Home / Romansa / Kembalinya sang Putri Pewaris / Bab 69 Damian yang Keras Kepala

Share

Bab 69 Damian yang Keras Kepala

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-02-24 07:00:50
Bianna terdiam. Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatnya tak bisa langsung membalas. Kenapa dia berubah lagi? Pagi tadi, Damian memang tetap dengan sikap dinginnya, tetapi setidaknya dia tidak seketus ini. Bahkan, pria itu sempat menunjukkan sisi lemahnya sesuatu yang jarang terjadi.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Bianna menggigit bibirnya, menahan dorongan untuk membalas dengan emosi. Namun, dia tidak bisa menahan pikirannya sendiri yang mulai mempertanyakan perubahan sikap suaminya.

Kenapa pria ini selalu seperti ini? Seolah-olah ada tembok tebal yang dia bangun di sekelilingnya?

“Aku hanya tidak ingin Kamu semakin terluka, Dami.” Suaranya lebih lembut kali ini, mencoba meredam ketegangan di antara mereka.

Namun, bukannya mereda, Damian menatapnya lebih tajam. “Aku harus datang ke pesta itu. Itu bagian dari realisasi kita, bukan? Bukti bahwa kita adalah pasangan yang sesungguhnya.”

Bianna terkesiap. Jadi ini alasannya?

Jadi, satu-satunya alasan Damian ingin tetap h
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (32)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
Sean kepo deh kalo g kepo g Sean namanya Damian beneran G bisa ditebak kayak cewek lagi pms kadang baik anget kayak matahari pagi kadang membakar kayak musim panas
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
Damian memang keras kepala,Brianna jaga hatimu bia jangan berharap lebih toh Damian tidk menganggapmu orang yg spesial
goodnovel comment avatar
Ratihtyas
Apa dipesta ada Viella
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 70 Pesta Ricardo

    Mobil SUV Mercedes Benz hitam milik Damian berhenti di depan gedung megah tempat pesta ulang tahun Ricardo Thomson diadakan. Lampu-lampu mewah yang menghiasi eksterior bangunan memberikan kesan elegan dan glamor, mencerminkan kemewahan dunia bisnis yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan Damian dan Bianna. Saat seorang valet membukakan pintu, Damian turun lebih dulu. Dengan posturnya yang tegap meski lengan kirinya baru saja terluka, dia tetap terlihat berwibawa. Kemudian, Bianna keluar dengan anggun, mengenakan gaun malam yang sewarna dengan jas Damian membalut tubuh rampingnya dengan sempurna. Wajahnya tetap tenang meski pikirannya masih dipenuhi rasa heran akan sikap Damian yang begitu keras kepala. Begitu mereka melangkah masuk ke dalam gedung, hampir semua mata tertuju pada mereka. Sejumlah pebisnis dan sosialita yang hadir tampak menyambut dengan hangat pasangan yang belum lama menikah itu. Beberapa orang mulai berdatangan, memberikan sapaan sopan dan sekadar bertukar s

    Last Updated : 2025-02-24
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 71 Kemunculan Viella

    “Berikan tepuk tangan yang meriah untuk .... Viella Roxanne!” Tepuk tangan menggema di seluruh ruangan. Semua orang tampak antusias menyambut nama itu. Namun, di antara semua yang bertepuk tangan, hanya satu orang yang tetap diam dan membeku di tempatnya, Damian. Pria itu menatap lurus ke panggung, tanpa kedip, tanpa ekspresi. Hanya kejutan yang tergambar jelas di wajahnya, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Dari samping, Bianna yang juga sama terkejutnya langsung mengarahkan pandangannya ke suaminya. Jantungnya berdebar tidak karuan saat melihat ekspresi Damian yang sulit ditebak. Kenapa Damian bereaksi seperti ini? Dan bahkan Damian melepaskan genggaman tangan Bianna dengan cepat. Tak lama kemudian, seorang wanita dengan langkah anggun menaiki panggung. Cahaya lampu sorot menyorotnya, membuatnya tampak semakin menawan. Gaun malam berwarna merah anggur yang dia kenakan membalut tubuhnya denga

