Share

Bab 31 Jalan-jalan

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2024-09-20 20:20:15

Tatapan Damian semakin tajam dan menuntut. Itu membuat Bianna takut sebenarnya, tetapi wanita itu juga tidak berniat bergeming dari tempatnya berdiri. Karena Bianna tidak juga bersuara, pria yang rambutnya selalu rapi itu pun berjalan mendekatinya. Tentu saja tindakan Demian membuat Bianna terkejut dengan serta-merta dia pun mengatakan apa yang dia dengar.

“Aku bersumpah tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Tapi aku sungguh tidak mendengar nama siapa yang kalian maksud.”

Jawaban Bianna pun berhasil menghentikan langkah kaki Demian.

“Apa kamu berkata benar?” tanya Damian dengan menatap serius.

Bianna pun berdecak. “Buat apa aku bohong? Kalau aku tahu sejak tadi, aku sudah pasti ikut berkomentar.” Bianna berkata tak kalah sinis.

Damian tampak sedang berpikir. Namun, sedetik kemudian dia kembali berjalan dengan tangan kanan sudah berada di dalam kantong celana jeans-nya.

“Ya, sudah. Kita pergi se
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (51)
goodnovel comment avatar
SusiVikers
elehhh manja manja juga ttp bikin kamu seneng kan Dami, toh manja nya bia cuma sama kamu saat ini jadi ITS ok kan
goodnovel comment avatar
SusiVikers
wah wah apa mungkin ada hubungannya tentang elara dan juga om Sean? tapi ada apa? knpa Dami semarah itu? aku penasaran asli soalnya Dami ini banyak bgt nyimpen rahasia
goodnovel comment avatar
Izbell Tok
kan manjanya bia sama kmu aja dami
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 32 Mungkinkah?

    Kalau boleh meminta sungguh Bianna tidak ingin bertemu dengan perempuan yang saat ini sedang berjalan mendekatinya. Tatapan wanita itu terlihat sangat tajam dan juga meremehkan. Senyumnya juga bukanlah senyum yang wajar. Bianna ingat benar dulu dia tidak bisa seperti ini, tetapi lihatlah sekarang, sepertinya Stella–Ibu mertuanya–telah lupa asalnya dari mana. “Lihat ini, siapa yang ada di depanku ini? Orang yang seharusnya mati dalam jurang itu, bukan?” Telak sekali Stella mengucapkan kalimat itu, dia seakan-akan tidak takut kalau perkataannya akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.“Apa maksud Mam … tidak, kamu sama sekali tidak pantas disebut Mama!” ucap Bianna sarkas. Stella berdecih. “Terserah apa penilaianmu yang pasti aku senang karena akhirnya Kevin sudah lepas dari jeratanmu.” Setelah berkata seperti itu, Stella melihat pada Damian. “Tapi hebat juga kamu, Bia. Baru juga berpisah dari Kevin, sudah bisa mendapatkan barang bagus s

    Last Updated : 2024-09-22
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 33 Angin Segar

    Bianna masih mengulum senyumnya ketika dia menikmati menu makan siang di restoran western food yang ada di dalam Antara Mall–Mall paling terkenal di kota Meksiko–karena dia ingat bagaimana Damian menghindar dari pertanyaannya tadi. Jelas-jelas Bianna melihat wajahnya bersemu merah, tetapi pria itu tetap saja tidak mau mengakui perasaannya pada Bianna. “Kenapa melihatku terus cepat makan makananmu aku akan tinggalkan kamu di sini,” ucap Damian saat menyadari tatapan Bianna padanya. Bianna mencibirkan bibirnya. “Kenapa kamu tidak bisa bicara lebih halus sedikit?” Damian sudah menyelesaikan makannya. Dia letakkan sendok dan garpu ke atas hot plate kemudian mengelap sudut bibirnya menggunakan serbet putih yang sudah tersedia barulah dia menjawab pertanyaan Bianna. “Suka tidak suka, inilah aku. Terserah anggapanmu atau orang lain, yang pasti aku tidak akan merubah diriku demi siapa pun. Paham?” “Aku jadi penasaran, bagaimana hubunganmu dengan pacar-pacarmu dulu.” Bianna juga mengakhi

    Last Updated : 2024-09-24
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 34 Kejutan Lagi

