terlintas senyuman di wajah Javier. “Aku tahu kamu sudah tidak sabar. Tapi sekarang masih belum saatnya pulang kerja. Kamu sabar dulu.”Emosi Claire langsung membara. Wajahnya juga merona dalam seketika.….Di apartemen.Widya baru saja selesai mempersiapkan makan malam, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Dia berjalan keluar pergi membukakan pintu dengan raut bingung. Dia pun merasa syok ketika melihat Melia datang dengan menyeret koper. “Kamu ….”Melia langsung menyeret koper ke rumah. “Aku mau numpang tinggal selama beberapa waktu ini.”Widya menutup pintunya, lalu menatap Melia. “Apa kamu gila? Bukannya kalian punya vila segede itu? Ngapain tinggal di apartemen sempitku ini?”“Aku bertengkar sama Ayah.” Melia melipat kedua tangannya. “Gimanapun aku itu kakakmu, memangnya salah kalau aku numpang tinggal di tempatmu?”Widya juga tidak berbicara lagi. Sepertinya dia merasa kaget dengan kabar pertengkaran Melia dengan Emir.Saat maka