Share

Bab 176

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-05-16 18:37:32

“Tunggu!” Nathan hanya menjawab dengan satu kata lalu menutup panggilannya.

“Kak Nathan, siapa yang menelponmu, apa kamu punya urusan yang harus diselesaikan, kalau begitu kamu duluan saja!” Ronald sedang mencari jalan keluar untuk Nathan, Nathan sudah menyinggung Leo kalau dia terus berada disini, masalah akan menjadi semakin runyam.

“Tidak apa-apa, Ryzen yang menelpon!” Nathan lalu menyimpan kembali ponselnya.

“Ryzen?” Ronald tercengang, dan merasa nama ini sangat familiar, namun dia tidak bisa mengingatnya, namun sekejap kemudian Ronald teringat dan bertanya. “Maksudmu, Ryzen, pemilik dari Kafe Oasis ini?”

“Entahlah!” Nathan mengangguk.

Nathan tidak terlalu yakin karena dia memang tidak tahu bisnis apa saja yang Ryzen miliki, dia hanya tahu kalau Ryzen mengurus Nocturnal. Hanya saja, setelah dipikirkan, kalau tidak memiliki beberapa bisnis, Klan sebesar itu juga tidak akan berkembang. Jadi, tidak heran kalau Ryzen memiliki sebuah restoran atas namanya.

“Hahaha ....”

“Hahahah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 177

    Sherly menatap Leo lalu berteriak dengan dingin. “Diam kamu, apa kamu pantas berkata seperti itu kepada Nathan?” Leo seketika tercengang, dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Setelah memaki Leo, Sherly hanya tersenyum pahit dan berkata dengan lembut pada Nathan. “Kalau begitu, aku akan duduk agak jauh, aku duduk di seberangmu, yang penting aku bisa melihatmu!” Sherly lalu bergerak menuju kursi diseberang Nathan, wajahnya tersenyum dan kelihatannya cukup bahagia. “Sherly, kamu tidak apa-apa?” Sindy menatap Sherly dengan bingung lalu berbisik padanya. “Kamu juga diam!” Sherly takut Sindy akan merusak situasi dan langsung memelototinya. Segera, makanan mulai dihidangkan dan mereka mulai makan dan minum, dan mereka semua mulai memperhatikan Sherly, menuangkan alkohol dan mengambilkan makanan untuknya, tapi tidak ada orang yang memperhatikan Nathan dan Ronald. Hanya Sherly yang terus menyuruh Nathan untuk makan, dan memintanya untuk tidak minum terlalu banyak, dari raut wajahny

    Last Updated : 2024-05-16
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 178

    “Telepon Rendy dan suruh dia kemari!” Nathan bahkan tidak melihat Sherly, seolah sedang berbicara dengan udara. Semua orang tercengang, dan melihat kearah Nathan, bahkan Leo juga tersenyum sinis dan berniat menghina Nathan. Tapi belum sempat dia membuka mulut, dia melihat Sherly mengeluarkan ponselnya dengan berat dan membuat panggilan. Seketika, panggilan itu tersambung dan Sherly berjalan ke pojok ruangan. “Wanita jalang, aku sudah bilang padamu kan, jangan menelponku, atau aku akan mematahkan kedua lenganmu itu!” Rendy yang ada dibalik telepon berteriak kesal. Sejak pulang hari itu, Rendy selalu merasa khawatir setiap hari, dia takut Nathan akan bertindak padanya, ayahnya sendiri jauh lebih khawatir lagi, dia selalu mencari cara untuk membenahi hubungan Keluarga Orton dengan Nathan. Memang lima tahun itu belum terlambat bagi seorang pria untuk membalas dendam, tapi mereka juga harus bisa bertahan selama itu. Kalau Nathan bertindak pada Keluarga Orton sekarang, maka habislah

    Last Updated : 2024-05-17
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 179

