Naomi berbalik. Namun, dia sama sekali tidak marah setelah mengetahui kebenarannya. Sebaliknya, Naomi sangat tenang saat berbicara, "Ayah, aku mau cari Irene dulu."Naomi keluar dari kamar pasien. Kebetulan, dia bertemu dengan Irene yang mengantar makan siang. Irene bertanya, "Nona, apa Tuan Aditya sudah sadar?"Naomi mengangguk. Akan tetapi, Irene melihat wajah Naomi sangat pucat. Irene yang khawatir bertanya lagi, "Nona, kamu kenapa?"Naomi menunduk sembari bertanya balik, "Merry itu ibuku, kamu juga tahu, 'kan?"Irene terkejut. Dia melirik kamar pasien sekilas, lalu menyahut, "Tuan Aditya sudah memberitahumu?"Naomi mengangguk. Irene menarik napas dalam-dalam. Kemudian, dia mulai bercerita, "Nyonya Merry itu memang ibumu. Dia juga artis yang sangat terkenal di dunia hiburan dulu. Waktu itu, dia terkenal sebagai 'penerus' Prisca. Setelah Prisca menikah dengan kepala Keluarga Fernando dan mundur dari dunia hiburan, ayahmu yang bertanggung jawab untuk memanajeri Nyonya Merry."Irene me
Merry tampak mengerucutkan bibirnya."Tak peduli apa tujuanmu mendekati Naomi, kamu yang pilih untuk meninggalkannya dulu. Sekarang, dia cuma putriku seorang diri. Kalian sama sekali tidak punya hubungan," tegas Aditya.Merry berbalik bertanya, "Gimana kamu bisa yakin bahwa Naomi nggak mau mengakuiku? Bagaimanapun, aku adalah ibu kandungnya.""Aku nggak mau mengakuimu," jawab Naomi yang muncul di depan pintu. Tatapannya terhadap Merry bukan lagi sopan dan penuh hormat. Sementara itu, Merry tertegun sejenak. Dia tidak menyangka bahwa putrinya akan menolak dengan begitu tegas. Naomi berjalan ke samping ayahnya, lalu memandangnya sambil berkata, "Aku nggak punya ibu dan hanya memiliki ayah. Bagiku, itu adalah fakta yang nggak akan berubah."Merry berkata, "Naomi, bagaimana bisa kamu ....""Karena ada Ayah, baru ada aku yang hari ini," ucap Naomi.Pernyataan Naomi membuat ekspresi Merry sedikit berubah. Saat ini, dia menoleh ke arah Irene yang muncul di luar pintu sembari bertanya, "Kamu
Sebelum pisah kelas, Jessie masih bisa bermain dengan Lisa dan kakaknya. Saat ini, gadis itu tampak menghela napas. Dia tiba-tiba merindukan momen sebelum mereka beda kelas."Hei, awas!" Sebelum Jessie sempat bereaksi, bola basket telah mendarat di kepalanya. Dia menjerit sebelum jatuh ke tanah.Beberapa anak laki-laki yang mengenakan seragam basket berlari mendekat dan mengambil bola. Mereka adalah senior yang lebih tua dua tahun dari Jessie. Salah satu dari mereka bertanya, "Maaf, apa kamu baik-baik saja?"Jessie mengusap bagian belakang kepalanya yang terbentur. Dia mendongak, lalu menjawab sambil tersenyum, "Aku baik-baik saja!"Beberapa anak laki-laki itu terdiam dengan ekspresi serupa. Mereka seakan-akan sedang melihat seorang malaikat. Sementara itu, seorang bocah tampan yang berkulit cerah datang. Sikapnya terlihat sangat dewasa. Dia meraih tangan Jessie untuk membantunya bangkit, lalu berkata, "Maaf, Dik. Mereka nggak sengaja. Apa kamu terluka?"Jessie tampak menggeleng. Beber
Naomi berdiri di sana. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan rasa gugupnya. Claire menoleh ke arah Fendra, lalu bertanya, "Gimana menurutmu?"Fendra menopang dagunya sambil menjawab, "Menggunakan motif tradisional sebagai inspirasi desain perhiasan, benar-benar ide yang bagus."Desain pertama adalah sebuah kalung. Perhiasan ini terbuat dari ukiran giok yang membentuk motif bunga, dengan bunga botan dan teratai sebagai inti, lalu dikelilingi oleh berbagai ukuran dan ketebalan kelopak bunga yang berbeda.Bagian tengah dan dasar dari kelopak bunga disusun dengan mutiara bulat yang teratur. Desain seperti ini sangat cocok untuk perhiasan kalung yang indah.Sementara itu, desain kedua adalah cincin yang diukir dengan sangat rapi, dengan desain yang didominasi oleh bunga krisan yang bermekaran. Pola melingkar pada ujung kelopak bunga krisan yang panjang dan ramping dapat terlihat jelas.Selain itu, batu permata yang tertanam di pusat bunga harus menggunakan topaz kuning yang indah