    “Aku rasa idenya Tobias sangat bagus. Tapi dari sekian banyak yang dia sebutkan, aku hanya tahu beberapa saja. Aku benar-benar payah, ya.” Bianna terkekeh melihat daftar perusahaan yang baru saja ditulis oleh rekan kerja Damian di tangannya.“Nggak masalah, Bia. Kamu temui saja yang kamu kenal, untuk sisanya, aku yang akan temui mereka, mungkin Damian juga bisa bantu, iya, kan, Bro?” tanya Tobias sambil melihat pada Damian. “Berikan padaku.” Bianna mengulurkan kertas di tangannya pada suaminya. Mata Damian terlihat serius memperhatikan kertas daftar perusahaan besar yang menjadi rekanan bisnis Kevin selama ini. Tak lama kemudian, seulas senyum terbit di bibir sang pria. “Aku kenal beberapa dari mereka. Ada juga yang jadi pemegang saham di perusahaanku, rasanya tak akan sulit buat mereka memihak kita.”Jelas saja keterangan itu membuat Bianna tersenyum lebar, itu artinya harapan dia untuk menjatuhkan Kevin pun a

    Last Updated : 2024-09-27
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 35 Dua SIsi Damian

    Tidak ada obrolan yang terjadi selama dalam perjalanan pulang. Baik Bianna atau Damian sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mungkin ponsel-lah satu-satunya benda yang menghibur Bianna saat ini karena pemandangan di luar mobil hampir sama dengan saat tadi dia berangkat. Bianna yang iseng-iseng membaca laman berita online tidak sengaja kembali teringat pada percakapan seseorang di dalam butik tadi. Mungkin mereka karyawan yang sudah lama kerja di sana karena dari obrolan yang tidak sengaja Bianna dengar, mereka cukup mengenal Damian dan Viella. “Sayang banget ya, Nona Viella nggak jadi sama Tuan Damian. Padahal dia lebih cantik dari istrinya, badannya bagus dan terkenal lagi,” ucap salah satu karyawan wanita itu. Saat itu Bianna sedang berada di dalam toilet. “Iya jelas lah, Nona Viella itu kan, model kesayangannya Nyonya Esperanza. Tentu dia lebih cantik dan seksi. Ya, kita nggak tahu apa alasan mereka putus. Tapi sejak itu Nona Viella j

    Last Updated : 2024-09-28
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 36 Kejelasan

    Damian memarkir mobil mewahnya di sembarang tempat di halaman rumahnya. Bianna pun bisa bernafas lega karena apa yang dia takutkan tidak terjadi dan senang akhirnya mereka sampai juga di rumah. Kalau boleh meminta, sepertinya Bianna menyesal keluar jalan-jalan hari ini dengan Damian karena tidak ada satu pun hal menyenangkan yang terjadi. “Aku mau tidur, jangan ganggu aku.” Tiba-tiba Damian berucap setelah mematikan mesin mobilnya lalu tanpa basa-basi dia keluar begitu saja dari mobil meninggalkan Bianna yang kebingungan.“Astaga, ini orang! Sabar, sabar, kalau saja aku tidak membutuhkanmu, mungkin aku sudah lama pergi darinya,” guman Bianna sambil melepas seatbelt-nya. Namun baru saja dia memegang handle, tiba-tiba pintu mobil sudah terbuka dengan sendirinya. Bianna menengok ternyata Sean yang membukakan pintu untuknya. “Makasih, Om. Kok, Om tiba-tiba ada di sini?” tanya Bianna sedikit keheranan. Sean tersenyum kecil, lalu menjawab, “Aku baru saja kembali dari latihan berkuda dan

    Last Updated : 2024-09-29
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 37 Berdua Opa

    Bianna mengetuk pintu kamar Eduardo. Menunggu sejenak sebelum akhirnya sang pemilik kamar mempersilakannya masuk.“Selamat sore, Opa. Inara bilang Opa mencariku. Apa ada yang penting?” tanya Bianna sembari kembali menutup pintu kamar Eduardo.“Duduk di sini,” ujar pria paruh baya itu sambil menunjuk kursi di depannya. “Ada yang harus Opa tanyakan sama kamu.”Bianna mengangguk, lalu dia berjalan menuju kursi yang ditunjuk dan duduk di sana. Sekarang mereka duduk berhadapan hanya dipisahkan oleh meja bundar kecil yang ada di tengah-tengahnya.“Ada apa ya, Opa? Kenapa perasaanku jadi tidak enak?” jujur Bianna setelah melihat betapa seriusnya wajah Eduardo menatapnya.“Apa yang kamu takutkan, Bia? Apa kamu sudah berbuat salah sama Opa, jadi merasa takut berhadapan dengan Opa sekarang?” Eduardo mencoba tersenyum untuk mencairkan suasana yang dirasa memang cukup menegangkan.Seketika Bianna jadi salah ting

