Home / Romansa / Kembang Desa di Lubang Buaya / Bab 4. Aku Bukan Isterimu

Share

Bab 4. Aku Bukan Isterimu

Author: Beyouna
last update Last Updated: 2025-02-23 14:26:09

***

Tentu saja Wina ketakutan, ia mendelik dan memegang erat lilitan handuk putih yang hanya menutupi dada sampai pahanya. Ia menatap para Pelayan seolah mengiba agar mereka mengerti situasinya.

Pelayan Senior melangkah mendekati pintu, itu membuat Wina kalang kabut, ia gugup dan berusaha mencegah Pelayan itu agar tidak membukakan pintu.

Pelayan Senior itu mendekatkan wajahnya ke pintu,

"Nona Wina sedang berpakaian, Tuan. Silahkan menunggu sebentar lagi." ucap Pelayan itu di dekat pintu tanpa membuka pintu.

Orang yang ada di balik pintu hanya mendehem, dan selanjutnya tidak ada jawaban sama sekali. Hanya suara derap langkah yang perlahan menjauh.

Wina langsung lemas dan menghembuskan nafasnya lega.

"Bagaimana kau tahu kalau itu adalah tuan Darius?" tanya Wina pada Pelayan itu.

"Aku sudah bekerja di sini selama puluhan tahun, dan aku sangat hapal derap langkah dan ketukan pintu dari tuan Darius." ucap Pelayan senior sembari terus melangkah dan membuka pintu ruang ganti.

Pintu ruang ganti dibuka, padahal tadinya Wina sudah membukanya saat mengecek keberadaan pintu keluar. Namun ia baru menyadari kalau ruang ganti itu sangat fantastis dan membelalakkan mata Wina saat melihatnya.

Ruang ganti itu berukuran sekitar enam kali delapan meter. Berisi segala macam benda-benda mewah dan mahal rancangan desainer-desainer kelas dunia. Seperti tas, sepatu, gaun dan aksesoris.

"I, ini semua, milik siapa?" tanya Wina pada Pelayan itu dengan wajah melongo.

"Milik almarhum Isteri Tuan Darius, Nona. Sementara ruang ganti milik tuan Darius, ada di pintu belakang ruang ganti ini." ucap salah seorang Pelayan.

Wina langsung diminta untuk segera duduk di kursi rias. Pelayan senior seolah tak memberinya jeda untuk sekedar berdiri di sana untuk mengekspresikan kekagumannya.

Wajah Wina diberi sentuhan make up tipis-tipis. Bibirnya hanya dioles lipbalm merah delima dan pipinya hanya diberi perona sekedar ditap-tap saja. Tampilan natural pada wajahnya begitu sajapun, sudah membuat Wina tampak segar dan mempesona.

Pelayan senior memilihkan sebuah gaun malam untuk Wina. Gaun berbahan satin sutra berwarna biru gelap. Lengan gaun yang hanya berupa tali tipis dengan dada rendah, menampakkan sedikit bongkahan dadanya yang menyembul sekal dan padat. Wina merasa panas dingin mengenakan gaun itu. Seumur hidup, ini adalah pertama kalinya ia memakai pakaian yang jika orang di kampungnya menilai, akan dianggap sebagai Perempuan tidak benar, Lacur, atau Penggoda Suami Orang.

"Bukankah gaun ini terlalu terbuka? lagipula, ini sudah hampir dini hari. Untuk apa aku mengenakan pakaian seperti ini?" tanya Wina sembari mematut dirinya di depan cermin meja rias.

"Anda sangat cantik dan luar biasa, Nona!" ucap salah seorang Pelayan pada Wina.

"Benarkah? tapi aku tak nyaman mengenakannya." ucap Wina sambil mematut diri di depan cermin.

"Anda tampak mirip sekali dengannya! saya bahkan lupa, kalau beliau sudah tiada." ucap Pelayan senior tersenyum haru melihat Wina.

"Apakah benar dia dan aku saudara kembar?" tanya Wina kemudian.

Pertanyaan Wina sontak membuat wajah Pelayan senior itu kembali menyembunyikan senyumannya. Wajah dingin dan tegas, kembali ia tampakkan.

"Kenapa kau tak menjawab?" tanya Wina sangsi.

