Beberapa hari kemudian, di Negara Shawana. Candice melihat berita Benn yang mengakui berpacaran dengan Chelsea di majalah. Reporter juga mengambil foto mereka berdua. Candice berujar, "Nggak disangka, mereka benar-benar bersama!"Louis yang duduk di samping sedang meminum kopi. Dia mengangkat alis sembari berkomentar, "Ini kabar bagus.""Tentu saja, Chelsea sudah menemukan kebahagiaannya. Jadi, dia nggak akan memikirkanmu lagi," ucap Candice sambil menopang dagunya. Dia pun tertawa.Louis hampir tersedak kopi. Dia meletakkan cangkir kopi di atas meja dan bertanya, "Kamu mengkhawatirkan hal ini?"Candice tertawa dan menyahut, "Aku cuma bercanda. Mana mungkin aku mengkhawatirkan hal ini? Hanya saja, aku merasa ...."Candice menunduk seraya melanjutkan, "Dulu, Chelsea sangat menyukaimu sehingga menghabiskan waktu 6 tahun untuk mengejarmu. Dia pasti sedih sekali waktu kalian putus. Sekarang, akhirnya Chelsea menemukan kebahagiaannya. Aku ikut merasa senang karena Chelsea bisa melupakan mas
Candice berjalan keluar dari ruang pemeriksaan USG sambil mengusap perutnya. Dia sama sekali belum siap karena belum memikirkan untuk menjadi seorang ibu.Candice mengingat kembali semua tindakan Louis, dia mengatakan bahwa Candice gemuk. Namun, Louis tidak membatasi Candice makan. Louis juga melarang Candice bergadang, makan makanan rongsok, memakai sepatu hak tinggi, dan melakukan aktivitas yang terlalu berat. Bukannya ini berarti Louis sudah tahu sejak awal?Louis menunggu Candice di koridor. Dia melihat Candice menghampirinya. Sebelum Louis sempat bicara, Candice langsung menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Louis dan bertanya, "Kenapa kamu nggak memberitahuku lebih awal?"Louis mengambil hasil pemeriksaan itu. Dia bertanya balik saat melihat ekspresi Candice yang sedih, "Kamu ... tidak menginginkan anak ini?"Candice menyahut dengan buru-buru, "Tentu saja bukan. Kalau kamu memberitahuku lebih awal, aku bisa mempersiapkan mental dulu. Sekarang, aku masih belum siap, tapi tiba-tiba
Benn mengernyit sembari berkomentar, "Apa kamu tidak malu?" Benn merasa terganggu kalau Javier tinggal beberapa hari lagi.Javier meletakkan cangkir teh di atas meja, lalu menimpali dengan ekspresi datar, "Untuk apa aku malu?"Benn tertawa sinis. Dia memegang ujung meja dan memandang Javier seraya bertanya, "Jangan-jangan menyukaimu karena kamu tidak tahu malu?"Javier menggulung lengan kemejanya dan bertanya balik dengan santai, "Apa kamu masih memedulikan rasa malumu saat mengejar kekasihmu?"Benn tidak bisa berkata-kata. Sementara itu, Claire dan Chelsea yang berdiri tak jauh dari sana sama-sama berbalik. Chelsea menyenggol lengan Claire dan bertanya, "Apa mereka berdua selalu begitu?"Claire menatap Chelsea sambil menyahut, "Sekarang kamu tahu, 'kan? Mereka sudah berumur 30-an tahun, tapi masih begitu kekanak-kanakan."Chelsea benar-benar terkejut. Bagaimanapun, Javier tampak karismatik di depan semua orang dan sikapnya sangat dingin. Namun, sikap Javier agak berbeda saat bersama B
Javier tertawa dan berucap, "Kamu memberi mereka cincin?"Claire mendekati Javier, lalu mengedipkan mata dan menyahut, "Tentu saja. Daripada mereka memesan cincin di tempat lain, bukannya lebih baik kalau aku memberikannya dulu?"Javier mengusap kepala Claire. Dia menimpali, "Um. Semua yang dibilang kamu memang benar."Tiba-tiba, ponsel Claire berdering. Candice mengirim pesan kepada Claire. Kemudian, Claire berujar sambil tersenyum lebar setelah membaca pesannya, "Javier, sebentar lagi kamu akan menjadi paman!"Javier merangkul Claire dan menanggapi, "Um. Ada satu kabar bagus lagi. Cahya punya anak perempuan.""Cherry sudah melahirkan?" tanya Claire yang kaget sembari menatap Javier.Javier memainkan rambut Claire seraya menyahut, "Um. Aku baru dapat kabarnya tadi."Setengah tahun kemudian. Setelah toko Soulna di Negara Shawana stabil, Javier dan Claire pun kembali ke ibu kota saat musim gugur.Cherry sudah melahirkan putrinya beberapa bulan yang lalu. Claire pergi ke kediaman Keluarg
