"Dengar, Barata. Gadis kunci akar permasalahan yang akan kau hadapi itu. Kalau dia bisa berada di pihakmu maka kau pun bisa membela diri nantinya," jelas Glenn.Alexander kini mengerti apa yang dimaksud oleh pria muda itu maka dengan cepat Ia pun merespon ucapan Glenn, "Aku tidak yakin dia bisa berada di pihakku. Kau lupa apa yang telah aku perbuat kepadanya? Mana seorang wanita yang mau memaafkan orang yang telah membuatnya kehilangan banyak hal?"Sungguh, Alexander benar-benar tidak mengerti kenapa saat ia masih muda bisa melakukan hal serendah itu. "Memang. Tapi justru itulah tantangannya di sini," ucap Glenn.Alexander mengusap hidungnya yang tidak gatal untuk menutupi kegugupan sekaligus kegelisahan yang melanda dirinya, "Tantangan apa yang kau maksud itu? Aku tidak mengerti.""Tantangan menjadikan gadis itu menjadi salah satu orang yang mendukungmu," ujar Glenn sambil tersenyum miring.Alexander menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Dia tidak akan mungkin pernah mau. Dia pasti
"Ibu? Apakah itu artinya kamu adalah putri Hana?" tanya Alexander dengan cepat.Gadis yang baru yang sadari sangat cantik itu menjawab, "Iya. Maaf, sekali lagi ada keperluan apa Anda mencari ibu saya?""Saya. Hm, saya ingin bertemu untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting dengannya. Apakah bisa saya bertemu dengannya?" tanya Alexander.Gadis itu terdiam untuk beberapa saat, "Tapi ibu saya tidak pernah mau bertemu dengan orang. Maksud saya, beliau sudah tidak pernah lagi mau bertatap muka dengan orang lain selain saya."Alexander menatap gadis muda itu dengan tatapan bertanya, "Apakah dia sedang sakit?"Gadis yang rambutnya panjang tetapi dikepang dua itu menganggukkan kepalanya.Hati Alexander mencelos saat mendengarnya, "Sakit apa?"Gadis tidak menjawab dan malah semakin menatap Alexander dengan curiga.Alexander yang sadar ditatap tidak menyenangkan segera berkata dengan pelan, "Maaf, saya yakin ibu kamu pasti mau bertemu dengan saya. Saya ini adalah teman sekolah ibu kamu. Sa
"Ibu menderita gangguan psikologis setelah melahirkan saya," jawab Clarita yang seketika membuat Alexander terkejut luar biasa.Alexander berjalan mendekat ke arah wanita yang duduk di kursi roda itu lalu menatapnya. Ia sungguh tidak menyangka jika hal seperti itu akan dialami oleh Hana."Bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya Alexander masih belum mengalihkan pandangannya dari Hana.Clarita mendorong kursi roda itu di dekat ruang tamu lalu kemudian ia duduk di samping ibunya.Alexander menahan nafas ketika menunggu cerita dari Clarita."Menurut nenek, Ibu dulu mengalami kasus pelecehan seksual dan saya pun lahir dari sana."Mendengar itu, Alexander serasa membatu dan tidak bisa bereaksi apapun selain terdiam.Clarita melanjutkan, "Mungkin ibu menjadi seperti ini karena beban psikologis yang ia tanggung di usianya yang masih sangat muda."Tidak bisa menahan hal itu lebih lama lagi maka Alexander segera bertanya, "Jadi, kamu ... kamu ....""Ya, saya itu anak hasil dari peristiwa itu da