    "Tuan Rendy?!" Leo yang melihat Rendy segera menyambutnya dengan senyuman. “Tuan Rendy, akhirnya kamu datang, ayo duduk!” Leo berkata dengan wajah menyanjung, dia juga mempersilahkan Rendy untuk duduk dan teman-teman lain juga bangkit berdiri dan menyapa dengan senyuman diwajah. Namun, Rendy tidak memperdulikan mereka, dia bahkan tidak melirik Sherly dan langsung menyapu seisi ruangan. Dan saat melihat Nathan, tubuhnya bergetar dan segera menghampiri Nathan. “Tuan Nathan, aku dengar kamu mencariku, jadi aku segera kemari!” Rendy berjalan ke arah Nathan dan berkata dengan wajah penuh hormat. BAAM! Seketika, semua orang kecuali Sherly langsung membelalakkan mata, mulut mereka terbuka lebar. 'Tuan Muda dari Keluarga Orton malah berkata dengan segan terhadap Nathan, apa yang terjadi?' 'Bukankah mereka seharusnya musuh berbuyutan?' Setelah melihat seisi ruangan yang tercengang, Nathan tersenyum sinis dan berkata pada Rendy. “aku dengar Keluarga Orton memiliki hubungan bisnis dengan

    Last Updated : 2024-05-17
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 180

    "Surat penyerahan proyek?""Ya, Tuan!"Nathan mengambil surat perjanjian itu, dan Rendy yang melihatnya merasa sangat senang dalam hatinya. Asalkan Nathan mau menerima kedua perusahaan itu, maka Keluarga Orton akan selamat.“Karena Keluarga Orton juga menunjukkan ketulusannya, maka aku akan membiarkan kalian kali ini!” Nathan mengambil surat perjanjian itu dan langsung menanda-tanganinya.Alasan Nathan menerima dua perusahaan dari Keluarga Orton adalah karena dia kekurangan uang, dua obat yang disiapkan oleh Sarah saja sudah bernilai miliaran. Lalu, vila di Villa Ascalon yang hanya memiliki energi spiritual yang sedikit, lalu Batu kristal Bintang yang sudah mulai kehabisan berbagai macam energi yang ada didalamnya.Kalau Nathan ingin meningkatkan kekuatan kultivasi, hanya ada satu cara, yaitu membeli bahan obat berharga dan menggunakannya untuk meramu pil esensi mana untuk membantu kultivasinya!Agar Nathan bisa pergi menemui Marcel di tempat yang sudah mereka janjikan. Kalau menganda

    Last Updated : 2024-05-18
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 181

    “Kalau belum pernah, bagaimana kamu bisa tahu dia sehebat itu?” Nathan tertawa. “Kak Nathan, beberapa tahun ini kamu berada di dalam penjara, kamu mungkin tidak tahu apa yang terjadi diluar, Tuan Ryzen dan Nocturnalnya, serta Stanley dan Geng Naga Apinya itu sangat sadis saat bertarung, pernah sekali sampai dua puluh orang lebih yang terbunuh, hal ini menggemparkan seluruh Kota Vale,” Ronald berkata dengan tatapan ketakutan. ​ “Tenang saja, ada aku disini, tidak akan ada masalah!” Nathan tersenyum sambil menepuk pundak Ronald, lalu memberikan dua surat perjanjian itu pada Ronald. “Kamu bantu aku urus dua perusahaan ini, aku sibuk, tidak punya waktu untuk mengurusnya!” Ronald seketika tertegun. “A-apa?! Ini …., aku juga tidak bisa mengurusnya!” “Kalau tidak bisa, belajar saja, siapa yang begitu lahir langsung bisa?” Nathan meletakkan perjanjian itu di tangan Ronald. “Kelak, tegakkan punggungmu, orang lain akan memanggilmu Direktur Ronald!” Ronald memegang dua surat perjanjian itu

    Last Updated : 2024-05-18
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 182