Claire tersenyum dan berkomentar, "Baguslah kalau begitu. Kamu nggak mengandalkan latar belakangmu, tapi bisa berhasil menjadi jaksa. Aku yakin dengan kemampuanmu."Zefri menduduki jabatan yang sangat tinggi. Jika Hardy memang ingin menjadi jaksa, pamannya pasti bisa menyokongnya. Namun, Hardy tidak mengandalkan Zefri dan dia mengikuti ujian sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Hardy bukan pria yang hanya tahu bersenang-senang seperti anggapan semua orang.Tiba-tiba, terdengar suara bentakan dari ruang privat. "Dasar wanita jalang! Beraninya kamu menggoda kekasihku!"Suara ini menarik perhatian semua orang. Claire melihat ke arah suara. Seorang wanita paruh baya menarik seorang perempuan muda keluar dari ruang privat. Wanita paruh baya itu bahkan memukul perempuan tersebut di koridor. Perempuan muda itu membelakangi Claire sehingga Claire tidak melihat wajahnya dengan jelas. Claire hanya melihat perempuan itu ditampar dan ditendang oleh wanita paruh baya tersebut.Pelayan segera menghent
Lucy melanjutkan, "Hendri, apa kamu pikir Claire benar-benar menghargaimu? Kalau dia memang menghargaimu, kenapa dia malah menyuruhmu bekerja dan bukan menyuruhmu mengurus perusahaan?"Lucy memandang ekspresi Hendri yang muram. Dia tertawa terbahak-bahak dan meneruskan, "Kamu dan Nenek sama-sama bodoh! Pantas saja, kalian hanya pantas menjadi pesuruhnya ...."Hendri menampar Lucy dengan kuat sehingga Lucy jatuh ke tanah. Lucy memegang wajahnya yang sakit, lalu menatap Hendri dengan ekspresi tidak percaya sembari bertanya, "Kamu pukul aku?"Hendri melihat telapak tangannya yang masih terasa sakit. Kemudian, dia mengepalkan tangannya dan menarik napas dalam-dalam. Hendri berucap, "Kak, dari awal Kak Claire memang tidak salah. Kita yang salah."Lucy tertawa dan menimpali, "Kamu sudah dicuci otak oleh Claire, ya?"Kemudian, Lucy melanjutkan dengan geram, "Kalau bukan karena wanita jalang itu, aku nggak akan dipaksa untuk menikah dengan pria berengsek seperti Kewin! Hendri, kamu juga pernah
"Itu memang salahnya Nenek dan Ibu, tapi apa kamu benaran tidak bersalah?" Pertanyaan dari Hendri membuat Lucy tersentak. Napasnya juga terhenti sejenak.Hendri melanjutkan dengan ekspresi datar, "Kamu tahu jelas apa yang direncanakan mereka, tapi malah ikut-ikutan. Kamu sama saja dengan membantu mereka."Mendengar ini, Lucy mundur ke belakang sambil berkata, "Aku ... aku nggak bantu."Hendri menambahkan, "Di dunia ini, tidak ada orang yang benar-benar baik, juga tidak ada orang yang benar-benar jahat, apalagi orang yang sungguh tidak bersalah. Sejak kamu memilih untuk menjebak Kak Claire bersama Nenek dan Ibu, jangan pernah berasumsi dia yang mencelakaimu ataupun bersalah padamu. Karena ini semua sebenarnya adalah karmamu sendiri."Pria itu berbalik, lalu melanjutkan, "Padahal, Nenek memperlakukan Kak Claire seperti itu sebelumnya. Dia masih cukup baik karena membiarkan Nenek menghabiskan masa tuanya di kampung halaman. Kita tidak punya hak untuk menuntut ganti rugi darinya. Kalau Kak
Hendri jadi merasa tidak enak. Namun, dia sepertinya teringat dengan sesuatu sehingga berkata, "Oh ya, wanita paruh baya yang bersama kakakku itu adalah istrinya kepala redaksi."Claire bertanya sambil mengernyit, "Jadi, dia yang berselingkuh dengan Pak Jacky?" Hendri tampak mengangguk.Claire pun merenung. Itu artinya, ketika Lucy bertengkar dengan istri bos Hendri di ruangan VIP, mungkinkah pria yang ada di dalam sana adalah Jacky? Kalau begitu, apa hubungan antara Lucy dan Jacky?Hendri menunduk dan tampak kecewa. Dia berkata, "Kak, aku sangat ingin membujuk kakakku, tapi dia sepertinya tidak mau mendengarkan."Claire berucap sambil tersenyum, "Yang penting kamu sudah mencoba membujuknya. Kalau dia nggak mau mendengarkan, itu urusannya. Kamu sudah melakukan yang terbaik."Pria itu pun mengangguk. Ketika Hendri hampir masuk ke dalam apartemen, Claire memanggilnya. Dia berbalik sambil bertanya, "Kenapa, Kak?"Claire memandangnya sembari mengingatkan, "Kamu harus lebih waspada dengan P