"Ya, aku tahu," jawab Alexander dengan begitu pelan hingga bahkan Clarita agak tidak yakin jika ia benar-benar mendengar jawaban itu dari Alexander."Sungguh, Om?"Alexander mengangguk lemah dan mencoba untuk tersenyum samar meskipun ia kesulitan. Untuk pertama kali di dalam hidupnya ia benar-benar merasa berada di ujung tanduk.Andai saja ia mengetahui jika ia memiliki seorang putri lebih awal, ia pasti tidak akan pernah menyia-nyiakan putrinya itu."Iya, tapi aku hanya bisa berharap jika kamu tidak kecewa," ucap Alexander yang semakin lirih.Alexander menoleh kepada Hana yang masih saja menatap kosong ke arah depan tanpa tahu jika orang yang pernah melecehkan dirinya tersebut ada di rumahnya dan sedang berbicara dengan putri mereka.Dada Alexander begitu terasa sesak lantaran begitu banyaknya pikiran-pikiran buruk yang mungkin akan timbul saat ia telah mengatakan identitas aslinya kepada gadis yang saat ini sedang menatapnya dengan penuh harap.Clarita membalas, "Aku tidak akan pern
"Tidak ada untuk sekarang ini," ucap Clarita yang memang tidak ingin meminta apapun dari ayah biologisnya tersebut.Alexander menghela napas kecewa sebagai balasan, "Kamu yakin?""Ya," jawab Clarita tanpa ragu.Alexander melirik ke arah Hana yang masih tak memberikan reaksi apapun. Ia kemudian berkata, "Kau bisa menghubungiku kapanpun kau membutuhkan bantuan.""Baiklah," ucap Clarita.Tetapi gadis itu bertanya lagi, "Tapi, Om. Sebenarnya tujuan Om apa datang ke sini?"Alexander gugup seketika. Ia bahkan telah melupakan tujuan awalnya datang ke tempat itu. Terlebih lagi, ketka ia melihat keadaan Clarita dan Hana yang begitu menyedihkan, mana bisa ia meminta bantuan pada keduanya. Selain malu, ia juga tidak bisa membebani Clarita dan Hana dengan masalah yang seharusnya tidak perlu mereka pikirkan."Tidak ada. Aku memang hanya ingin mencari tahu tentang Hana tapi aku tidak pernah menyangka jika aku-""Mendapatkan fakta ini," potong Clarita cepat.Alexander menelan ludah gugup, "Iya, sepe
"Ya, Damar. Sangat buruk.""Tapi yakin saya bisa membantu Anda, Tuan Muda. Apakah Anda keberatan jika saya yang akan membantu Anda?" tanya Damar yang ingin sekali mengambil kepercayaan tuan mudanya lebih banyak.Alexander yang memang ingin mendapatkan bantuan dari Damar atas petunjuk dari Glenn itu berkata, "Oke. Kamu memang selalu bisa diandalkan."Damar tersenyum pongah lantaran ia pun yakin jika ia bisa membantu sang tuan muda."Kalau begitu, apakah Anda bisa menceritakan kronologisnya?" tanya Damar yang telah bersiap-siap untuk segera membantu Alexander Barata.Alexander tersenyum penuh kemenangan lalu membalikkan badan untuk menghadap ke arah damar dan berujar, "Saat aku masih sekolah dulu, aku memaksa seorang gadis untuk berhubungan badan denganku. Aku memintanya untuk menuruti semua keinginanku."Damar terhenyak ketika ia mendengar hal itu karena ia hampir tidak mempercayainya. Menurut dirinya selama ini Tuan mudanya tersebut adalah seorang pemuda yang berkelas dan selalu menja
"Apa kau bisa membuat Narendra terbungkam?" tanya Alexander Barata dengan senyum liciknya yang memang terlihat begitu menakutkan di mata Damar.Damar tentu saja terbelalak kaget ketika melihat sikap tidak biasa yang ditunjukkan oleh Alexander, "Terbungkam? Apa maksud Anda, Anda ingin saya membunuh Narendra?"Alexander sontak tertawa kecil mendengar ucapan Damar yang menurutnya termasuk berani itu. "Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Mana mungkin aku menyuruhmu untuk membunuh seseorang yang sangat berkuasa seperti itu?"Damar tersenyum gugup lalu menanggapi, "Lantas, apa yang Anda maksud, Tuan Muda?"Alexander Barata menjawab, "Hanya membuatnya tidak lagi menggangguku. Sungguh, aku sama sekali tidak ingin berurusan dengan Narendra. Kau tahu kan, aku masih setia menunggu kedatangan Glenn."Mendengar kata-kata tersebut, Damar pun bisa menebak jika kemungkinan besar Alexander Barata belum bertemu dengan Glenn Brawijaya yang dia tahu masih hidup.Hal itu membuatnya sedikit tenang sekaligus me
