Home / Romansa / Kembalinya sang Putri Pewaris / Bab 92 Balasan yang Cantik

Share

Bab 92 Balasan yang Cantik

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-03-03 19:00:49

Leony cukup terkejut dengan tawaran Bianna, dia menatap wanita yang masih berpakaian kerja itu dengan ekspresi enggan, tetapi setelah beberapa detik, akhirnya dia menarik kursi di depannya dan duduk dengan kasar. Tangannya mengepal di atas meja, menahan amarahnya yang masih membara.

Bianna tersenyum tipis, matanya berbinar dengan ketenangan yang jelas membuat Leony semakin frustasi. "Aku sudah tahu kalau kamu akan melakukan sesuatu seperti ini," katanya seraya melipat serbet di tangannya. "Tapi aku tidak tahu kalau rasanya sememalukan ini."

Leony mendengkus, matanya berkilat penuh kemarahan. "Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu, Bia. Aku datang ke sini hanya untuk memperingatkanmu untuk tidak mendekati Kevin lagi."

Bianna menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, menyilangkan kakinya dengan santai.

"Salah paham," katanya ringan. "Aku bukan orang yang mendekati Kevin." Dia berhenti sejenak, menikmati reaksi Leony yang tampak semakin t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (35)
goodnovel comment avatar
Muktie Prilly
kalah telak km Leoni......
goodnovel comment avatar
Muktie Prilly
aku nga nyangka biar akan sekeren ini menghadapi orng seperti Leony mg harus pake otak biar dia malu sendiri udh mah dia plakor sok bgt bener tuh kata bia klo km mg pilihannya mana mgkn dia mengejar" bia lg...
goodnovel comment avatar
b3kic0t
dia cari gara2 sekarang dibalas makin gondok kan lucu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 93 Menemui Kevin

    Saat Bianna keluar dari kafe, Tian yang sudah menunggu di dekat mobil segera mendekat dengan ekspresi terkejut. Matanya membesar saat melihat wajah Bianna yang masih basah, rambutnya yang sedikit menempel di pipi, dan sisa lemon tea yang mengering di ujung blazer yang dia kenakan."Nyonya, apa yang terjadi?" tanya Tian dengan khawatir. "Kenapa rambut Anda basah seperti ini?"Bianna menghela napas panjang dan mengibaskan sedikit rambutnya yang basah, mencoba menghilangkan sisa air yang masih menempel. "Bukan apa-apa," katanya santai, meskipun dalam hatinya masih terasa kesal dengan kejadian tadi.Tian menatapnya ragu. "Apa kita pulang saja? Saya bisa menyiapkan pakaian baru untuk Anda," usulnya.Bianna menggeleng tegas. "Tidak perlu. Aku ingin langsung pergi ke Harland Group."Tian tampak sedikit kaget dengan keputusan Bianna yang tetap ingin melanjutkan rencananya, meskipun jelas ada sesuatu yang terjadi di dalam kafe tadi. Namun, Tian su

    Last Updated : 2025-03-04
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 94 Menghasut Kevin

    "Kalau begitu, duduklah sebentar," ujar Kevin akhirnya, mengisyaratkan Bianna untuk duduk di sofa panjang yang ada di sudut ruangan.Bianna menuruti ajakannya. Dia duduk dengan anggun, menyilangkan kakinya dengan tenang. Kevin mengambil tempat di seberangnya, menatapnya dengan tatapan penuh arti."Aku tidak akan berbohong," kata Kevin akhirnya. "Menjalankan Harland Group tidak semudah yang kamu bayangkan, terutama setelah tender terakhir yang kamu menangkan. Itu benar-benar menyulitkanku."Bianna tersenyum tipis, merasa puas dengan pengakuan Kevin. Dia tahu proyek besar itu akan berdampak besar pada Harland Group, dan itu adalah bagian dari rencananya."Oh?" Bianna memiringkan kepalanya sedikit, berpura-pura terkejut. "Kupikir Harland Group cukup kuat untuk mengatasi tantangan seperti itu."Kevin menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Harland Group memang kuat, tapi aku tak bisa menyangkal bahwa kemenanganmu dalam tender itu m

    Last Updated : 2025-03-04
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 95 Keluhan Bianna

