Saat ini mereka bertiga sudah berkeringat deras, sedangkan Nathan dan Zephir mati-matian menahan gelombang panas dengan kekuatan spiritual mereka sambil menatap Sarah dengan seksama. Meskipun suhu sangat panas, tapi wajah Sarah bahkan tidak meneteskan satu butir keringat pun, tidak ada yang salah dengan seluruh tubuhnya kecuali kulitnya yang memerah.Tiba-tiba, saat ini Zephir membelalak dan menghela nafasnya. “I-ini …. adalah Shamman Mamono?”“Shamman Mamono?” Nathan tercengang dan menatap Zephir dengan wajah penuh kebingungan.Melihat ekspresi bingung Nathan, Zephir menjelaskan. “Shamman Mamono adalah sejenis energi spiritual api, hanya saja orang yang memiliki energi spiritual seperti ini sangat jarang, dan orang dengan energi spiritual ini dapat berlatih teknik lebih cepat dibandingkan dengan orang biasa. Lalu, yang paling penting adalah saat orang dengan energi spiritual api melangkah ke dunia kultivasi, tubuhnya tidak akan terluka oleh api! Walau tubuhnya berada di dalam kobaran
“Oh, tadi aku tidak sengaja menyalakan rokok!” Nathan tidak memberitahu yang sebenarnya pada Sarah dan hanya bisa berbohong padanya, dia takut Sarah akan sulit menerimanya. "Dan itu tiba-tiba rokok itu terjatuh dan membakar sofa."Karena sudah bertahun-tahun Sarah selalu merasa dirinya adalah orang biasa, jika memberitahu dia adalah titisan dari Dewa Shamman Mamono saat ini, dan sudah tidak sama lagi dengan orang biasa, sepertinya dia akan sulit menerimanya. Apalagi Zephir hanya menebak-nebak dan belum bisa memastikan Sarah adalah titisan sang Dewa api—Shamman Mamono—sepenuhnya atau bukan, memberitahu Sarah saat ini sepertinya terlalu cepat.“Sarah, saat berlatih tadi, apakah kamu merasakan sesuatu?” Zephir bertanya pada Sarah.Sarah mengernyitkan keningnya dan berpikir sejenak lalu berkata. “Tidak, hanya saja, aku merasa tubuhku sangat panas.”“Apakah kamu merasa perut bagian bawahmu terasa menggembung? Seperti ada sesuatu di dalamnya?” Nathan bertanya dengan buru-buru.Jika Sarah da
“Kakak, bagaimana kalau kamu jangan kembali ke Desa Lumina lagi, terlepas dari apakah ayah dan ibu dibunuh oleh Desa Lumina, bisa dibahas setelah kita memeriksanya lebih lanjut!” Rebecca tidak ingin membiarkan Sienna kembali ke Desa Lumina, kalau ayah dan ibunya benar-benar dibunuh oleh orang dari Desa Lumina, maka Sienna menganggap musuh sebagai ayah.“Tidak bisa, kalau aku tidak bergegas kembali, maka ayah angkat akan mengaktifkan sebuah mantra dan seekor laba-laba akan muncul di dalam tubuhku dan membuatku merasa sangat tidak nyaman. Lalu, jika laba-laba itu mati maka aku juga akan mati,” Sienna menggelengkan kepalanya, ada begitu banyak orang di Desa Lumina yang pada dasarnya dikendalikan oleh Arsen dengan cara ini.“Tidak masalah, Paman Zephir bisa membantumu memaksa laba-laba itu untuk keluar, Paman Zephir adalah seorang kultivator yang sangat hebat!” Rebecca terus membujuk Sienna.Sienna masih menggelengkan kepalanya. “Ayah angkat sudah membesarkanku selama beberapa tahun ini,