    Last Updated : 2025-02-24
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 72 Aura Permusuhan

    Bianna berdiri di sudut ruangan, memandangi gelas sampanye di tangannya dengan tatapan kosong. Suara musik yang mengalun dan tawa tamu-tamu yang saling bercakap-cakap terasa seperti gema yang jauh, samar, dan tidak nyata. Dia masih teringat bagaimana Damian tiba-tiba pergi begitu saja setelah bertemu Viella. Tanpa sepatah kata pun. Tanpa memedulikan Bianna yang harus menjelaskan ketidakhadirannya pada Ricardo. Dengan senyum yang dipaksakan, Bianna berkata bahwa Damian kurang sehat dan perlu beristirahat lebih awal. Sebuah kebohongan kecil yang terpaksa dia lontarkan agar tidak membuat keadaan semakin canggung. Ricardo tampak mengerti, tetapi tetap saja, Bianna merasa seperti orang bodoh yang ditinggalkan begitu saja. Bianna menghela napas panjang, merasa lelah. Namun, saat dia hendak mencari tempat lebih sepi, sebuah suara menghentikannya. "Nyonya Lysander, bolehkah aku menemanimu bersulang?" Bianna mendonga

    Last Updated : 2025-02-25
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 73 Cemburu Itu Ada

    Ditatap seperti itu oleh Damian, Viella masih tersenyum, tetapi kali ini sorot matanya tampak lebih dalam. Ada sesuatu di sana, mungkin kemarahan, mungkin rasa sakit, atau mungkin sesuatu yang bahkan tidak bisa ditebak oleh Damian maupun Bianna. “Sepertinya aku mengganggu momen kalian,” ujar Viella dengan nada yang terdengar manis, tetapi Bianna bisa merasakan sindiran di balik kata-katanya. Damian tidak membalas, hanya menatapnya dingin. Viella meneguk sedikit sampanye dari gelasnya sebelum akhirnya berkata, “Aku akan kembali ke tempat Ricardo. Senang berbincang denganmu, Nyonya Lysander.” Setelah berkata begitu, Viella melangkah pergi dengan anggun, meninggalkan Bianna dan Damian yang masih berdiri dalam posisi mereka. Bianna menelan ludah, lalu melirik Damian yang masih menatap Viella hingga sosoknya menghilang di antara tamu-tamu lain. Tangan Damian yang merangkulnya terasa begitu

    Last Updated : 2025-02-25
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 74 Tidak Sengaja

    Mendengar pujian itu Damian hanya menanggapi dengan anggukan kecil dan senyuman tipis, sedangkan Bianna, yang masih merasa gugup setelah berdansa, hanya membalas dengan senyum sopan. Namun, di tengah obrolan singkat itu, Damian melirik ke arah lain. Di sudut ruangan, di dekat meja bar, Viella sedang berbincang dengan Ricardo. Gaun malamnya yang elegan berkilau di bawah cahaya lampu kristal, memancarkan pesonanya sebagai seorang model ternama. Akan tetapi, bukan itu yang menarik perhatian Damian. Viella menatapnya. Tatapan itu bukan sekadar tatapan biasa, ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Mungkin kejutan, mungkin kemarahan yang ditahan, atau mungkin sesuatu yang Viella sendiri bahkan tidak bisa definisikan. Damian menyadari hal itu, dan bukannya menghindar, pria itu justru mengangkat sudut bibirnya sedikit, memberikan senyum mengejek. Seolah-olah dia sedang menunjukkan bahwa dia baik-baik saja sekarang tanpanya dan s

    Last Updated : 2025-02-25
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 75 Kenyataan Itu