    “Ah!”Beberapa wanita yang melihat itu berteriak ketakutan.Ronald kaget hingga memucat, dia melihat Nathan yang hampir dihantam dan menggertakkan giginya lalu berdiri dan mengangkat kursi.Bugh! Baam!Namun tidak menunggunya, Nathan yang tetap duduk melayangkan sebuah tinju. Yang terakhir sampai duluan, perut pria itu ditinju dan membuatnya terhempas sebelum akhirnya menabrak meja. Merasakan rasa sakit yang luar biasa membuat pria meringkuk dan raut wajahnya sangat menyedihkan!“Kak, kamu tidak apa-apa?” Leo bergegas memapah kakak sepupunya dan menanyakan keadaannya.“Serang! Serang dan buat dia cacat seumur hidup!” raung pria itu penuh amarah, beberapa satpam yang melihatnya langsung mengeluarkan tongkat dan langsung menyerang.“Kak Nathan, cepat lari, aku akan menahan mereka!” Ronald mengangkat kursi dan langsung maju kedepan.Swoooossshh!Tetapi saat Ronald dan beberapa satpam itu hendak bergerak, tiba-tiba ada sesosok yang lewat secepat kilat. Dan seketika, semua satpam itu terge

    Last Updated : 2024-05-19
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 183

    “T-Tuan Ryzen?” Lucas juga tidak bodoh, dia segera menyadari ada yang salah, dan bergegas berjalan menghampiri.“Lucas, sudah berapa lama kamu ikut denganku?” Ryzen tidak menjawab pertanyaannya, dan langsung bertanya padanya.“Tuan Ryzen, m-maaf!” Hati Lucas tersontak, dan menjawab dengan terbata-bata.“Sudah sepuluh tahun, waktu yang tidak singkat, ya!” Ryzen menepuk pundak Lucas dengan tenang.Brak!Seketika, Lucas langsung ketakutan dan langsung berlutut dihadapan Ryzen. Dia sudah mengikuti Ryzen selama sepuluh tahun, dia tahu semakin tenang Ryzen maka semakin kuat juga aura membunuhnya.“Tuan Ryzen, ampuni aku, tolong ampuni aku sekali ini ….” Lucas tidak berhenti bersujud pada Ryzen.Ryzen sama sekali tidak tergerak dan mengeluarkan sebilah belati lalu melemparkannya di lantai. “Iris tanganmu!”Lucas melihat belati di lantai itu dan ragu sejenak, namun setelah itu dia langsung meraihnya dan memotong tangannya sendiri.“Ah!”“T-tidak!”Kembali, terdengar teriakan yang bergema di r

    Last Updated : 2024-05-19
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 184

    “Apa kamu punya halaman belakang disini? Kamu bisa mencoba kekuatanmu!” ujar Nathan melihat aura yang menggebu-gebu dari tubuh Ryzen.“Ada!” Ryzen bergegas membawa Nathan menuju halaman belakang.Di halaman belakang ada sebuah bongkahan batu besar, diatasnya terukir beberapa tulisan aksara kuno, ini adalah batu yang dibeli oleh Ryzen.“Kamu coba tinju batu ini!” Nathan berkata sambil menunjuk batu besar itu.Ryzen tidak ragu-ragu, dia mengepalkan tangannya dengan erat, sebuah cahaya terlihat menyeliputi kepalan tangan Ryzen, dan dia langsung menghantamkan tinjunya pada batu besar itu.Braaaak! Kraaaak!Pukulan itu membuat sebuah retakan besar di tengah batu itu.“I-ini ….”Ryzen melihat kepalan tangannya sendiri dan kaget, tinjunya bisa membelah batu, kekuatannya sangat besar.“Sekarang satu tinjumu bisa membunuh banteng dengan mudah, karena itu, kalau Ruis memamerkan Scarlet Shadow-nya dihadapanmu, tertawai saja, ingatlah dihadapan kekuatan yang absolut, Scarlet Shadow tidak ada apa-

    Last Updated : 2024-05-19

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1084

    Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1083

    Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1082

    Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1081

    Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1080

    Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1079

    Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1078

    Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1077

    Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1076

    Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status