    Bianna melangkah masuk ke dalam rumah sakit, melewati lorong-lorong yang mulai sepi. Udara hangat dari penghangat ruangan langsung menyambutnya, tetapi tidak bisa menghangatkan hatinya yang dingin saat ini karena dipenuhi dengan berbagai pikiran. Alih-alih pulang ke rumah, dia lebih memilih datang ke sini. Saat tiba di depan kamar Damian, pintunya sedikit terbuka, dan Bianna bisa melihat sosok pria itu sedang duduk di ranjang dengan ekspresi serius, ponsel menempel di telinganya. Meski sedang sakit, Damian tetap tenggelam dalam pekerjaannya. “Pastikan laporan keuangan bulan ini sudah diaudit sebelum meeting minggu depan.” Suara Damian terdengar tegas. “Dan jangan lupa, aku ingin dokumen merger itu siap secepatnya.” Selesai dengan panggilan pertama, Damian langsung menekan nomor lain. Kali ini, dia menghubungi Inez. “Inez, besok pagi bawakan semua dokumen yang harus aku tanda tangani ke rumah sakit. Aku akan pulang besok,” k

    Last Updated : 2025-03-04
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 96 Makan Siang Terlambat

    Damian menatap Bianna dalam diam. Dia tahu bahwa Bianna keras kepala, dan tidak ada gunanya berdebat dengannya sekarang. Bagaimanapun juga, ini adalah permainannya, dan Damian hanya akan mengamati dari samping—setidaknya untuk saat ini.Bianna mengalihkan pandangannya ke meja kecil di sudut ruangan, melihat nampan makan yang masih penuh dan tidak tersentuh. Alisnya mengernyit. “Kamu lagi puasa atau bagaimana?” tanyanya, menatap Damian dengan curiga.Damian, yang sedang bersandar di ranjang sambil memainkan ponselnya, mengangkat alis. “Hah?” Dia mengikuti arah pandangan Bianna dan mendapati nampan makan itu masih di tempatnya sejak tadi. “Oh, itu. Aku tidak sempat makan.”Bianna mendecakkan lidah. “Tidak sempat atau memang tidak mau?”Damian hanya mengangkat bahu, tampak tidak tertarik untuk menjelaskan lebih lanjut.Bianna menghela napas panjang, lalu berjalan ke arah meja dan mengambil nampan makan itu. Dengan gerakan mantap, ia meletakk

    Last Updated : 2025-03-05
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 97 Kevin Marah

    Saat Kevin memasuki rumah, langkahnya terdengar berat dan penuh amarah. Begitu melihat Leony yang tengah duduk di sofa ruang tamu dengan wajah masam, dia langsung menghampirinya dengan tatapan tajam.“Apa yang kamu lakukan pada Bia tadi?” suaranya dingin, tetapi nada kemarahan jelas terasa.Leony, yang awalnya duduk dengan santai, kini menegakkan tubuhnya. Dia menatap Kevin dengan sinis. “Apa maksudmu?”Kevin menghempaskan jas yang masih dia kenakan ke sofa dengan kasar. “Jangan pura-pura bodoh. Kamu tahu maksudku. Buat apa kamu menemui Bia? Apa kamu tidak punya hal lain yang lebih berguna untuk dilakukan?”Leony mendengkus, lalu menyilangkan tangannya di dada. “Oh? Jadi sekarang kamu membela dia? Sejak kapan kamu begitu peduli pada Bia?”Kevin mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat, membuat Leony tersentak. “Sejak kamu mempermalukannya di depan umum! Apa kamu tidak punya otak? Apa kamu tidak sadar bahwa semua orang melihatnya? Ka

    Last Updated : 2025-03-05
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 98 Rencana Baru