    Last Updated : 2024-09-30
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 38 Emosi Damian

    “Aku sudah sering bilang untuk tidak terlalu dekat dengannya, tapi kenapa masih saja Om lakukan!” Satu pukulan yang entah sudah keberapa kali dilayangkan Damian ke wajah Sean karena wajah tampan adik dari ayahnya Damian itu sudah babak belur. Bianna yang jelas melihat kejadian itu dari pintu utama terang saja langsung berteriak sekeras mungkin untuk menghentikan tindakan sang suami. “Hentikan, Damian! Astaga! Apa-apaan sih, kamu ini?” Sekuat tenaga Bianna rengkuh tubuh kekar dan atletis sang suami untuk tidak lagi menyerang Sean yang sudah terduduk di rumput halaman rumah mereka sambil mengusap kasar sudut bibirnya yang berdarah menggunakan punggung tangan kanannya. Bianna sempatkan menoleh pada Sean. “Om tidak apa-apa, kan?” Sean segera berdiri sembari menjawab, “Aku tidak apa-apa, Bia.” “Kalian berdua ini kenapa?” Ketiga orang dewasa itu tersentak oleh suara berat yang tidak asing di telinga mereka. Ketiganya pun menoleh pada si pemilik suara. Ada Eduardo yang sudah memasang w

    Last Updated : 2024-10-01
  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 39 Ketemu lagi

    “Apa maksudmu bilang aku bodoh, Dami?” Bianna tahan untuk tidak marah sebelum Damian menjelaskan ucapannya. Damian berdecak, sambil mengantongi tangan kirinya, dia mendekati sang istri. Damian bawa tangan kanannya menyibak anak rambut di dahi Bianna lalu menyelipkannya ke belakang telinga sambil berkata, “Bukankah aku sudah bilang sama kamu kalau dia hanya masa laluku? Buat apa mencari tahu, tidak ada pengaruhnya sama sekali padaku. Jadi, berhentilah mencari tahu lagi karena seperti yang kamu tahu saat ini, kamulah istriku. Paham, kan?” Belum lagi Bianna mencerna semua ucapan sang suami, dia kembali dibuat terkejut karena tangan kanan Damian menyusup ke jemari tangan kirinya. “Aku lapar, kamu harus temani aku makan sekarang.” Tanpa permisi dan basa-basi, Damian pun menggandeng tangan Bianna dan berjalan menuju ruang makan. Bianna sampai tidak bisa berkata apa-apa karena perubahan sikap Damian yang terlalu cepat ini. *** Sesuai dengan ucapan Damian kemarin, malam ini pria itu aka

    Last Updated : 2024-10-02

Latest chapter

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 178 Akhir yang Indah

    Enam bulan kemudianAngin sore bertiup lembut, mengusap wajah Rachel yang termenung di bangku taman dekat dengan rumahnya. Pandangannya kosong menatap danau buatan di depannya, pikirannya masih dipenuhi oleh satu hal yang sama selama enam bulan terakhir ini, penyesalan.Hampir setiap hari, dia mengulang kembali momen itu dalam pikirannya. Betapa bodohnya dia yang hanya diam saat Sean bertanya apakah dia harus pergi. Seharusnya saat itu Rachel mengatakan sesuatu. Seharusnya waktu itu Rachel memintanya tetap tinggal.Rachel menggenggam erat jemarinya sendiri, hatinya terasa sesak."Aku seharusnya mengatakannya …," gumamnya, lalu tiba-tiba dia berteriak kesal, "Aku seharusnya bilang jangan pergi!" Suaranya bergetar menahan tangis."Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya malam itu?"Rachel membelalakkan matanya. Mencerna suara yang baru saja dia dengar lalu dengan cepat dia berdiri dan menoleh ke arah suara itu.Di sana, berdiri sosok yang selama ini selalu ada dalam pikirannya.Sean.Rache