"Nona, tugas kami untuk saat ini telah selesai. Anda tunggulah di sini. Tuan Darius akan segera masuk, bersikaplah sopan dan turutilah semua perintahnya." ucap Pelayan senior itu datar.

"Apa? menuruti semua perintahnya? apa jangan-jangan ia menginginkanku di sini untuk menggantikan keberadaan almarhum? bukankah yang aku kenakan ini adalah gaun miliknya juga? ah, jangan-jangan kalian mendandaniku seperti ini untuk menyambut kedatangan tuan Darius selayaknya Isteri beliau?" tanya Wina curiga.

"Kami tidak tahu, Nona." jawab Pelayan Senior sambil berlalu diikuti oleh kedua Pelayan lainnya.

Wina berusaha mencegah kepergian ketiga Pelayan itu, namun gagal. Sepeninggalan mereka, Wina kembali mematut dirinya di depan cermin. Riasan wajahnya, gaun yang ia kenakan, kontras sekali dengan dirinya sebelumnya. Perlahan, ada perasaan ngeri merayap di kuduknya. Ia merinding tatkala membayangkan jika pantulan di cermin yang ia lihat sekarang adalah Andrea, Isteri dari tuan Darius yang sudah meninggal setahun yang lalu.

Wina segera menepuk-nepuk pipinya. Menyadarkan dirinya untuk tidak larut dalam bayangan itu. Ia segera menjauhi cermin itu dan berjalan mondar-mandir di depan ranjang.

"Bagaimana ini? apa yang harus kulakukan? apakah aku harus melarikan diri saja? bagaimana jika ternyata benar dugaanku?! tuan Darius menginginkan tubuhku sebagai pelampiasan atas kerinduannya terhadap almarhum Isterinya? hiii! aku tak rela! tak sudi! benar-benar tak akan kubiarkan!" gumam Wina masih dalam langkahnya yang mondar-mandir.

Wina menatap jendela balkon yang terbentang di sisi kamar itu. Balkon yang cukup lebar itu, jendelanya masih dibiarkan terbuka. Wina berlari ke Balkon. Di sana telah tersedia hidangan makan malam di atas meja yang ada di tengah-tengah balkon itu. Wina tak tergoda untuk ingin tahu menu apa saja yang tersaji di sana. Ia fokus melihat ke luar.

"Kamar ini ternyata berada di lantai tiga. Ah, bagaimana ini?" guman Wina saat melihat ke bawah.

"Apakah kau berniat hendak terjun?"

Seorang Pria masuk ke kamar dan mengejutkan Wina. Tuan Darius telah berdiri di belakangnya.

Wina menoleh dan membalikkan badannya. Ia langsung gugup dan salah tingkah. Tangannya memegang erat pagar railing balkon yang dingin.

"Tu, Tuan. Ka, kapan Anda masuk?" tanya Wina gugup.

Darius masih mematung di tempat ia berdiri. Ia menatap Wina terkesima. Tubuh molek Wina yang dibalut gaun tipis satin sutra, wajah khas Wina yang meski hanya sedikit riasan, membuat siapapun akan takjub. Pemandangan langit malam yang melatar belakangi diri Wina yang berdiri menempel di railing Balkon, semakin menambah eksotis penampilan Wina di mata Darius.

"Andrea?" gumam Darius sembari melangkah pelan mendekati Wina.

"Saya Wina, Tuan! bukan Andrea!" ucap Wina seketika menghenyakkan tatapan Darius.

Darius langsung terhenyak, ia memalingkan pandangannya ke sembarang tempat. Kemudian berdiri dekat sekali di depan Wina.

"Maaf, aku terbawa suasana. Apa yang kau lakukan di sini? apa kau lapar?" tanya Darius menyembunyikan kecanggungannya.

"Tidak! aku hanya ingin pulang." ucap Wina tegas.

Darius tersenyum. Ia melihat ke seluruh tubuh Wina dari kaki ke kepala. Wajah yang manis dan lembut, rambut yang hitam bergelombang, bagian dada yang sekal dan padat menyembul dari gaun berdada rendah. Darius kemudian meletakkan jemarinya ke pinggang Wina yang ramping.

"Apa-apaan ini, Tuan! lepaskan!" tukas Wina berontak.

"Sudah lama aku tak bermesraan dengan Isteriku seperti ini." ucap Darius menatap mata Wina dengan senyum menyeringai.