“Nathan, kamu benar-benar sudah gila?!” Rebecca juga menatap Nathan dengan bingung.Hanya Zephir yang tersenyum ringan, dia memahami maksud Nathan jadi dia berkata. “Tidak ada salahnya Nathan pergi ke Desa Lumina, dengan begitu, semua masalah bisa diselesaikan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.”Melihat Zephir juga berkata demikian, yang lainnya tidak mengatakan apapun lagi.Sienna menatap Nathan dan berkata dengan perlahan. “Desa Lumina tidak sesederhana yang kamu pikirkan, sebaiknya kamu mempertimbangkannya dengan baik.”“Tidak perlu dipertimbangkan lagi, kalau aku tidak pergi denganmu, kamu sendiri tahu dengan jelas hukuman apa yang akan kamu dapatkan saat kembali ke Desa Lumina, jangan bilang Desa Lumina merupakan orang baik, aku tidak percaya!” Nathan berkata dengan tegas.Sienna tidak mengira Nathan akan mengambil resiko demi dirinya, jadi setelah terdiam sejenak, dia berkata. “Aku beritahu padamu, kali ini ayah angkat memintaku untuk membawamu kembali dalam keadaa
Di atas pesawat, Nathan duduk di samping Sienna, dia memegang lengan Sienna dengan satu tangan dan hampir berbaring di tubuh Sienna, meskipun Sienna tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya dia juga tidak mendorong Nathan dan membiarkan Nathan bersandar padanya. Banyak orang di pesawat yang melihat pemandangan ini dan menatap Nathan dengan tatapan iri.“Setelah turun dari pesawat, kamu harus mendengarkan semua perkataanku, tatapan matamu harus terlihat terpesona denganku. Sekarang kamu adalah orang yang sudah terpesona olehku, jadi kamu harus menunjukkan ekspresi terpesona! Kalau tidak, kemungkinan besar akan ketahuan,” Sienna berbisik kepada Nathan.Nathan mengangguk kecil, sepasang tangannya memeluk Sienna dengan erat dan mencium aroma wanita dari tubuh Sienna dengan kuat, tatapannya menunjukkan keserakahan seperti yang dikatakan oleh Sienna.‘Sial!’ dengus Sienna melihat sikap Nathan yang tiba-tiba berubah.***Desa Lumina.Saat ini Arsen sedang menatap dirinya di cermin, lalu perlah
Di sebuah bandara salah satu kota di Barat Daya, Nathan berjalan keluar dari bandara dengan Sienna seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.Suhu disini jelas sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Vale, jadi orang-orang disini kebanyakan mengenakan pakaian yang lebih menyejukkan, banyak gadis-gadis yang hanya mengenakan celana pendek dan baju pendek di jalanan.Sienna juga sudah mengganti pakaiannya sebelumnya, dia mengenakan celana denim yang super pendek, baju kaos putih dan kacamata hitam besar, yang menarik perhatian banyak pria. Kalau bukan karena Nathan yang menggandeng lengan Sienna sepanjang waktu, beberapa pria sepertinya akan menghampirinya untuk memulai percakapan. Melihat gadis cantik berkulit putih seperti Sienna dengan Nathan yang mengaitkan bahunya sedekat itu padanya, banyak pria yang melirik Nathan dengan tatapan permusuhan, tapi Nathan tidak peduli.Sienna memanggil taksi, dan dua orang itu masuk ke dalam mobil lalu menuju ke pedesaan Lumina.Nath
“Tentu saja, kalau tidak, apakah kamu benar-benar mengira aku akan mengambil kesempatan atas dirimu?!” Nathan mengangkat sudut bibirnya. “Cepatlah, kalau tidak, kita akan bermalam di hutan.”Sienna ingin berjalan tapi kakinya masih sedikit lemas, selama dua jam lebih dia menahan diri dengan menggertakkan giginya.Melihat penampilan Sienna, Nathan tersenyum. “Apa perlu aku menggendongmu?”“Tidak perlu, menjauhlah dariku!” Sienna memelototi Nathan.“Kamu jangan lupa, ini adalah wilayah Lumina, kalau di dalam hutan ada anak buah Arsen dan kita sampai ketahuan, jangan salahkan aku!” Setelah Nathan selesai bicara, dia langsung berjalan menuju ke gunung.Sienna yang mendengar ini hanya bisa mengejar Nathan dengan pasrah, lalu Nathan kembali melingkarkan tangannya di lengannya, dan dua orang itu berjalan menuju gunung bagaikan lem. Nathan tidak menyangka Arsen sangat berhati-hati, Sienna adalah putri angkatnya dan dia bahkan tidak mempercayainya, hingga meminta seseorang untuk mengamati seca