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 177 Kembali ke New York

    Perjalanan menuju rumah Rachel dipenuhi dengan keheningan. Hanya suara mesin mobil yang terdengar, sedangkan Sean dan Rachel larut dalam pikiran masing-masing.Rachel menggenggam ujung mantelnya dengan erat, mencoba menahan sesuatu yang terasa mengganjal di dadanya. Sean di sampingnya tampak tenang, tetapi tatapannya lurus ke depan, seakan-akan menyembunyikan banyak hal yang ingin dia katakan.Mobil berhenti di depan rumah Rachel. Wanita itu membuka pintu mobil, tetapi sebelum turun, Sean akhirnya bersuara.“Mungkin ini adalah pertemuan terakhir kita.”Rachel membeku. Jari-jarinya yang memegang pegangan pintu menegang. Dia menelan ludah susah payah, berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan, tetapi tenggorokannya terasa kering.“Kalau begitu .…” Rachel menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “hati-hati di perjalanan.”Sean tersenyum tipis, tetapi senyumnya terasa pahit.“Kau juga,” jawabnya.Rachel mengangguk pelan, lalu turun dari mobil. Sean tetap duduk di dalam, menatap punggung

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 176 Haruskah?

    Sean berdiri di tepi trotoar, menunggu dengan sabar di depan kantor tempat Rachel bekerja. Udara sore yang sejuk membelai wajahnya, sedangkan lalu lintas kota mulai ramai seiring jam pulang kerja.Tidak lama, pintu kaca otomatis terbuka, dan Rachel muncul dari dalam gedung dia antara banyaknya para pekerja yang keluar dari gedung itu. Dia tampak lelah, tetapi senyum tetap terukir di wajahnya saat matanya menangkap sosok Sean. Dengan riang, dia melambaikan tangan."Sean!" serunya, mempercepat langkah mendekatinya.Sean, yang kini sudah benar-benar pulih tanpa tongkatnya, membalas senyum Rachel. "Lama sekali. Aku hampir mengira kau sudah lupa kalau ada seseorang yang menunggumu di sini," godanya.Rachel tertawa kecil. "Sibuk, tahu? Tapi aku senang kamu datang menjemputku."Sean mengangkat bahu. "Aku ‘kan harus memastikan kamu tidak pulang terlalu larut. Siapa tahu ada orang asing yang mencoba merebut perhatianmu," ujarnya dengan nada bercan

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 175 Bersatu

    Waktu berlalu, dan akhirnya hari yang dinantikan tiba. Setelah menjalani pemulihan yang cukup panjang, Sean dan Steven hari ini sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Mereka sempat melalui berbagai pemeriksaan dan tes untuk memastikan kondisi keduanya benar-benar sudah pulih.Hari itu langit begitu cerah, seolah-olah ikut merayakan kesembuhan mereka berdua.Damian sudah menunggu di depan ruang rawat sang anak yang pintunya terbuka dengan penuh antusias. Tidak berapa lama, orang yang dia tunggu akhirnya keluar juga. Bianna tersenyum hangat sambil menggandeng tangan Steven yang terlihat lebih ceria dan sehat dibanding sebelumnya.“Siap pulang, jagoan?” Damian bertanya sambil mengusap kepala putranya dengan lembut.Steven mengangguk dengan semangat. “Siap, Daddy! Aku kangen rumah!”Dari arah sebelah kanan Damian, Sean juga baru keluar dari ruang rawatnya, pria itu melangkah dengan tenang, meskipun tubuhnya masih sed

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 174 Satu Keluarga

    Rachel menghela napas, tidak menyangka kalau Sean akan bertanya hal itu. Wanita yang menguncir rambut panjangnya itu lebih dulu menyesap air putih dari gelas yang ada di meja samping tempat tidur sebelum akhirnya menjawab, “Aku bertemu dengan Bianna lebih dulu, lalu dari situlah aku mulai mengenal Damian. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang aneh darinya. Dia selalu bersikap baik, tapi juga menjaga jarak seolah-olah … ada sesuatu dalam diriku yang mengganggunya.”Sean mengangkat alis. “Mengganggunya?”Rachel mengangguk pelan. “Aku tidak tahu pasti, tapi aku merasa dia melihatku bukan sebagai diriku sendiri … melainkan seseorang yang lain.”Sean menatap Rachel dalam diam. Pikirannya mulai menghubungkan banyak hal yang selama ini terasa samar. “Mungkin karena kamu mirip dengan Elara,” gumamnya lirih.Rachel menatap Sean, mencoba membaca ekspresinya. “Aku tidak pernah bertanya banyak, karena aku bisa merasakan sepertinya itu sesua