"Tidak! saya bukan Isteri Tuan!" ucap Wina tegas berontak menolak dada bidang Darius yang mencoba menempel ke dadanya.

"Tatap mataku, Wina! jangan katakan kau berbeda dengan saudaramu itu! tidakkah kau tergila-gila padaku?!" ucap Darius memaksa wajah Wina mendongak untuk menatap matanya.

"Tidak sama sekali, Tuan!" ucap Wina berusaha lepas.

________________

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bab 5. Darius dan Ambisinya

    *** Darius seketika melepas cengkramannya dari pinggang Wina. Wina sontak melangkah mundur menjauhi Darius yang seperti sedang kesetanan. "Maaf! aku hilang kendali." ucap Darius kemudian. "Apa yang Anda lakukan?! apakah maksud Anda menghadirkan saya di sini, hanya sekedar untuk melepaskan rasa rindu Anda pada Isteri Anda?! Hah! konyol sekali!" dengus Wina kesal. "Tidak! baiklah. Maafkan aku karena penyambutanku tidak sopan. Bagaimana kalau kita bicarakan dengan duduk bersama di sini." ucap Darius sembari menarik kursi untuk Wina. Wina menggeleng, namun ia tak punya pilihan. Masih jelas ingatannya saat Darius kehilangan kendali akan dirinya, Wina sempat melihat sorot mata Darius yang menyeramkan, sorot mata arogan dan beringas. Wina menelan ludah berkali-kali. Namun ia tetap berusaha melangkah mendekati kursi yang ditawarkan oleh Darius, sembari memandang ke arah Darius dengan waspada. "Aku berjanji tidak akan mengulangi tindakanku tadi! duduklah!" pinta Darius mendadak lemb

    Last Updated : 2025-02-23
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Pasrah?

    ***"Tuan, apa yang Anda lakukan?! saya bukan Isteri Anda, Tuan!" ucap Wina berontak.Namun seperti kesetanan, Darius tak memperdulikan ucapan Wina. Ia malah naik ke atas tempat tidur, mengangkangi Wina dan buru-buru melepaskan kemeja putihnya. Kemeja itu ia lemparkan sembarang saja ke lantai. Kini Darius telah bertelanjang dada, tubuh atletis berbulu itu kini terpampang nyata di hadapan Wina. Wina mendelik, ia tak percaya dengan apa yang akan dilakukan oleh Darius setelah ini. Jantung Wina seakan hendak jatuh, darahnya berdesir kencang."Tuan, tolong jangan lakukan apapun lagi! jangan ambil kesucian saya, Tuan." isak Wina kini mulai menangis.Darius mulai merangkak di atas tubuh Wina. Ia mendekatkan wajahnya di atas wajah Wina. Nafas Darius terdengar memburu, ia mendengus menghirup udara dari leher jenjang Wina."Bagaimana bisa kau seidentik ini dengan dia? bahkan aroma khas tubuhmu juga sama." ucap Darius dengan nafas memburu.

    Last Updated : 2025-04-06
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Menemaninya Mandi

    ***Sementara di dalam kamar mandi,Tubuh Wina gemetar menahan risih karena mulutnya dibekap oleh Darius. Kerisihan Wina semakin jadi, karena Darius menempelkan tubuhnya dari belakang tubuh Wina dalam keadaan sama sekali tak mengenakan pakaian. Ia telanjang dan basah, dikarenakan saat Wina memasuki kamar mandi, Darius sedang mandi di bawah shower dan langsung menangkap tubuh Wina saat berteriak tadi.Wina mencakar lengan Darius yang masih kokoh membekap mulutnya. Sontak Darius melepaskan tangannya. Lagipula, para Pelayan tampaknya sudah pergi dari kamar."Tolong! kenakanlah handuk segera, Tuan!" ucap Wina menutup matanya."Kenapa? lagipula kau sudah melihatnya!" ucap Darius santai melangkah menuju shower."Kalau begitu, mandilah segera! aku akan keluar." ucap Wina langsung melangkah menuju pintu keluar.Namun Darius yang melihat Wina sudah sampai ke pintu, langsung meloncat dan melangkah lebar mendekati Wina."K

    Last Updated : 2025-04-07
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Apakah CCTV Juga Ada di Kamar Mandi?

