“Tenang saja, orang yang bisa membunuhku masih belum lahir!” Nathan tersenyum pada Sarah lalu berkata pada Ryzen. “Kumpulkan semua orang dari Nocturnal, dan jangan buat kesalahan!”“Baik, mengerti!” Ryzen mengangguk dan pergi ke belakang untuk menelpon!”Setelah Nathan menghibur Sarah, dia pergi meninggalkan hotel dan bersiap pergi ke Kota Boulmer untuk menyelamatkan Sherly.Setelah berjalan keluar dari hotel, senyuman di wajah Nathan menghilang, dan digantikan dengan raut wajah dingin dan penuh aura membunuh. Orang-orang yang berjalan di tepi jalan semua dapat merasakan suhu udara seolah turun.***Kota Boulmer, kediaman Juventus.Santos melihat Henry membawa pulang seorang wanita dan seketika tidak tahu harus sedih atau senang.“Paman, kamu menangkap orang yang salah, aku tidak kenal wanita ini, dia bukan Sarah!” Santos berkata dengan pasrah.“Salah menangkap orang?” Henry tercengang dan agak bingung. “Dia mengatakan dia adalah Sarah, bagaimana bisa salah?”Henry berkata sambil meli
Saat itu, Santos sedang berada di dalam kamar, Sherly sedang berbaring di atas ranjang tanpa mengucapkan sepatah katapun, air matanya sudah membasahi selimut di atas ranjang namun dia tidak berani berkata-kata. Santos menatap Sherly dengan bersemangat, dan kedua tangannya perlahan-lahan membuka kancing baju Sherly.Mata Santos memerah saat kulit putih Sherly terekspos. “Sesuai ekspektasiku!” Santos menjilat bibirnya dan air liurnya yang hampir mengalir keluar.Santos yang sudah tidak sabar langsung melemparkan dirinya ke tubuh Sherly. Sherly mengigit bibirnya dan memalingkan kepalanya ke samping, air matanya bagaikan sungai yang tidak berhenti mengalir.Brak!Pada saat itu pintu kamar Santos dibuka dengan keras oleh seseorang.Santos terkejut dan raut wajahnya menjadi dingin. “Sialan, siapa yang tidak tahu cara mengetuk pintu, cari mati ya?!”Santos baru saja selesai mengumpat dan saat berbalik dia melihat ibunya sendiri sedang berjalan masuk, dia seketika kaget dan segera bangkit dar
“Hari ini, kalian semua harus mati!” Nathan melangkahkan kakinya dengan kuat menuju Marco dan istrinya.Melihat Nathan yang berjalan ke mereka, tubuh kedua orang itu bergetar hebat, seakan-akan sosok malaikat pencabut nyawa sedang berjalan menuju ke arah mereka dan siap mengambil nyawa mereka kapan saja.“Bocah, tidak perlu sombong!”Tiba-tiba terdengar suara yang lantang berteriak, sosok pria paruh baya berjalan ke arah mereka. Pria itu kemudian menerjang ke arah Nathan dan melayangkan tinjunya pada saat yang bersamaan, diikuti oleh sosok pria dari sisinya.Dan di belakangnya terdapat dua orang lagi yang berdiri disamping Nina untuk melindunginya, mereka adalah orang-orang ahli dari Keluarga Zatulini.Nathan yang melihat itu melemparkan tongkat besi yang ada di tangannya dan melayangkan dua tinjunya pada waktu yang bersamaan untuk menyambut mereka.BAM!Empat tinju itu bertemu dan menyebabkan suara keras bagaikan guntur. Wajah Nathan menjadi dingin, kedua tangannya sedikit mati rasa.