    Leony menambahkan, "Dia bahkan terang-terangan mengatakan menyesal telah memilihku! Dia membela Bia di hadapanku, Mom! Seolah-olah aku ini tidak ada artinya!""Itulah sebabnya kamu tidak boleh menyerah! Kamu pikir aku akan diam saja membiarkan perempuan licik seperti Bia merebut suamimu? Tidak akan pernah!" Nada suara Stella mulai meninggi. Aura kemarahan pun terlihat jelas di wajahnya. Leony menelan ludah. Ada sesuatu dalam nada bicara Stella yang membuatnya menggigil, tetapi sekaligus menyalakan bara dalam dirinya. "Tapi bagaimana caranya? Kevin sudah tergila-gila pada Bia lagi. Bahkan aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan!"Stella tersenyum sinis. "Bia memang pintar. Dia tahu bagaimana memainkan peran sebagai wanita lemah dan menggoda untuk menarik perhatian Kevin. Tapi satu hal yang tidak bisa dia lawan adalah fakta bahwa kamu adalah istrinya yang sah. Itu adalah keunggulan terbesarmu."Leony mulai memahami arah pembicaraan Stella. Dia menga

    Last Updated : 2025-03-05
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 99 Bianna yang Kesal

    Dion langsung menghampiri mereka dengan ponselnya, membuat Bianna dan Damian refleks langsung menjauh satu sama lain. Bianna mengusap wajahnya, mencoba mengumpulkan kesadaran, sedangkan Damian berdeham dan kembali ke posisi duduknya dengan santai, meski ada sorot aneh di matanya."Apa sih, Dion? Kenapa pagi-pagi kamu ribut sekali?" tanya Bianna, suaranya masih serak karena baru bangun.Dion dengan ekspresi panik langsung menyerahkan ponselnya pada Bianna."Lihat ini! Seluruh media sosial lagi heboh sama berita ini!"Bianna mengambil ponsel Dion dan melihat layar yang penuh dengan berita yang sedang trending. Matanya menajam begitu melihat judul utama:"WANITA BERSUAMI MENGGODA MANTAN SUAMINYA SENDIRI? SKANDAL BESAR DI DUNIA BISNIS!"Sebuah artikel panjang tertera di sana, membahas tentang seorang wanita yang sudah menikah, tetapi kembali dekat dengan mantan suaminya. Meski inisial yang digunakan adalah B dan K, tetapi di kolom komentar banyak orang yang menduga bahwa ini tentang dirin

    Last Updated : 2025-03-06
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 100 Bianna Kalut

    Saat Damian dan Bianna tiba di depan gedung perusahaan, suasana di sana sudah jauh dari tenang. Puluhan wartawan telah berkumpul, kamera dan mikrofon diarahkan ke arah mereka begitu mobil Damian berhenti di lobi utama.Bianna mengerutkan kening, tidak menyangka pemberitaan itu akan berdampak secepat ini. Dia menghela napas dan bersiap turun dari mobil, tetapi sebelum tangannya sempat menyentuh pegangan pintu, Damian sudah lebih dulu menahannya."Tunggu sebentar," ucapnya pelan, matanya waspada.Bianna menoleh padanya, sedikit bingung. "Aku harus masuk. Mereka tidak mungkin di sini selamanya."Damian mendecak. "Mereka di sini untukmu. Begitu kamu keluar, mereka tidak akan melepaskanmu."Bianna mendesah frustasi. "Aku tidak bisa terus bersembunyi. Aku hanya perlu melewati mereka tanpa bicara apa pun."Damian masih menatapnya sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tetap di dekatku."Begitu pintu mobil terbuka, suar

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 178 Akhir yang Indah

    Enam bulan kemudianAngin sore bertiup lembut, mengusap wajah Rachel yang termenung di bangku taman dekat dengan rumahnya. Pandangannya kosong menatap danau buatan di depannya, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal yang sama selama enam bulan terakhir ini, penyesalan.Hampir setiap hari, dia mengulang kembali momen itu dalam pikirannya. Betapa bodohnya dia yang hanya diam saat Sean bertanya apakah dia harus pergi. Seharusnya saat itu Rachel mengatakan sesuatu. Seharusnya waktu itu Rachel memintanya tetap tinggal.Rachel menggenggam erat jemarinya sendiri, hatinya terasa sesak."Aku seharusnya mengatakannya …," gumamnya, lalu tiba-tiba dia berteriak kesal, "Aku seharusnya bilang jangan pergi!" Suaranya bergetar menahan tangis."Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya malam itu?"Rachel membelalakkan matanya. Mencerna suara yang baru saja dia dengar lalu dengan cepat dia berdiri dan menoleh ke arah suara itu.Di sana, berdiri sosok yang selama ini selalu ada dalam pikirannya.Sean.Rache