    ***Wina langsung syok mendengar pertanyaan Darius yang ia anggap terlalu vulgar dan tak etis. Ia tolak sekuat tenaga daun pintu, dan pintu berhasil ia tutup rapat.Darius yang melihat ekspresi terkejut dan salah tingkah dari Wina langsung tersenyum sinis melangkah menjauhi pintu kamar mandi. Sepertinya ia berhasil memainkan perasaan gadis muda itu dengan sukses.Sementara Wina menyandarkan tubuhnya di balik pintu dengan tangan mengepal dan wajah yang panas dan memerah."Apa-apaan Pria tua itu? bukankah usianya sudah kepala empat? mengapa dia malah bertingkah seperti remaja pubertas? apakah dia memiliki dua kepribadian? berbeda sekali dengan dia yang kukenal beberapa waktu lalu." gerutu Wina menyisir rambutnya dengan jemarinya dari dahinya ke belakang.***Siang menjelang sore, pintu kamar diketuk,Tok, tok, tok!Wina mendongak dari kebosanannya di ranjang. Sehari semalam ia terkurung di dalam kamar, tanpa teman

    Last Updated : 2025-04-07
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Apakah Aku Menikmatinya?

    "Revan, bolehkah aku bertanya yang lebih serius?" "Apa itu?" "Andrea meninggal karena apa?" tanya Wina menatap wajah Revan. "Ah, beliau meninggal karena over dosis obat tidur. Setahun yang lalu kasus meninggalnya Nyonya Andrea sempat Viral di media. Namun, dengan kekuasaan yang dimiliki tuan Darius, berita itu bisa lenyap dalam waktu seminggu." "Kekuasaan? bukankah yang kaya itu Andrea?" selidik Wina penasaran. "Ya! tetapi tuan Dariuslah yang memegang tampuk kekuasaan di Perusahaan milik keluarga Mahesa. Nyonya Andrea hanya pemegang hak waris tunggal atas semua aset dan harta kempemilikan atas nama tuan Mahesa." "Ah, aku pernah dengar istilah CEO dan Presdir di drama-drama Korea. Apakah seperti itu?" "Ya, seperti itu." ucap Revan tersenyum memperlihatkan lesung pipinya yang membuat jantung Wina kembali berdebar kencang. "Kenapa mereka bisa menikah?" "Aku belum diizinkan untuk menceritakan ini padamu. Namun, secepatnya kau pasti akan diberitahu." "Dan kau, bagaimana

    Last Updated : 2025-04-08
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Mandi Bersama

    ***Cklek!Pintu kamar terbuka, seperti dugaan Wina, Darius benar-benar masuk ke kamar. Wina langsung memasang wajah kesal, ia melipat kedua tangannya di dada sambil duduk di tepi ranjang. Sementara Darius, masuk dan langsung berdiri di depan Wina dengan memandang wajah Wina yang tampak tak senang."Aku ingin mandi." ucap Darius sambil melonggarkan dasinya."Lantas, apakah aku harus ikut?" tanya Wina asal saja. Alih-alih mendapat bujukan atau pertanyaan 'kenapa?' dari Darius."Ya! rupanya kau mengerti.""Apa?!" tanya Wina tak percaya."Kenapa? kau keberatan?" tanya Darius tanpa merasa aneh sembari membuka jasnya."Aku bukan Isteri Anda, Tuan! sepertinya Anda selalu berfikir kalau aku ini Andrea!"Darius melangkah mendekati Wina, ia membungkuk dan menyandarkan kedua tangannya di tepi ranjang, tepat di sisi kedua paha Wina. Wajah Darius dan Wina kini saling berhadapan."Aku sadar! namun aku ingin

    Last Updated : 2025-04-08
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Andrea Adalah Satu-satunya

