Alhasil, Freda dibawa ke rumah sakit jiwa yang tertutup di pinggiran kota. Sementara itu, Naomi keluar dari rumah sakit setelah dirawat selama 3 hari. Aditya mengurus prosedur keluar dari rumah sakit, sedangkan Naomi duduk di kursi koridor.Naomi melihat seorang pria tua terjatuh dari kursi roda dan suster di belakangnya tidak menyadari hal ini. Naomi berdiri dan hendak memapah pria tua itu. Tiba-tiba, seorang pria mendahului Naomi dan memapah pria tua itu duduk di kursi roda.Pria tua itu tersenyum dan berucap, "Terima kasih, Nak.""Sama-sama," ujar pria itu. Dia menepuk bahu suster, lalu berbicara dengan suster itu. Kemudian, suster tampak meminta maaf. Setelah suster mendorong kursi roda pria tua dan meninggalkan tempat itu, pria tersebut baru masuk ke lift."Naomi, ayo kita pulang," panggil Aditya.Naomi berbalik, lalu berkata sembari tersenyum, "Oke."Beberapa hari kemudian, di Agensi Majestik. Beberapa artis sibuk bergosip."Apa kalian sudah tahu? Sepertinya Chelsea diboikot dari
Pengawal baru memahami maksudnya. Dia memandang wanita ini sambil berkata, "Nona, maaf aku akan mengantarmu pulang."Ekspresi wanita itu segera berubah. Setelah bersusah payah mendekati tuan muda yang kaya dari dari Hyugana, dia malah akan diantar pulang sebelum mendapatkan keuntungan apa-apa? Selain itu, siapa wanita barusan?Chelsea berjalan ke tempat parkir. Saat dia hendak membuka pintu mobil, seseorang tiba-tiba menariknya ke dalam pelukan. Sebelum sempat bereaksi, dia sudah didorong ke pintu mobil. Bibirnya yang agak terbuka seketika dicium.Chelsea berusaha menghindar. Dia sudah hampir sesak oleh ciuman pria itu. Saat mencoba melawan, kancingnya malah dilepaskan. Udara dingin yang dirasakannya membuatnya tersadar kembali, lalu dia segera memaki, "Benn, kamu sudah gila, ya ...."Namun, Benn malah menahan dagunya dan kembali menciumnya. Begitu mendengar suara mobil mendekat, ekspresi Chelsea berubah dalam sekejap. Dia berkata dengan bahu yang gemetar, "Jangan di sini ...."Chelsea
Benn tertawa dingin, lalu bangkit. Sembari melihat mantel di lantai, dia berkata, "Mandi dulu sebelum keluar." Setelah itu, dia berbalik dan keluar dari kamar mandi.Chelsea tiba-tiba bersandar pada dinding dengan tidak berdaya dan tersenyum pahit. Keputusan bodoh untuk tidak menolak Benn pada malam itu, membuatnya bernasib seperti sekarang ini. Dia memang pantas mendapatkannya. Ternyata ini adalah akhir dari seorang "wanita nakal"?Setelah mandi, Chelsea pun keluar. Dia tidak menyalakan lampu di ruang tamu, sebaliknya hendak berjalan ke kamar tamu dalam kegelapan. Namun, kamar itu tiba-tiba menjadi terang. Lampu gantung yang menyilaukan membuatnya memicingkan mata. Kemudian, suara Benn terdengar dari belakang. "Karena mau jadi wanitaku, kamu harus tahu di mana ranjangmu."Chelsea pun berbaring di samping Benn. Ketika dia hendak membalikkan badan, pria di belakangnya itu berkata, "Peluk aku."Chelsea menggertakkan giginya, lalu memutar badannya dan memeluk Benn dengan kaku. Dia menutup
Benn melambaikan tangan untuk memanggilnya. Chelsea berjalan ke arahnya. Pria itu memeluk pinggangnya di depan umum, lalu berkata, "Kita semua sudah saling kenal, gimana kalau bermain sekali?"Chelsea menjawab sambil tersenyum, "Boleh."Mendengar ini, Cahya pun berbalik dan melihat ke arah Louis. Dia mengangkat gelasnya seraya bertanya, "Kapan Chelsea begitu dekat dengan Benn?"Louis tampak menggeleng. Dia bersulang dengan Cahya sembari menjawab, "Aku juga kurang tahu."Benn memberikan stik biliar kepada Chelsea, lalu menatap ke arah Louis sambil berkata, "Katanya, kamu cukup jago main biliar. Tidak mau ikutan?"Louis merasa bahwa pria itu sedang mencari masalah. Sementara itu, Cahya sepertinya menyadari sesuatu. Pandangannya tertuju ke arah mereka. Dia yang biasanya tidak tertarik pada urusan orang lain, kini malah memicingkan mata dan pertama kalinya merasa tertarik.Chelsea tahu apa yang ingin dilakukan Benn. Pria itu ingin mempermalukannya dengan membiarkannya bermain dengan mantan