“Nona Sienna, akhirnya kamu sampai juga, Tuan Arsen masih menunggumu.”Sienna sedikit kaget, dia tidak menyangka sudah selarut ini Arsen masih menunggu dirinya, lantas dia akan langsung mengurung Nathan di dalam kamar untuk menjadikannya Count?“Iya, aku sudah tahu!” Sienna mengangguk, lalu membawa Nathan berjalan masuk ke pedesaan Lumina.Saat para penjaga pedesaan Lumina menatap Nathan yang memegang tangan Sienna dengan tatapan serakah, mereka semua merasa sangat iri. Mereka sudah lama terpesona pada penampilan Sienna, hanya saja, tidak ada yang berani bertindak pada Sienna, terlepas dari kekuatan Sienna, hanya dengan status Sienna sebagai putri angkat dari Arsen, mereka mana berani menyentuhnya?Nathan mengikuti Sienna masuk ke pedesaan Lumina, dan menemukan bahwa hampir seluruh pedesaan Lumina terbuat dari bangunan kayu, ada sebuah bangunan berlantai dua di tengah pedesaan Lumina yang terlihat lebih megah dan mendominasi, seharusnya itu adalah tempat dimana Arsen berada. Benar saj
“Tutup mulutmu!” Ging menoleh, tatapannya membuat Russel terkejut dan segera diam. Kemudian Ging kembali berkata. “Nathan, kamu mempermalukanku di makam kuno. Hari ini, aku datang untuk membalaskan dendam itu!” Pakaian Ging bergerak meski tak ada angin, lalu tiba-tiba, sosoknya menghilang. Detik berikutnya, Ging muncul di atas kepala Nathan, tubuhnya bercahaya seperti meteor yang melesat. Tanah di bawah kaki Nathan retak, tekanan yang dihasilkan Ging semakin besar, memaksa kaki Nathan terbenam ke dalam tanah. “Pukulan Meteor!” teriak Ging, cahaya keemasan di tubuhnya semakin terang. Russel, yang menyaksikan pemandangan itu, tersenyum lebar. Kemenangan sepertinya sudah di depan mata. “Hahaha …. Nathan, kali ini kamu pasti mati! Ini adalah jurus mematikan milik Ketua Ging, Pukulan Meteor! Tak ada orang yang bisa menahan pukulan ini. Aku akan melihatmu hancur berkeping-keping!” Russel tertawa terbahak-bahak, kegirangannya tak terbendung. Nathan mengabaikannya. Dia menyimpan ped
“Nathan, aku salah. Aku tahu aku salah. Ke depannya, keluarga Ransom bersedia mendengarkan perintahmu dan mematuhi perkataanmu!” Russel menundukkan kepalanya, kepala yang terhormat itu kini tunduk pada seorang pemuda berusia dua puluh tahunan. Saat ini, kehormatan dan reputasi tak lagi penting. Yang tersisa hanyalah satu kesempatan untuk bertahan hidup. Selama dia masih hidup, masih ada harapan untuk bangkit kembali. “Jika aku membunuhmu sekarang, seluruh kekuatan Ransom akan berada di bawah kendaliku,” ucap Nathan, suaranya dingin seperti es. Tatapan matanya menusuk, tak ada belas kasihan. Saat Nathan selesai berbicara, dia mengangkat pedang Arunanya tinggi-tinggi, bilahnya memancarkan cahaya keemasan yang memancarkan aura kematian. Russel menatap pedang itu, matanya dipenuhi ketakutan. Tapi dia tak bergerak. Kepercayaan dirinya sudah hancur. Dia tahu, bahkan jika dia mencoba menghindar, hasilnya akan tetap sama. “Hentikan!” Tiba-tiba, suara teriakan yang menggema memecah