    ***Setelah selesai mandi dan berpakaian, Darius keluar dari kamar. Ia meninggalkan Wina yang berdiri di Balkon sambil melihat pemandangan petang hari. Alih-alih memandang pemandangan, Wina sebenarnya risih dan tak nyaman selalu berada di kamar berdua dengan Darius. Ketika Darius masuk ke ruang ganti, Wina langsung melangkah menjauh menuju balkon.Darius menuruni anak tangga dan melihat Bibi Noni baru saja turun dari anak tangga sebelah timur. Ia baru saja keluar dari ruang kerja Darius."Bibi! bisakah kita bicara sebentar?" panggil Darius.Bibi Noni berhenti menuruni anak tangga, kemudian ia mengangguk dan kembali melangkah turun. Setelah sampai ke lantai, ia mendekati Darius,"Ada apa, Tuan?" tanyanya dengan menundukkan wajah."Kau dari ruang kerjaku?""Ya, Tuan. Saya sedang melakukan bersih-bersih." ujar Bibi Noni seraya melirik ke alat pelnya."Bukankah semalam kau juga sudah mengepelnya?"Bibi Noni tampak melirik ke kiri dan kanan, ia tampak gusar."Ya, Tuan. Hanya saja, saya pik

    Last Updated : 2025-04-09
  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Luka di Dahi Revan

    ***Wina berlari kecil menuju lapangan golf. Ia girang sambil meloncat-loncat kecil. Bayangan di benaknya bahwa ia dan Revan akan belajar bermain golf. Revan akan memeluknya dari belakang, memegang tangannya yang sedang menggenggam stick golf, seperti yang pernah ia tonton di beberapa adegan dalam drama favoritnya."Kupikir kau sampai lebih cepat, ternyata memakan waktu sepuluh menit untuk sampai ke sini." sapa Revan padanya dengan senyuman yang memamerkan lesung pipi di balik pipi berbulu tipisnya."Ah, kau tentu saja tahu, bahwa aku harus melewati satu Pos Penjaga dahulu sebelum sampai ke sini.""Hahaha, apakah itu Bibi Noni?""Yaa! sudahlah! kenapa kau memanggilku?""Mmmm, tidak ada! hanya butuh teman.""Wah, kau sedang main-main dengan Sandera tuan Darius.""Hahaha, tentu saja tidak! aku tak berani untuk itu. Belajar golf! kau mau?" tanya Revan sambil mengayunkan tongkat sticknya."Oke! siapa takut?

    Last Updated : 2025-04-10

Latest chapter

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Aroma Persaingan

    ***Wina terbangun dari tidurnya pukul dua siang. Ia terlonjak dan langsung melihat ke arah jam dinding. Cuaca di luar masih saja mendung, padahal hari sudah menjelang sore.Wina berjalan menuju balkon, ia regangkan seluruh tubuhnya yang sudah cukup istirahat. Membayangkan seharian perjalanan menegangkan lintas pulau bersama Darius, sangat menguras energi, emosi dan fikiran.Wina melihat ke bawah balkon, tampak di bawah sebuah pohon kelengkeng yang sudah tua, Darius sedang duduk di sebuah bangku taman, sedang menikmati secangkir teh dan fokus ke sebuah tablet di tangannya."Dia sedang apa? apa dia tidak ke Kantor hari ini? ah, dia masih punya satu hari sisa cuti." gumam Wina memperhatikan.Wina menyandarkan tubuhnya di atas railing balkon, menatap fokus pada Darius yang tampak fokus ke gawainya."Kalau lagi diam dan tenang seperti itu, kharisma dan ketampanannya terasa tumpah ruah. Kenapa dia begitu tampan?"Kembali Wina

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Darius dan Andrea

    ***Tahun Seribu Sembilan Ratus Sembilan Puluh.Darius waktu itu berusia delapan tahun. Ia adalah anak kandung dari Rudi, Sopir pribadi Mahesa.Mahesa sendiri waktu itu berusia sekitar empat puluh lima tahun, sebaya dengan Ayah kandung Darius yaitu Rudi. Namun tuan Mahesa belum memiliki anak sama sekali, meski sudah memiliki beberapa orang Isteri.Di usianya yang sudah berkepala empat, Isteri tuan Mahesa entah bagaimana, menginginkan Darius untuk ia adopsi menjadi anaknya. Ia tiba-tiba merasakan kasih sayang yang begitu besar pada Darius kecil. Ia kerap membawa Darius kemana-mana, menjadi teman tidur dan makannya, hingga Darius kerap ia jemput dari Sekolah. Karena keakraban dan kekeluargaan yang dirasakan oleh Rudi terhadap keluarga Mahesa, Rudi pun menyetujui keinginan Isteri Mahesa tersebut."Aku berjanji Rudi, aku akan memberikan yang terbaik untuk anakmu. Memberikannya pendidikan yang tinggi dan segala fasilitas yang ia butuhkan." jan

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Aku Menyukaimu...