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 173 Steven Selamat

    Waktu terasa berjalan lambat bagi Damian dan Bianna yang menunggu di luar ruang operasi. Bianna duduk di bangku tunggu sambil terus meremas jemarinya sendiri, sedangkan Damian mondar-mandir di sepanjang lorong rumah sakit.“Aku tidak tahan lagi … ini sudah berjam-jam,” gumam Bianna dengan suara gemetar.Damian menghentikan langkahnya dan duduk di samping istrinya, menggenggam tangannya erat. “Mereka akan baik-baik saja. Sean kuat, begitu juga Steven.”Bianna mengangguk, meskipun kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. Sementara Eduardo duduk di bangku lainnya ditemani oleh Dion. Pria tua itu menunduk sembari merapalkan doa-doa demi keselamatan cucu dan cicitnya.Setelah hampir lima jam yang terasa seperti seumur hidup, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Dokter Rodriguez keluar dengan wajah tenang dan profesional didampingi seorang suster di sampingnya. “Dok, bagaimana keadaan mereka?” Damian langsung b

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 172 Hari Penting

    Damian menatapnya dengan sorot mata tajam, tetapi tetap tenang. “Bukan itu maksudku, Kak.”“Tapi itulah yang kamu katakan!” Sean mendekat, dadanya naik turun menahan amarah. “Kamu berbicara seolah-olah kehadiran Rachel itu seperti pengganti Elara! Seperti Elara tidak ada artinya bagimu!”Mendengar ucapan Sean, Damian mengepalkan tangannya. “Aku tidak pernah bilang begitu! Aku hanya mengatakan bahwa melihat Rachel … aku merasa sedikit lebih baik. Itu bukan berarti aku melupakan Elara!”Sean menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak percaya. “Jangan bicara seolah-olah kamu lebih menderita dariku, Damian! Kamu bahkan tidak ada di sana saat Elara meninggal! Kamu tidak melihatnya sekarat di pelukanku! Kamu tidak merasakan ketakutan dan rasa bersalah yang menghantui setiap detik hidupmu!”Suasana semakin memanas, napas mereka berdua memburu.Damian menatap Sean dengan tatapan dingin. “Kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan, Kak? Aku juga

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 171 Sean Marah

    Malam semakin larut, tetapi Damian belum juga bisa memejamkan mata. Dia menatap Bianna yang tertidur di samping Steven, memeluk putra mereka dengan penuh kasih sayang. Wajah putranya masih pucat, tetapi napasnya kini lebih teratur setelah mendapatkan perawatan intensif. Damian mengusap rambut Steven dengan lembut, memastikan bahwa putranya nyaman.Namun, pikirannya terus dipenuhi oleh sosok Sean.Dengan hati yang dipenuhi berbagai emosi, Damian bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar rawat sang anak. Dia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi, mencari keberadaan Sean. Dia tahu bahwa saudaranya itu pasti masih ada di sekitar sini.Saat dia sampai di taman di balkon rumah sakit, langkahnya terhenti.Di sana, di bawah redupnya cahaya lampu taman, Sean sedang duduk di bangku panjang bersama Rachel. Keduanya tampak berbincang dengan santai. Rachel terkadang tertawa kecil, sementara Sean terlihat lebih rileks dibandingkan s

  • Kembalinya sang Putri Pewaris    Bab 170 Membuka Hati

    Rachel tiba di rumah sakit, untuk menjenguk Steven. Saat dia melangkah ke dalam ruangan dan melihat ekspresi wajah semua orang, dia langsung menyadari bahwa sesuatu yang besar baru saja terjadi. “Apa yang terjadi?” tanyanya sambil menatap mereka satu per satu. Bianna menghapus air matanya dan tersenyum. “Kak Sean cocok sebagai donor sumsum tulang untuk Steven.” Rachel terkejut. Dia menoleh ke arah Sean yang hanya berdiri diam di sudut ruangan, tampak tenang seperti biasanya. Namun, di balik ketenangannya, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Sean. Rachel melangkah mendekat dan berkata pelan, “Kau benar-benar akan melakukannya?” Sean menatap Rachel dan mengangguk tanpa ragu. “Ya. Aku akan menyelamatkan keponakanku.” Rachel menatapnya dalam-dalam. “Itu … luar biasa.” Sean tidak menjawab, hanya menoleh kembali ke Damian dan Bianna. “Kalau begitu, aku akan menyelesaikan tes tambaha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status