"Bu Claire," panggil Widya yang sepertinya ada urusan. Dia bergegas ke sisi Claire, lalu melanjutkan, "Ada seorang wanita yang datang ke lobi dan bilang ingin mencari Naomi."Mendengar ucapan Widya, Claire tak kuasa bertanya sambil mengernyit, "Masih muda atau sudah tua?"Widya menjawab, "Dia mungkin berusia sekitar 30 sampai 40 tahunan. Auranya sangat berkelas dan berpenampilan dengan merek terkenal. Dia jelas bukan wanita yang berlatar belakang biasa."Claire mampu menebak siapa wanita itu. Dia adalah ibu kandung Naomi. Javier mengatakan bahwa Aditya mundur dari Agensi Majestik karena hubungannya dengan Merry. Mereka pernah berkencan, tetapi hubungan mereka tidak pernah diumumkan. Itu adalah hubungan rahasia yang sangat tersembunyi. Kini, banyak orang yang tidak tahu tentang hal tersebut.Merry melahirkan Naomi untuk Aditya, tetapi hubungan mereka berakhir ketika wanita itu menjalin hubungan dengan Ricky.Aditya membesarkan putrinya sendirian. Dia adalah ayahnya Naomi, tetapi tidak a
Claire tidak berkata apa-apa. Merry bahkan menunggu sampai sore. Ketika Naomi melewati lobi setelah jam pulang kerja, dia baru menyadari bahwa ibunya masih ada di sana. Dia mendengar staf lobi bergosip bahwa wanita itu telah menunggu sepanjang siang. Naomi pun merasa heran.Begitu melihat Naomi, Merry segera berdiri sambil tersenyum. Kakinya mungkin terasa kaku karena duduk terlalu lama. Itu sebabnya, cara dia berjalan agak aneh. Merry memanggil, "Naomi."Naomi mundur dua langkah dan tidak membiarkan dia mendekat. Segera setelah itu, dia bertanya, "Untuk apa kamu datang mencariku?""Aku ...." Merry menyadari bahwa Naomi benar-benar waspada terhadapnya. Namun, masalah ini tidak dapat ditunda lagi. Kalaupun harus tebal muka, Merry tetap akan mendekatinya.Merry meraih tangannya, lalu menjelaskan, "Naomi, aku tahu kamu kesal padaku. Kala itu, aku terpaksa meninggalkanmu."Sementara itu, Naomi menatap tangan ibunya. Tangannya itu terawat dengan baik, bahkan sangat halus. Dia sama sekali ti
Steven sama sekali tidak menjaga harga diri putranya. Dia berkata, "Kalau bukan ibumu yang ingin memukulmu, mana mungkin kamu akan menahan diri?"Javier sontak melirik ke arah ayahnya. Jerry yang memahami perkataan kakeknya pun segera bertanya, "Ayah, apa Nenek pernah memukulmu dulu?"Javier menoleh ke arah Jerry sambil bertanya, "Kamu mau coba dihajar?"Mendengar ini, Jerry langsung terdiam. Claire mendekatinya seraya berkata, "Hebat juga. Sekarang, kamu sudah bisa mengancam putramu, ya?"Javier malah menjawab dengan serius, "Anak laki-laki tidak boleh terlalu dimanja. Kalau memang perlu, dia tetap harus dihajar."Jerry mengeluh dengan kesal, "Kenapa cuma anak laki-laki? Gimana dengan Jessie?"Jessie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Aku cukup patuh ...."Mendengar ini, Jerry pun menghela napas seperti orang dewasa sebelum berkata, "Jadi anak laki-laki sangat nggak enak. Kenapa Ibu nggak melahirkanku sebagai anak perempuan saja?"Claire menyendok sup ke dalam mangkuknya, lalu menj
Jessie bertanya dengan bingung, "Hal semacam apa yang termasuk nggak pantas?"Jerry menyahut, "Seperti berpelukan dan berciuman. Ayah sudah bilang, laki-laki nggak boleh berbuat macam-macam terhadap perempuan. Itu hal yang nggak sopan. Ayah juga bilang, setelah adik perempuan tumbuh dewasa, kakak laki-laki nggak boleh asal memeluknya."Mendengar ini, Claire hampir tersedak. Ternyata Javier mengajarkan anak-anak tentang kontak fisik dengan sangat baik.Jessie sepertinya sudah paham. Pantas saja dulu dia masih boleh tidur dengan kakak laki-lakinya, sedangkan sekarang dia harus tidur sendiri. Namun, dia tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Ibu, kalau dia mengelus kepalaku, apa itu termasuk nggak pantas?" tanya Jessie.Claire berdeham, lalu menjawab, "Mengelus kepala masih termasuk hal wajar.""Berarti asalkan nggak berpelukan dan berciuman nggak apa-apa, 'kan?" tanya Jessie memastikan.Claire mengangguk sambil menyentil dahi Jessie perlahan, lalu berkata, "Kamu masih kecil. Ketika usiamu sudah