    ***Darius menatap mata Wina, melihat mata berkaca-kaca itu yang diselimuti kemarahan."Katakan padaku, Wina! apa yang kau rasakan saat berdua saja bersamaku di Pulau itu?" ucap Darius menatap mata Wina tajam."Tuan, lepaskan aku! kau menyakitiku. Rambutku bahkan kau genggam sangat kuat!" rintih Wina memohon.Darius seakan tersadar akan genggaman tangannya yang menjambak rambut Wina hingga kepalanya tertarik dan wajahnya mendongak."Ah! maafkan aku! aku benar-benar melakukannya tanpa sadar!" ucap Darius melepas genggamannya dan melihat ke arah tangan yang menjambak tadi seolah tangan itu memiliki kendalinya sendiri.Wina langsung terlepas dari genggaman Darius, ia mundur beberapa langkah dan memegang rambutnya serta kepalanya yang sakit."Tidak sadar?! mengapa Anda selalu mengatakan demikian saat menyakitiku, Tuan?" bentak Wina marah."Wina..." Darius mencoba mendekat,"Jangan mendekat! dan tolong janga

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Sah Menikah Apanya?

    ***"Aku lupa mengisi bensinnya waktu kita kesini, dan sekarang bensinnya benar-benar kandas."Wina hanya bisa menelan ludah mendapati kenyataan saat ini. Suasana yang sudah larut malam, berdua saja di Dermaga, perut kosong dan mata mengantuk."Anda masih mengantongi ponsel kan? apakah tidak ada orang yang bisa dihubungi? semisal Revan.""Kenapa yang ada di fikiranmu pertama kali malah Pemuda itu? kalau ponselku tidak mati, tentu aku sudah memikirkan menelfon taksi online terlebih dahulu. Minimal Ojol." ketus Darius pada Wina.Darius mengitari sekitar, ia memicingkan matanya kemudian perlahan tampak tersenyum girang. Ia kemudian berlari ke suatu tempat."Kau tunggulah di sini! jangan kemana-mana!"Wina melihat Darius berlari ke sebuah Ruko yang sudah tutup. Wina bingung, mau apa Darius ke Ruko itu? namun ternyata Darius tidak menuju Ruko itu, melainkan ke sebuah bangunan kecil di sebelahnya. Sebuah telefon umum. Setelah

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Ketahuan Warga, Dipaksa Menikah

    ***Jeki menatap wajah merah padam Darius dengan bingung. Mencari jawaban lewat mata tajam Darius. Ia baru mengerti bahwa ada yang salah dari pengucapannya saat melihat semua orang yang ada di rumah itu marah dan berseru agar menghukum Darius dan Wina karena telah melakukan tindakan asusila yang dianggap mencemari Desa mereka."Tu, tunggu! ini sebenarnya ada apa?" tanya Jeki dengan suara meninggi sembari mengedarkan pandangannya ke semua orang."Jeki, Tuanmu ini telah melakukan perzinahan di rumah ini dengan wanita ini. Ibumu sendiri adalah saksinya." ucap salah seorang Warga."Ha? ba, bagaimana mungkin, Tuan? bu, bukankah dia Adik Ipar Anda?" tanya Jeki tampak kecewa.Darius terdiam, menunduk dan mengalihkan pandangannya dengan mendengus kesal."Lagipula, kenapa mereka bisa diizinkan menginap di Villa tanpa adanya pengecekan kalau mereka ternyata bukan Suami Isteri? bukankah biasanya seperti itu?" tanya salah seorang Tokoh Masyarakat."Saya yang salah." ucap Jeki lemas."Kenapa kau m

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Gairah Terpancing di Rumah Orang Lain