Russel berdiri dengan angkuh, matanya menyala dengan kemenangan. “Aku sudah bilang, di dalam formasi ini, aku adalah sang penguasa.” Tapi tiba-tiba, Nathan perlahan bangkit. Sisik-sisik yang rontok mulai tumbuh kembali, cahaya keemasan di tubuhnya bersinar lebih terang dari sebelumnya. Russel tertegun, matanya membelalak. “Kamu .… Bagaimana kamu masih bisa berdiri?” Nathan menatapnya, senyumnya penuh keyakinan. “Kamu pikir formasi kecilmu bisa menghentikanku? Aku bukan sekadar musuh yang bisa kau remehkan, Russel.” Raut wajah Russel berubah drastis, pukulannya tadi sudah menggunakan energi dari lima orang puncak penguasa Ingras, tapi masih tidak bisa membunuh Nathan.“Aku akan menunjukkan padamu, siapa penguasa sebenarnya!” Nathan mengangkat pedang Arunanya tinggi-tinggi, nyala api menyembur dari bilahnya, mendesis seperti ular naga yang bangkit dari abu. Suaranya menggema ratusan meter, menghanguskan udara di sekelilingnya. Russel menatap Nathan, matanya membelalak. Aura ya
Russel menatap Nathan dengan kaget, merasakan aura yang mengerikan. Dalam benaknya, kekuatan Nathan sudah hampir mencapai tahap Villain. Namun, sosok Nathan hanya tampak seperti puncak penguasa Ingras yang baru saja menerobos tahap, dan Russel tidak bisa memahami bagaimana dia bisa meledakkan kekuatan yang begitu luar biasa.Russel bukanlah orang yang asing dengan pembunuh berbakat. Banyak ahli bela diri jenius yang pernah menantang lawan dengan kekuatan satu atau dua tingkat di atas mereka. Namun, sosok seperti Nathan—yang mampu menerobos sebuah tahap besar dengan begitu mudah—benar-benar langka. Russel tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.“Kamu tidak perlu tahu tentang diriku,” Nathan berkata, suaranya dingin seperti es. “Yang perlu kamu tahu adalah, kamu akan segera bertemu lagi dengan putramu!”“Hmm, kamu tidak perlu sesombong itu. Kamu kira aku hanya memiliki kekuatan seperti ini?” Russel mendengus dingin, berusaha menegaskan keberaniannya. “Kalau kamu punya kemampua
"Kabur?" Bisiknya menggelitik tengkuk para anggota Keluaraga Yaju yang sedang memanjat tebing. "Kalian pikir neraka punya pintu keluar?"Swooossshhhh!Tubuhnya melesat melebihi kecepatan kilat. Setiap kali kilatan pedangnya berkelebat, sepasang matanya membeku, tubuh tanpa kepala masih berlari-lari sebelum akhirnya roboh. Darah menyembur dengan ngeri membentuk hujan di atas rerumputan. Di lereng bukit keluarga Calderon, mayat-mayat bergelimpangan membentuk spiral mistis—mulut terbuka dalam koor bisu, tangan terkunci dalam posisi memohon."Ka-kakak! Dia …. dia di belakangmu!" Ferdi menjerit sambil menunjuk ke bayangan yang sedang berjalan di dinding tebing. Kakinya basah—tidak tahu apakah itu keringat atau air seni—tapi yang pasti, bau amonia menusuk hidungnya. Setiap kali kelopak matanya berkedip, dia melihat kepala James bergulir pelan, lalu berubah menjadi wajahnya sendiri yang mungkin akan menjadi giliranya."Na-Nathan—" Russel terisak sambil memanjat dengan kuku yang berdarah-dara
“Maaf aku datang terlambat,” Nathan menatap Nelson dan Abel yang berlumuran darah, niat membunuh di dalam dirinya semakin membara, seolah-olah darah mereka adalah bahan bakar untuk amarahnya.“Tuan Nathan, bisa melakukan sesuatu untukmu adalah kehormatan dalam hidupku, namun sayangnya—” mata Nelson memerah, air mata menetes di pipinya. “Keluarga Calderon sudah lenyap. Sepertinya ke depannya aku tidak akan bisa melakukan apapun lagi untuk Tuan Nathan!”“Keluar dari kegelapan, keluarga Calderon tidak akan lenyap selamanya. Kita bisa membangunnya kembali,” Nathan menjawab dengan tegas, suaranya penuh keyakinan. “Mulai hari ini, seluruh aset milik Yaju dan organisasi lainnya akan menjadi milik keluarga Calderon. Aku akan menunjukkan kepada komunitas bela diri di Kota Moniyan bahwa keluarga Calderon adalah milikku, dan tidak akan ada yang berani menyentuhnya!”Setelah Nathan selesai berbicara, dia perlahan berbalik. Cahaya bersinar di tangan kanannya, dan pedang Aruna muncul dengan kilauan