"Anak itu bisa dimanfaatkan oleh Narendra."Jawaban Glenn itu sontak membuat Dewa semakin keheranan, "Tunggu dulu, Glenn! Alexander saja baru mengetahui jika dia ternyata memiliki seorang putri. Bagaimana mungkin Narendra juga telah mengetahuinya?"Glenn mengusap kepalanya karena kebingungan. Ia benar-benar tidak menyangka jika permasalahannya dengan Alexander itu tetap saja berkutat pada Narendra Brawijaya.Ibarat kata, masalah yang menimpa Alexander tidak bisa lepas darinya begitu saja karena memang saling berkaitan."Dewa, apa kau tidak tahu betapa liciknya sepupuku yang satu itu?" ujar Glenn yang terlihat menyimpan begitu banyak masalah di kepalanya.Ia bahkan mengetuk-ngetukkan kepalanya pada meja untuk kemaringankan rasa peningnya yang sedang menyerang dirinya.Dewa menanggapi, "Aku bukannya tidak tahu, tapi Glenn. Mana mungkin dia mengetahuinya?""Astaga, Dewa. Narendra bisa mengulik informasi yang bahkan aku saja tidak tahu mengenai Alexander. Dia berhasil menemukan masa lalu
Narendra tidak mempercayai apa yang sedang terjadi kepadanya, "Glenn, kau-""Bukti yang aku miliki sudah lengkap semuanya dan semua ini berkat bantuan dari adik kesayanganmu. Selain itu, Om Satria kebetulan telah menyerahkan dirinya pagi tadi jadi lebih baik sekarang tidak perlu melawan lagi karena kau sudah tamat," ucap Glenn dengan begitu senangnya.Narendra tentu saja memberontak dan berhasil melepaskan diri dari kedua polisi yang memegang lengannya. Pria muda tersebut kemudian langsung saja menarik Glenn ke arahnya lalu mengeluarkan sebuah pisau yang nyata ia sembunyikan dibalik saku jasnya.Glenn tentu saja tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Ia pikir ia telah bersiap-siap menghadapi segala hal yang mungkin saja terburuk tetapi nyatanya ia masih melupakan sesuatu sehingga sekarang harus menghadapi kemarahan Narendra yang seharusnya tidak perlu dihadapi.Dewa dan Alexander yang berada di sana sontak memerintah anak buah mereka untuk menyelamatkan Glenn tetapi Glenn memint
"Astaga, kau benar-benar membuatnya takut," ucap Glenn yang tidak bisa tidur apalagi mendengar ketika orang yang berada di dalam kamarnya itu dari tadi masih saja bercolotest seolah dia tidak ada di sana.Clarita menoleh pada pria yang telah membuka matanya secara penuh itu. "Om, Om pasti terganggu dengan suara kami ya?"Glenn tersenyum tipis dan menanggapi, "Ah, Clarita. Kau benar-benar sangat peka sekali, tidak seperti ayahmu yang bodoh ini."Alexander sedikit tersinggung tetapi dia membiarkan sahabatnya itu berbicara seperti itu."Kau benar-benar sudah tidak apa-apa?" tanya Dewa, terdapat kecemasan yang begitu terlihat dengan sangat jelas di mata sahabat Glenn yang satu itu."Kau gila atau bagaimana? Aku baru saja tertembak di perutku dan kau bilang aku tidak apa-apa? Luka tembak tidak mungkin bisa sembuh hanya dalam waktu beberapa jam kan?" omel Glenn.Alexander tertawa meringis mendengarkan ocehan Glenn pada Dewa, ia benar-benar sangat puas terhadap omelan Glenn tersebut."Nah, s