    ***Pria yang tadi mengemudikan kapal dan mengantar mereka sampai ke Villa, datang membawa sampan kayu dan berteriak memanggil sambil terus mengayuh ke arah Darius dan Wina."Ah, di saat genting begini. Tuhan memberikan pertolongannya!" ucap Wina sumringah.Darius melambaikan tangan, menuntun Wina untuk segera menuruni jalan bukit."Hati-hati, Tuan, Nona!" ucap pria itu membantu mereka berdua menaiki sampan.Sampan dikayuh secepat mungkin ke Pemukiman yang datarannya lebih tinggi. Hujan masih saja deras, angin tetap dengan terpaannya, sementara petir sudah mengurangi intensitasnya.Sampailah Darius dan Wina ke salah satu rumah warga, sebuah rumah panggung."Naiklah, Tuan, Nona! ini adalah Rumah saya." ucap Pria itu sambil membantu Darius dan Wina menaiki tangga kayu rumah itu.Setelah Darius dan Wina sampai ke lantai rumah, Darius bertanya pada pria itu."Kau datang untuk kami, Jeki?" Darius akhirnya menyebut nama Pria itu."Iya, Tuan! saya khawatir. Terlebih saat melihat hantaman pet

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Bermalam di Villa

    ***Darius dan Wina menyusuri jalan berbatu di tengah-tengah Pemukiman itu. Orang-orang tampak memperhatikan kedatangan mereka, sementara Darius tampak santai dan tersenyum ramah menyapa penduduk yang berpapasan satu per satu."Apakah Anda dikenal di sini, Tuan?""Tidak juga, namun aku yakin mereka tahu kalau kita berasal dari Kota dan datang ke sini untuk sekedar berwisata. Dan tujuan kita adalah Villa di atas bukit sana." ucap Darius sambil menunjuk sebuah bukit."Mereka tahu siapa pemilik Villa itu?""Mungkin ya, mungkin juga tidak. Hanya saja, aku kerap menyewakan Villa itu untuk para Pengunjung dari luar.""Ah, berarti di Villa itu bukan hanya kita berdua, kan? ada berapa Pengunjung kira-kira hari ini, Tuan?" tanya Wina sumringah.Darius menghentikan langkahnya, menoleh pada Wina."Ada dua orang." ucap Darius menatap mata Wina."Oh, baguslah! berarti ada empat orang sekarang! aku perlu mempersiapkan diri untuk berkenalan lagi dengan orang baru." ucap Wina antusias."Empat orang?"

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Apakah Dia Mengajak Berkencan?

    ***Wina masih bengong sepeninggalan Darius, ia tidak mengerti apa yang diucapkan Darius baru saja. Namun, ia tetap tahu diri, Darius memintanya untuk segera berkemas diri, maka Wina segera beranjak dari ranjangnya dan meloncat menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi, Wina mendapati para Pelayan tanpa Bibi Noni sedang mengemasi pakaian untuk dimasukkan ke dalam koper di atas ranjangnya."Ada apa ini?" tanya Wina penasaran."Nona, segeralah berpakaian! tuan Darius sedang menunggu Anda di bawah.""Memangnya kami akan pergi kemana? kok pakaian saya dan pakaian tuan Darius dikemas dalam koper?""Kami tidak tahu, Nona." ucap salah satu Pelayan sambil terus memasukkan pakaian ke dalam koper.Wina segera masuk ke dalam ruang ganti dengan bingung.Saat turun dari tangga, ia dapati Darius sedang duduk dan Revan ada di sisinya sedang berdiri. Darius tampak sedang melihat jam tangannya, dan saat menyadari Wina tengah tur

  • Kembang Desa di Lubang Buaya   Luka di Dahi Revan

    ***Wina berlari kecil menuju lapangan golf. Ia girang sambil meloncat-loncat kecil. Bayangan di benaknya bahwa ia dan Revan akan belajar bermain golf. Revan akan memeluknya dari belakang, memegang tangannya yang sedang menggenggam stick golf, seperti yang pernah ia tonton di beberapa adegan dalam drama favoritnya."Kupikir kau sampai lebih cepat, ternyata memakan waktu sepuluh menit untuk sampai ke sini." sapa Revan padanya dengan senyuman yang memamerkan lesung pipi di balik pipi berbulu tipisnya."Ah, kau tentu saja tahu, bahwa aku harus melewati satu Pos Penjaga dahulu sebelum sampai ke sini.""Hahaha, apakah itu Bibi Noni?""Yaa! sudahlah! kenapa kau memanggilku?""Mmmm, tidak ada! hanya butuh teman.""Wah, kau sedang main-main dengan Sandera tuan Darius.""Hahaha, tentu saja tidak! aku tak berani untuk itu. Belajar golf! kau mau?" tanya Revan sambil mengayunkan tongkat sticknya."Oke! siapa takut?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status