Kekuatan Nelson seharusnya jauh lebih besar dibandingkan James, namun saat ini, dia terkulai lemah, energinya hampir habis terkuras. Tak ada cara baginya untuk menahan serangan mematikan dari James yang kini mengamuk.“Ayah!” teriak Abel, bergegas maju untuk memapah Nelson, matanya menyala dengan kemarahan yang membara, menatap James seolah ingin membalas setiap tetes darah yang telah tumpah.Tatapan mata Abel dipenuhi kebencian yang membara. Dia membenci dirinya sendiri yang merasa tak berguna, membenci masa lalunya yang hanya tahu minum-minum tanpa berlatih, dan membenci ketidakmampuannya untuk berkontribusi pada keluarga Calderon. Rasa frustrasi itu menggerogoti jiwanya, mengubahnya menjadi bara yang siap membara.“Aku akan mengantar kalian menuju kematian, lalu membunuh Nathan!” ancam James, suaranya penuh kebencian saat dia melayangkan pukulannya lagi.Namun, sebelum tangannya meluncur, Russel segera menghentikannya, menggelengkan kepala dengan tegas. “Kita harus menunggu Nathan
Keluarga Calderon.Udara dipenuhi bau besi menyengat dari darah yang menggenang, menyelimuti tanah bak kabut merah. Mayat-mayat berserakan seperti daun kering di musim gugur, wajah mereka membeku dalam ekspresi teror terakhir. Denting pedang dan jerit kematian masih bergema, sisa-sisa pertempuran yang mengubah kediaman megah Calderon menjadi neraka berdarah. Dua pasukan—Ransom dan Yaju—mengurung sisa keluarga Calderon dalam lingkaran besi. Nelson dan Abel, dengan luka menganga di tubuh, berdiri membelakangi satu sama lain. Dari ratusan anggota keluarga, hanya belasan yang tersisa. Napas mereka berat, mata berkaca-kaca, tapi tangan masih mencengkeram senjata dengan getaran kemarahan yang tak padam. Russel, pemimpin keluarga Ransom, melangkah maju. Pedangnya berkilat di bawah sinar bulan yang pucat, bayangannya seperti siluet maut. "Nelson!" suaranya menggelegar. "Kita pernah bertarung bahu-membahu di Perang Disaster! Tapi kau memilih jadi anjing peliharaan Nathan—bocah yang membant
“Ketua Sancho, kalau ada masalah bisa dibicarakan baik-baik. Kamu datang ke kepolisian dan menyerang Tuan Nathan. Kalau aku melaporkannya kepada Tuan Ryujin, apa kamu bisa menjelaskannya?” Milan melihat Nathan yang sudah tidak tahan dan segera mengancam Sancho.Mendengar Milan berkata seperti itu, Sancho menarik kembali auranya dan menatap Nathan dengan dingin. “Nathan, karena aku masih menghargai Tuan Ryujin, aku bisa mengampunimu kali ini. Tapi kamu harus menyerahkan lukisan yang kamu temukan di makam kuno itu kepadaku!”“Aku yang menemukannya. Atas dasar apa aku harus menyerahkannya kepadamu? Jika kamu punya kemampuan, bunuh saja aku hari ini. Aku tidak akan mungkin menyerahkan lukisan itu padamu,” Nathan menjawab tegas, menyadari betapa berharganya lukisan itu. Mana mungkin dia menyerahkannya kepada Sancho.“Hmm, orang sepertimu merasa layak memiliki lukisan itu? Barang itu di tanganmu sama saja dengan menyia-nyiakan benda pusaka!” Sancho berteriak marah. “Serahkan lukisan itu sek