Saat itu, Santos yang berada di dalam kamar sedang mengenakan sebuah headset dan menonton video, nafsunya sudah membara. Namun, Nina malah menggagalkan rencananya jadi saat ini Santos menonton video untuk melampiaskan nafsunya. Pria itu memainkan jemarinya di …. Nathan berjalan memasuki kamar, namun Santos tidak menyadarinya dan tetap fokus menonton video di ponselnya. Brak! Nathan maju dan menghampirinya lalu merebut ponsel Santos dan membantingnya dengan keras ke lantai. Hal itu membuat Santos kaget dan tersentak. Dan saat dia melihat Nathan muncul di kamarnya sendiri, dia kembali kaget dan melompat turun dari kasur menggunakan tangannya. Namun, saat sebelah kakinya baru mencapai lantai, dia langsung terjatuh, dia lupa kalau satu kakinya sudah lumpuh. “K-kamu …. bagaimana bisa kamu masuk kesini?” Santos berkata dengan ketakutan. Sedangkan Nathan tidak memperdulikannya, matanya tertarik pada sebuah gelang emas dengan batu giok berukiran naga di atasnya yang ada di atas ka
Kota Takari, Sarah tidak tidur semalaman karena mengkhawatirkan Nathan. Ryzen mengutus ratusan orang dari Kota Vale ke Kota Takari untuk melindungi hotel tempat Sarah menginap. Dan ini membuat pemilik hotel ketakutan setengah mati, dia mengira dirinya menyinggung orang yang tidak seharusnya. Ketika fajar mulai menyingsing, Nathan baru sampai ke hotel dengan mengendarai mobilnya yang sudah rusak bagian depannya. Melihat bagian depan mobil yang sudah hancur, hati Sarah tercekat. Saat melihat Nathan turun dari mobil, Sarah langsung berlari ke arahnya. “Nathan, kamu tidak apa-apa, kan? Apa kamu terluka?” matanya menyapu seluruh tubuh Nathan dengan cemas, tangannya meraba-raba wajah Nathan yang tamvan. “Aku tidak apa-apa!” Nathan tersenyum. Dan pada saat Sherly turun dari mobil, dia melihat Sarah dan Nathan yang berpelukan dan merasa hatinya masam. “Sherly, k-kamu tidak apa-apa?” Gilbert yang melihat Sherly berhasil diselamatkan bergegas menghampiri dan memeluk Sherly. Sherly mendo
“Siapa? Siapa yang melakukannya, aku akan menghabisi tujuh turunannya!” Tubuh William sedikit gemetar, teriakannya bahkan terdengar jelas hingga jarak beberapa mil, kemampuannya bukanlah sebuah lelucon untuk dimainkan. “Tuan William ….” Raj melihat anggota Keluarga Zatulini yang datang dan bergegas menyambutnya. “Raj, bagaimana dengan kakakku dan keluarganya? Apa sudah tahu siapa pelakunya?” Setelah Henry melihat Raj, dia langsung bertanya kepada Raj dengan nada tajam dan tidak menunjukkan rasa hormat kepada Raj. Meskipun Raj merasa tidak senang dalam hatinya, tapi dia tidak mengatakan apapun, dan berkata pada Henry. “Tuan Muda Henry, aku turut berduka cita, tidak ada satupun anggota Keluarga Juventus yang masih hidup!” Mendengar perkataan Raj, William terkejut dan terjatuh. “Ayah!” Henry bergegas memapah William. “Tuan William, saya turut berduka cita!” Raj juga segera menghiburnya. William masih gemetaran dan memejamkan matanya dengan erat, setelah sesaat dia baru kembali ter
Kota Takari, Nathan sudah tidur selama seharian penuh, saat merasa tubuhnya sudah berangsur pulih. Dia lalu segera menelpon Gilbert dan memintanya menyiapkan bahan obat, Nathan akan menggunakan waktu di malam hari untuk membuatkan pil obat untuk Ryzen agar Ryzen bisa segera pulih. Karena bahan-bahan obat itu cukup umum, sebagian besar sudah disiapkan oleh Gilbert sebelumnya. Setelah Nathan membuat pil obat, dia memberikannya kepada Ryzen untuk dimakan, dan mengajarkan kekuatan kijutsu yang biasa kepada Ryzen agar Ryzen bisa berlatih saat sedang senggang.Keesokan harinya, Nathan dan yang lainnya berencana kembali ke Kota Vale, kali ini mereka sudah pergi selama beberapa hari, mereka takut Kevin akan khawatir. Karena bagaimanapun, Nathan dan Sarah belum menikah, tunangan pun belum, kalau terus berkeliling di luar bersama, pasti akan menyebabkan gosip.Sherly, Shilpy serta Gilbert mengantar mereka bersama, raut wajah tidak rela terlihat di wajah Aaron bersaudara. Mereka bukan tidak rela
Setelah tiba, Sarah berkemas lalu berjalan masuk dengan senyuman di wajahnya, karena dia tahu Nathan bersama dengan orang tuanya dan kalau bertemu dengan orang tua Nathan dia harus menunjukkan senyuman dan berbicara dengan sopan. Namun saat Sarah berjalan masuk ke dalam vila, dia tidak menemukan satu orang pun di dalam ruang tamu, hanya Nathan yang sedang berjalan keluar dari dapur. Matanya menyapu seisi ruangan seolah sedang mencari keberadaan orang tua Nathan. Kalau orang tua Nathan ada di rumah, Sarah tidak boleh terlalu sembrono. “Tidak usah dilihat lagi, Mama dan Papa sudah pulang ke rumah lama, mereka tidak disini!” Nathan yang melihat Sarah seperti itu hanya tersenyum. “Ah ….” Sarah yang mendengarnya seketika merasa lega. “.... tunggu, tapi, apa yang terjadi? Kenapa mereka pergi?” “Aku juga tidak tahu,” Nathan mengangkat tangan dan bahunya. “Mengapa kamu bertanya padaku? Tanya saja pada mereka,” timpalnya acuh tak acuh. “Sial!" Sarah yang sudah tahu orang tua Nathan tidak
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u