    Dalam perjalanan menuju toilet, Bianna tak bisa mengabaikan kegelisahan yang kini memenuhi pikirannya. Damian kembali bersikap dingin padanya, sama seperti biasanya sebelum semua kejadian ini dimulai.Sejak kemarin, sikap pria itu seperti ombak di lautan, berubah-ubah tanpa pola yang jelas. Kadang terasa hangat dan lembut, membuat Bianna merasa diperhatikan, lalu tiba-tiba kembali menjadi sosok yang dingin dan sulit dijangkau."Apa yang sebenarnya ada di pikirannya?" gumam Bianna dalam hati, sedikit menghela napas.Dia mencoba mengingat bagaimana Damian memperlakukannya tadi, membawanya berdansa, merangkulnya dengan erat di depan Viella, lalu menatapnya seakan-akan dia adalah satu-satunya wanita yang ada di ruangan itu. Namun, hanya selang beberapa menit setelahnya, Damian kembali ke mode dinginnya saat menghadapi pelayan tadi."Apa dia marah karena kejadian barusan? Tapi kenapa? Aku baik-baik saja. Lagipula, kenapa dia harus sekasar itu pada pela

    Last Updated : 2025-02-26
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 76 Bianna Marah

    Bianna tergesa-gesa keluar dari toilet. Namun, begitu dia melewati pintu, Damian sudah berdiri di luar, bersandar pada dinding dengan kedua tangannya terselip di saku celana. Begitu melihat Bianna, dia segera meluruskan tubuhnya dan menatapnya penuh selidik."Kamu kenapa lama sekali?" tanyanya, suaranya terdengar datar, tetapi sedikit mengandung rasa khawatir.Bianna tidak menjawab. Dia hanya berjalan lurus melewati Damian tanpa sedikit pun meliriknya."Bia."Damian memanggilnya lagi, kali ini lebih tegas. Namun, Bianna tetap tak berhenti. Kesabarannya tampaknya habis, karena tiba-tiba Damian bergerak cepat dan menarik lengan Bianna, menghentikannya di tengah koridor pesta."Apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan suara yang lebih dalam, menatap Bianna dengan tajam.Bianna menoleh, matanya penuh kemarahan. Dengan cepat, dia menepis tangan Damian dengan keras. Damian tampak sedikit terkejut dengan tindakan itu."Kamu ti

    Last Updated : 2025-02-26
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 77 Akhirnya Tahu

    Bianna turun dari mobil tanpa menunggu pintunya dibukakan, langkahnya cepat dan penuh emosi. Angin malam menerpa kulitnya, tetapi amarah yang membakar dadanya membuatnya tak peduli pada hawa dingin."Bia!" Suara Damian memanggil, tetapi dia mengabaikannya.Dia terus berjalan menuju pintu masuk, tidak peduli apakah Damian mengejarnya atau tidak. Tatapannya lurus ke depan, hatinya dipenuhi dengan kemarahan dan kekecewaan yang bercampur menjadi satu.Dari balkon lantai atas, Sean yang tengah menikmati segelas anggur memperhatikan pemandangan itu. Alisnya sedikit terangkat melihat bagaimana Bianna melangkah cepat, sementara Damian tampak kesal di belakangnya.Sean menghela napas pelan dan bergumam pada dirinya sendiri, "Sepertinya pesta mereka tidak berjalan dengan baik."Di dalam kamar, Bianna baru saja menutup pintu saat Damian mengejarnya. Dengan satu gerakan cepat, Damian menarik tangannya, menahannya agar tidak p

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 178 Akhir yang Indah

    Enam bulan kemudianAngin sore bertiup lembut, mengusap wajah Rachel yang termenung di bangku taman dekat dengan rumahnya. Pandangannya kosong menatap danau buatan di depannya, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal yang sama selama enam bulan terakhir ini, penyesalan.Hampir setiap hari, dia mengulang kembali momen itu dalam pikirannya. Betapa bodohnya dia yang hanya diam saat Sean bertanya apakah dia harus pergi. Seharusnya saat itu Rachel mengatakan sesuatu. Seharusnya waktu itu Rachel memintanya tetap tinggal.Rachel menggenggam erat jemarinya sendiri, hatinya terasa sesak."Aku seharusnya mengatakannya …," gumamnya, lalu tiba-tiba dia berteriak kesal, "Aku seharusnya bilang jangan pergi!" Suaranya bergetar menahan tangis."Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya malam itu?"Rachel membelalakkan matanya. Mencerna suara yang baru saja dia dengar lalu dengan cepat dia berdiri dan menoleh ke arah suara itu.Di sana, berdiri sosok yang selama ini selalu ada dalam pikirannya.Sean.Rache