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 177 Kembali ke New York

    Perjalanan menuju rumah Rachel dipenuhi dengan keheningan. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sedangkan Sean dan Rachel larut dalam pikiran masing-masing.Rachel menggenggam ujung mantelnya dengan erat, mencoba menahan sesuatu yang terasa mengganjal di dadanya. Sean di sampingnya tampak tenang, tetapi tatapannya lurus ke depan, seakan-akan menyembunyikan banyak hal yang ingin dia katakan.Mobil berhenti di depan rumah Rachel. Wanita itu membuka pintu mobil, tetapi sebelum turun, Sean akhirnya bersuara.“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita.”Rachel membeku. Jari-jarinya yang memegang pegangan pintu menegang. Dia menelan ludah susah payah, berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan, tetapi tenggorokannya terasa kering.“Kalau begitu .…” Rachel menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “hati-hati di perjalanan.”Sean tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa pahit.“Kau juga,” jawabnya.Rachel mengangguk pelan, lalu turun dari mobil. Sean tetap duduk di dalam, menatap punggung

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 176 Haruskah?

    Sean berdiri di tepi trotoar, menunggu dengan sabar di depan kantor tempat Rachel bekerja. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya, sedangkan lalu lintas kota mulai ramai seiring jam pulang kerja.Tidak lama, pintu kaca otomatis terbuka, dan Rachel muncul dari dalam gedung dia antara banyaknya para pekerja yang keluar dari gedung itu. Dia tampak lelah, tetapi senyum tetap terukir di wajahnya saat matanya menangkap sosok Sean. Dengan riang, dia melambaikan tangan."Sean!" serunya, mempercepat langkah mendekatinya.Sean, yang kini sudah benar-benar pulih tanpa tongkatnya, membalas senyum Rachel. "Lama sekali. Aku hampir mengira kau sudah lupa kalau ada seseorang yang menunggumu di sini," godanya.Rachel tertawa kecil. "Sibuk, tahu? Tapi aku senang kamu datang menjemputku."Sean mengangkat bahu. "Aku ‘kan harus memastikan kamu tidak pulang terlalu larut. Siapa tahu ada orang asing yang mencoba merebut perhatianmu," ujarnya dengan nada bercan

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 175 Bersatu

    Waktu berlalu, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Setelah menjalani pemulihan yang cukup panjang, Sean dan Steven hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mereka sempat melalui berbagai pemeriksaan dan tes untuk memastikan kondisi keduanya benar-benar sudah pulih.Hari itu langit begitu cerah, seolah-olah ikut merayakan kesembuhan mereka berdua.Damian sudah menunggu di depan ruang rawat sang anak yang pintunya terbuka dengan penuh antusias. Tidak berapa lama, orang yang dia tunggu akhirnya keluar juga. Bianna tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Steven yang terlihat lebih ceria dan sehat dibanding sebelumnya.“Siap pulang, jagoan?” Damian bertanya sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.Steven mengangguk dengan semangat. “Siap, Daddy! Aku kangen rumah!”Dari arah sebelah kanan Damian, Sean juga baru keluar dari ruang rawatnya, pria itu melangkah dengan tenang, meskipun tubuhnya masih sed

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 174 Satu Keluarga

    Rachel menghela napas, tidak menyangka kalau Sean akan bertanya hal itu. Wanita yang menguncir rambut panjangnya itu lebih dulu menyesap air putih dari gelas yang ada di meja samping tempat tidur sebelum akhirnya menjawab, “Aku bertemu dengan Bianna lebih dulu, lalu dari situlah aku mulai mengenal Damian. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang aneh darinya. Dia selalu bersikap baik, tapi juga menjaga jarak seolah-olah … ada sesuatu dalam diriku yang mengganggunya.”Sean mengangkat alis. “Mengganggunya?”Rachel mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku merasa dia melihatku bukan sebagai diriku sendiri … melainkan seseorang yang lain.”Sean menatap Rachel dalam diam. Pikirannya mulai menghubungkan banyak hal yang selama ini terasa samar. “Mungkin karena kamu mirip dengan Elara,” gumamnya lirih.Rachel menatap Sean, mencoba membaca ekspresinya. “Aku tidak pernah bertanya banyak, karena aku bisa merasakan sepertinya itu sesua