Narendra mendecakkan menatap ayahnya dengan tatapan tidak suka. Pria itu bahkan tidak menutupi jika mungkin dia menganggap ayahnya itu cukup bodoh karena tidak benar-benar menyimak ceritanya dengan benar.Narendra menghela napas panjang sebelum kemudian menanggapi, "Ayah, tidakkah tadi Ayah mendengarkan ceritaku dengan baik?"Satria terbelalak tetapi dia membalas pertanyaan putranya, "Dengar. Peluru itu sedikit meleset tetapi mengenai Glenn. Iya kan?""Hm, itu benar. Peluru itu katanya mengenai perut Glenn dan bukannya jantungnya jadi mungkin dia masih hidup atau bisa saja sedang sekarat. Entahlah, aku tidak mengetahuinya. Anak buahku masih mencarinya di seluruh rumah sakit yang ada di Jakarta ini. Dan aku yakin sekali dia akan segera ditemukan," ujar Narendra begitu senang.Satria mengangguk mengerti. "Jika kau sudah menemukannya, apa yang akan kau lakukan terhadapnya?"Narendra menyipitkan mata, memperlihatkan ayahnya senyumannya yang kejam. "Ayah, apakah sekarang ini Ayah masih har
Alexander dan Dewa menyadari jika di sana masih ada gadis muda yang mendengarkan percakapan mereka yang cukup bisa dikatakan berbahaya dan tidak pantas didengar oleh gadis itu.Dewa seketika berkata, "Oh, Sayang. Maaf, percakapan ini tidak pantas untuk kamu dengar. Ah, Alex. Kita tunda saja percakapan ini daripada putrimu harus mendengar hal seperti itu."Clarita sebenarnya tidak ingin menyerah begitu saja tetapi melihat kedua pria dewasa itu terlihat tidak ingin lagi melanjutkan percakapan mereka mengenai permasalahan tentang aksi balas dendam itu maka ia pun juga tidak bisa lagi bertanya."Kamu mau minum atau mungkin camilan?" tawar Alexander.Clarita dengan segera menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa makan dalam situasi seperti ini? Ayolah Ayah, aku bukan gadis berdarah dingin yang tidak mementingkan situasi dan kondisi."Alexander meringis mendengar ucapan putrinya yang begitu mengguncangnya Itu.Dewa sendiri tidak tahan untuk tidak tertawa telan tetapi dia kemudian t
Sang pengawal dengan sangat terpaksa akhirnya menjawab kembali, "Tuan Alex tidak apa-apa dan baik-baik saja tetapi Tuan Glenn baru saja tertembak karena diserang."Clarita langsung saja membungkam mulutnya karena kaget. Tak bisa dipercaya, hanya sangat mustahil sekali pria sekuat Glenn bisa tertembak dan kini nyawanya sedang dalam bahaya di dalam rumah sakit.Clarita terdiam sejenak bingung atas apa yang harus dia lakukan setelahnya.Namun, dia tentu tidak bisa berdiam saja di sana sehingga dia memutuskan, "Aku akan ke rumah sakit."Sang pengawal tentu saja langsung saja menjawab, "Tidak, Nona. Tuan Alexander meminta Anda untuk tetap di rumah dan tidak melakukan apapun. Sebenarnya yang diserang itu adalah Tuan Alex tetapi Tuan Glenn datang untuk menyelamatkannya sehingga yang terkena malah Tuan Glenn.""Iya, Nona. Di luar sana masih begitu berbahaya dan kita juga tidak tahu apakah penyerang itu akan mencari-cari Nona karena anda merupakan putri satu-satunya Tuan Alexander sekaligus ke
Ken, sopir Alexander Barata segera melajukan mobilnya lebih cepat dan berusaha menghindari 3 mobil yang mengejar mereka.Alexander mulai tegang dan kemudian segera menghubungi Glenn dengan cepat. Ia benar-benar sangat beruntung sekali karena hanya dalam dari yang pertama panggilannya telah dijawab oleh Glenn."Kenapa kau-""Kirim bantuan sekarang, Glenn! Aku sedang dikejar-kejar!" ujar Alexander dengan suara yang begitu panik.Glenn yang sedang duduk di atas atap itu segera berdiri dan berkata dengan nada yang juga panik, "Di mana posisimu?""Ah, tidak usah. Aku tahu. Bertahanlah sebentar!" ucap Glenn.Glenn segera membuka aplikasinya dan memerintah dengan cepat, "Susul Alexander!"Beberapa anak buahnya yang telah siap siaga itu pun segera mengambil posisi masing-masing dan Glen ikut ke dalam salah satu mobil itu.Sementara itu, Alexander masih dalam pengejaran dan hampir saja terkena sebuah tembakan saat salah satu orang yang berada di mobil kirinya tersebut melemparkan sebuah tembak