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 177 Kembali ke New York

    Perjalanan menuju rumah Rachel dipenuhi dengan keheningan. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sedangkan Sean dan Rachel larut dalam pikiran masing-masing.Rachel menggenggam ujung mantelnya dengan erat, mencoba menahan sesuatu yang terasa mengganjal di dadanya. Sean di sampingnya tampak tenang, tetapi tatapannya lurus ke depan, seakan-akan menyembunyikan banyak hal yang ingin dia katakan.Mobil berhenti di depan rumah Rachel. Wanita itu membuka pintu mobil, tetapi sebelum turun, Sean akhirnya bersuara.“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita.”Rachel membeku. Jari-jarinya yang memegang pegangan pintu menegang. Dia menelan ludah susah payah, berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan, tetapi tenggorokannya terasa kering.“Kalau begitu .…” Rachel menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “hati-hati di perjalanan.”Sean tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa pahit.“Kau juga,” jawabnya.Rachel mengangguk pelan, lalu turun dari mobil. Sean tetap duduk di dalam, menatap punggung

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 176 Haruskah?

    Sean berdiri di tepi trotoar, menunggu dengan sabar di depan kantor tempat Rachel bekerja. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya, sedangkan lalu lintas kota mulai ramai seiring jam pulang kerja.Tidak lama, pintu kaca otomatis terbuka, dan Rachel muncul dari dalam gedung dia antara banyaknya para pekerja yang keluar dari gedung itu. Dia tampak lelah, tetapi senyum tetap terukir di wajahnya saat matanya menangkap sosok Sean. Dengan riang, dia melambaikan tangan."Sean!" serunya, mempercepat langkah mendekatinya.Sean, yang kini sudah benar-benar pulih tanpa tongkatnya, membalas senyum Rachel. "Lama sekali. Aku hampir mengira kau sudah lupa kalau ada seseorang yang menunggumu di sini," godanya.Rachel tertawa kecil. "Sibuk, tahu? Tapi aku senang kamu datang menjemputku."Sean mengangkat bahu. "Aku ‘kan harus memastikan kamu tidak pulang terlalu larut. Siapa tahu ada orang asing yang mencoba merebut perhatianmu," ujarnya dengan nada bercan

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 175 Bersatu

    Waktu berlalu, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Setelah menjalani pemulihan yang cukup panjang, Sean dan Steven hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mereka sempat melalui berbagai pemeriksaan dan tes untuk memastikan kondisi keduanya benar-benar sudah pulih.Hari itu langit begitu cerah, seolah-olah ikut merayakan kesembuhan mereka berdua.Damian sudah menunggu di depan ruang rawat sang anak yang pintunya terbuka dengan penuh antusias. Tidak berapa lama, orang yang dia tunggu akhirnya keluar juga. Bianna tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Steven yang terlihat lebih ceria dan sehat dibanding sebelumnya.“Siap pulang, jagoan?” Damian bertanya sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.Steven mengangguk dengan semangat. “Siap, Daddy! Aku kangen rumah!”Dari arah sebelah kanan Damian, Sean juga baru keluar dari ruang rawatnya, pria itu melangkah dengan tenang, meskipun tubuhnya masih sed

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 174 Satu Keluarga

    Rachel menghela napas, tidak menyangka kalau Sean akan bertanya hal itu. Wanita yang menguncir rambut panjangnya itu lebih dulu menyesap air putih dari gelas yang ada di meja samping tempat tidur sebelum akhirnya menjawab, “Aku bertemu dengan Bianna lebih dulu, lalu dari situlah aku mulai mengenal Damian. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang aneh darinya. Dia selalu bersikap baik, tapi juga menjaga jarak seolah-olah … ada sesuatu dalam diriku yang mengganggunya.”Sean mengangkat alis. “Mengganggunya?”Rachel mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku merasa dia melihatku bukan sebagai diriku sendiri … melainkan seseorang yang lain.”Sean menatap Rachel dalam diam. Pikirannya mulai menghubungkan banyak hal yang selama ini terasa samar. “Mungkin karena kamu mirip dengan Elara,” gumamnya lirih.Rachel menatap Sean, mencoba membaca ekspresinya. “Aku tidak pernah bertanya banyak, karena aku bisa merasakan sepertinya itu sesua