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 173 Steven Selamat

    Waktu terasa berjalan lambat bagi Damian dan Bianna yang menunggu di luar ruang operasi. Bianna duduk di bangku tunggu sambil terus meremas jemarinya sendiri, sedangkan Damian mondar-mandir di sepanjang lorong rumah sakit.“Aku tidak tahan lagi … ini sudah berjam-jam,” gumam Bianna dengan suara gemetar.Damian menghentikan langkahnya dan duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya erat. “Mereka akan baik-baik saja. Sean kuat, begitu juga Steven.”Bianna mengangguk, meskipun kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. Sementara Eduardo duduk di bangku lainnya ditemani oleh Dion. Pria tua itu menunduk sembari merapalkan doa-doa demi keselamatan cucu dan cicitnya.Setelah hampir lima jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rodriguez keluar dengan wajah tenang dan profesional didampingi seorang suster di sampingnya. “Dok, bagaimana keadaan mereka?” Damian langsung b

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 172 Hari Penting

    Damian menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi tetap tenang. “Bukan itu maksudku, Kak.”“Tapi itulah yang kamu katakan!” Sean mendekat, dadanya naik turun menahan amarah. “Kamu berbicara seolah-olah kehadiran Rachel itu seperti pengganti Elara! Seperti Elara tidak ada artinya bagimu!”Mendengar ucapan Sean, Damian mengepalkan tangannya. “Aku tidak pernah bilang begitu! Aku hanya mengatakan bahwa melihat Rachel … aku merasa sedikit lebih baik. Itu bukan berarti aku melupakan Elara!”Sean menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. “Jangan bicara seolah-olah kamu lebih menderita dariku, Damian! Kamu bahkan tidak ada di sana saat Elara meninggal! Kamu tidak melihatnya sekarat di pelukanku! Kamu tidak merasakan ketakutan dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik hidupmu!”Suasana semakin memanas, napas mereka berdua memburu.Damian menatap Sean dengan tatapan dingin. “Kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan, Kak? Aku juga

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 171 Sean Marah

    Malam semakin larut, tetapi Damian belum juga bisa memejamkan mata. Dia menatap Bianna yang tertidur di samping Steven, memeluk putra mereka dengan penuh kasih sayang. Wajah putranya masih pucat, tetapi napasnya kini lebih teratur setelah mendapatkan perawatan intensif. Damian mengusap rambut Steven dengan lembut, memastikan bahwa putranya nyaman.Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Sean.Dengan hati yang dipenuhi berbagai emosi, Damian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar rawat sang anak. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, mencari keberadaan Sean. Dia tahu bahwa saudaranya itu pasti masih ada di sekitar sini.Saat dia sampai di taman di balkon rumah sakit, langkahnya terhenti.Di sana, di bawah redupnya cahaya lampu taman, Sean sedang duduk di bangku panjang bersama Rachel. Keduanya tampak berbincang dengan santai. Rachel terkadang tertawa kecil, sementara Sean terlihat lebih rileks dibandingkan s

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 170 Membuka Hati

    Rachel tiba di rumah sakit, untuk menjenguk Steven. Saat dia melangkah ke dalam ruangan dan melihat ekspresi wajah semua orang, dia langsung menyadari bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil menatap mereka satu per satu. Bianna menghapus air matanya dan tersenyum. “Kak Sean cocok sebagai donor sumsum tulang untuk Steven.” Rachel terkejut. Dia menoleh ke arah Sean yang hanya berdiri diam di sudut ruangan, tampak tenang seperti biasanya. Namun, di balik ketenangannya, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Sean. Rachel melangkah mendekat dan berkata pelan, “Kau benar-benar akan melakukannya?” Sean menatap Rachel dan mengangguk tanpa ragu. “Ya. Aku akan menyelamatkan keponakanku.” Rachel menatapnya dalam-dalam. “Itu … luar biasa.” Sean tidak menjawab, hanya menoleh kembali ke Damian dan Bianna. “Kalau begitu, aku akan menyelesaikan tes tambaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status