"Ayah bukan saudara kandung dari Paman Andi," ujar Arnold.Narendra menatap adiknya itu dengan tatapan heran tetapi ia masih terlihat begitu bingung.Arnold mengamati ekspresi kakaknya yang tidak ada keterkejutan di sana. Ia pun mulai berpikir jauh, "Ah, jadi Mas juga tahu masalah ini? Tapi kenapa Mas hanya diam saja?"Narendra bertanya, "Dari mana kamu tahu masalah ini?"Arnold mengulas sebuah senyum pada sang kakak. "Tidak penting bagaimana aku tahu tapi fakta jika ternyata kamu juga mengetahuinya itu Cukup membuatku heran.""Kenapa lagi?" tanya Narendra malas."Masih bertanya kenapa? Ini semakin membuat kita itu tidak memiliki hak apapun atas harta itu. Mas, kita tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Glenn. Bisa tidak kamu mengembalikan saja semua yang memang bukan milikmu terhadap Glenn? Apa sedikitpun kamu tidak merasa aneh ketika melakukan apapun pada harta yang bukan milikmu?"Narendra mencibir, "Oke, kita memang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka tetapi kita t
Kenyataan itu begitu menampar Satria. Ia pun tidak lagi bisa berkutik lagi ataupun membela putra bungsunya.Narendra melihat ayahnya yang tidak bisa menjawab perkataannya itu pun membuatnya semakin yakin untuk memberi satu pelajaran bagi sang adik."Lebih baik Ayah tidak usah ikut campur masalah ini. Biarkan aku yang menyelesaikannya," ucap Narendra.Satria hanya bisa terdiam di sofa ruang tamu itu, meresapi semua yang terjadi di kehidupannya.Tiba-tiba saja ia bangkit dari tempat duduknya itu lalu berjalan menuju ke sebuah gudang yang terletak di luar ruangan.Gudang itu terpisah dari rumah utama sehingga ia harus berjalan sendirian ke sana dan melarang semua anak buah Narendra untuk menemaninya.Begitu ia masuk ke dalam gudang tersebut, ia segera berjalan mendekat ke sebuah benda yang tertutup oleh kain putih besar.Segera saja ia ambil kain yang menutupi sebuah pigura besar itu. Ia pun kemudian duduk di depan pigura tersebut dengan wajah yang terlihat amat sangat letih.Ia mulai be
"Apa yang Ayah bicarakan itu? Tentu saja aku menyukainya," ucap Clarita menatap ke arah ayahnya dengan tatapan heran.Alexander kembali menyipitkan mata dan menatap putrinya dengan tatapan bingung, "Tunggu dulu, Nak. Yang Ayah maksud itu adalah menyukai layaknya seorang wanita menyukai laki-laki. Seperti itu. Kamu tidak seperti yang Ayah maksud kan?" Mata Clarita membola begitu sempurna usai dirinya mendengar perkataan ayahnya tersebut. Ia kehilangan kata-kata untuk beberapa saat dan kemudian membalas perkataan ayahnya itu dengan cepat, "Maksud Ayah, cinta pasangan? Astaga, Ayah. Yang benar saja. Aku menganggap dia sebagai aku menganggap Ayah. Dia sama saja dengan orang tua keduaku."Mendengar perkataan putrinya, Alexander benar-benar menghela napas dengan lega. Ia tertawa konyol lalu kemudian menyesat minuman yang tidak ia ketahui namanya itu.Minuman khas Korea Selatan yang rasanya asam manis cukup menyegarkan tenggorokannya.Alexander kemudian tersenyum pada Sang Putri, "Ayah bena