Raut wajah Chelsea membeku. Melihat ini, Benn bertanya sambil tersenyum, "Kamu lagi kasih aku kesempatan?"Chelsea pun menatapnya dengan tajam. Baiklah, anggap saja dia tidak beruntung!Benn mendekatinya, lalu melanjutkan, "Sudah siap belum?" Sebelum Chelsea sempat merespons, dia sudah memasukkan bola penentu ke dalam lubang dengan mudah.Setelah itu, Benn menoleh ke arah Chelsea. Wanita itu meletakkan stiknya, lalu berbalik dan membuka botol XO tersebut. Saat itu, Louis berkata, "Mempermalukan seorang wanita seperti ini sepertinya bukan sesuatu yang akan kamu lakukan."Orang-orang di sekitar seolah-olah sedang menonton drama. Benn berkata sambil tersenyum, "Dia sendiri yang mau bertaruh denganku. Aku hanya bertindak sesuai kesepakatan taruhan, apa itu bisa dianggap mempermalukannya?"Mendengar ini, Louis saling bertatapan dengannya, lalu berkata, "Aku tidak paham apa maksudmu."Benn menjawab dengan santai, "Aku tidak punya maksud apa-apa."Saat itu, Cahya menghampiri sambil berkata, "
Louis bertanya sambil tersenyum, "Kenapa, menyesal sudah merebutku darinya?"Candice memalingkan wajah seraya membalas, "Siapa yang merebutmu? Kamu yang sendiri yang mendekatiku."Pria itu pun merangkul Candice sambil tersenyum. Dagunya bersandar di atas kepala Candice, lalu dia berkata, "Iya, aku yang mendekatimu. Siapa suruh aku jatuh hati padamu?"....Entah sudah berapa lama Chelsea tertidur. Ketika membuka matanya, langit sudah terang. Dia baru menyadari bahwa dirinya berada di kamar pasien. Dia tampak menggosok pelan pelipisnya karena merasa lelah dan pusing.Shella duduk di kursi pendamping. Ketika melihatnya bangun, dia segera bertanya, "Kak Chelsea, apa kamu baik-baik saja?""Siapa yang membawaku ke rumah sakit?" tanya Chelsea dengan suara serak.Shella menjawab, "Cahya dan Louis. Louis juga yang meneleponku agar aku menemanimu di sini."Chelsea meminta dia untuk membantunya duduk. Kemudian, Shella menghela napas sebelum berkata, "Louis sudah memberitahuku. Nggak disangka, Ben
Chelsea juga tidak tahu kenapa dia tiba-tiba bermimpi tentang masa lalu. Mungkin otaknya sudah hampir melupakan masa lalunya, jadi ingatannya sedang memberikan isyarat? Dia menatap ke arah Benn sambil bertanya, "Apa kamu punya persyaratan khusus untuk wanitamu?"Pandangan Benn tertuju pada bibir merahnya, lalu berbalik bertanya, "Menurutmu?"Pria itu ingin mendekat, tetapi Chelsea malah menahan pundaknya dan menolak ciumannya. Ketika melihat tatapannya yang agak kesal, dia sedikit menoleh sambil berkata, "Semalam, aku muntah. Sampai sekarang, aku masih belum sikat gigi atau berkumur. Aku nggak mau bikin kamu mual, terima kasih."Benn pun tersenyum. Dia beralih mencium kening wanita itu. Chelsea agak terpaku. Apa maksudnya? Benn mengelus kepalanya, lalu berkata, "Istirahatlah dengan baik." Setelah itu, dia bangkit."Kak Chelsea, aku sudah membelikanmu ...," ucap Shella. Dia masuk ke dalam kamar pasien sambil membawa sup ubi jalar. Begitu melihat Benn di sana, dia sangat kaget. Pria itu
Acara diawali dengan interaksi antara pemeran utama pria dan wanita di atas panggung. Hal itu cukup menghibur para penggemar. Kemudian, diikuti dengan wawancara dari para wartawan. Chelsea tidak berbicara sepanjang acara karena tidak ingin menjadi pusat perhatian. Namun, karena tidak sengaja menguap, kamera pun tertuju padanya. Tiba-tiba, mikrofon juga disodorkan ke hadapan Chelsea.Pembawa acara meminta dia untuk berbicara. Dia sedikit terkejut, tetapi tetap menerimanya dan berkata dengan tenang, "Ini adalah pertama kalinya aku berakting. Aku sangat senang bisa berinteraksi dengan semua orang di tim produksi. Aku sangat berterima kasih kepada sutradara yang memberiku kesempatan untuk berperan."Entah apakah wartawan sengaja menggiring topik, tetapi akhirnya Chelsea malah diminta untuk bermain biola di tempat. Ketika ini terjadi, semua orang di lokasi sontak paham. Saat Chelsea masih menjadi model, dia pernah mengejar Louis. Kala itu, semua media tahu bahwa dia bahkan belajar biola de
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me