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 173 Steven Selamat

    Waktu terasa berjalan lambat bagi Damian dan Bianna yang menunggu di luar ruang operasi. Bianna duduk di bangku tunggu sambil terus meremas jemarinya sendiri, sedangkan Damian mondar-mandir di sepanjang lorong rumah sakit.“Aku tidak tahan lagi … ini sudah berjam-jam,” gumam Bianna dengan suara gemetar.Damian menghentikan langkahnya dan duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya erat. “Mereka akan baik-baik saja. Sean kuat, begitu juga Steven.”Bianna mengangguk, meskipun kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. Sementara Eduardo duduk di bangku lainnya ditemani oleh Dion. Pria tua itu menunduk sembari merapalkan doa-doa demi keselamatan cucu dan cicitnya.Setelah hampir lima jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rodriguez keluar dengan wajah tenang dan profesional didampingi seorang suster di sampingnya. “Dok, bagaimana keadaan mereka?” Damian langsung b

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 172 Hari Penting

    Damian menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi tetap tenang. “Bukan itu maksudku, Kak.”“Tapi itulah yang kamu katakan!” Sean mendekat, dadanya naik turun menahan amarah. “Kamu berbicara seolah-olah kehadiran Rachel itu seperti pengganti Elara! Seperti Elara tidak ada artinya bagimu!”Mendengar ucapan Sean, Damian mengepalkan tangannya. “Aku tidak pernah bilang begitu! Aku hanya mengatakan bahwa melihat Rachel … aku merasa sedikit lebih baik. Itu bukan berarti aku melupakan Elara!”Sean menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. “Jangan bicara seolah-olah kamu lebih menderita dariku, Damian! Kamu bahkan tidak ada di sana saat Elara meninggal! Kamu tidak melihatnya sekarat di pelukanku! Kamu tidak merasakan ketakutan dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik hidupmu!”Suasana semakin memanas, napas mereka berdua memburu.Damian menatap Sean dengan tatapan dingin. “Kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan, Kak? Aku juga

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 171 Sean Marah

    Malam semakin larut, tetapi Damian belum juga bisa memejamkan mata. Dia menatap Bianna yang tertidur di samping Steven, memeluk putra mereka dengan penuh kasih sayang. Wajah putranya masih pucat, tetapi napasnya kini lebih teratur setelah mendapatkan perawatan intensif. Damian mengusap rambut Steven dengan lembut, memastikan bahwa putranya nyaman.Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Sean.Dengan hati yang dipenuhi berbagai emosi, Damian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar rawat sang anak. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, mencari keberadaan Sean. Dia tahu bahwa saudaranya itu pasti masih ada di sekitar sini.Saat dia sampai di taman di balkon rumah sakit, langkahnya terhenti.Di sana, di bawah redupnya cahaya lampu taman, Sean sedang duduk di bangku panjang bersama Rachel. Keduanya tampak berbincang dengan santai. Rachel terkadang tertawa kecil, sementara Sean terlihat lebih rileks dibandingkan s

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 170 Membuka Hati

    Rachel tiba di rumah sakit, untuk menjenguk Steven. Saat dia melangkah ke dalam ruangan dan melihat ekspresi wajah semua orang, dia langsung menyadari bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil menatap mereka satu per satu. Bianna menghapus air matanya dan tersenyum. “Kak Sean cocok sebagai donor sumsum tulang untuk Steven.” Rachel terkejut. Dia menoleh ke arah Sean yang hanya berdiri diam di sudut ruangan, tampak tenang seperti biasanya. Namun, di balik ketenangannya, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Sean. Rachel melangkah mendekat dan berkata pelan, “Kau benar-benar akan melakukannya?” Sean menatap Rachel dan mengangguk tanpa ragu. “Ya. Aku akan menyelamatkan keponakanku.” Rachel menatapnya dalam-dalam. “Itu … luar biasa.” Sean tidak menjawab, hanya menoleh kembali ke Damian dan Bianna. “Kalau begitu, aku akan menyelesaikan tes tambaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status