Julio juga menggunakan kesempatan ini dan mengeluarkan kunci mobilnya lalu meletakkannya di atas meja, jelas dia melikan itu untuk menunjukkan status dirinya.“Mungkin mobil ini mobil sewaan, ya?” Nathan berkata sambil mendengus.Sebenarnya banyak diantara mereka yang juga berpikiran seperti itu, karena jam tangan Julio itu palsu. Maka, Fortuner itu bisa saja mobil sewaan, lagipula untuk menyewa mobil juga tidak mahal.“Jaga bicaramu, mana mungkin mobil ini mobil sewaan, Kak Julio sudah lama mengendarai mobil ini, bukan baru hari ini!” Merlin berkata dengan marah pada Nathan.“Mobil sewaan atau bukan cukup tunjukan BPKB-nya saja, bisa, kan?” kata Nathan.Hanya dengan melihat nama yang tercantum di BPKB, mereka sudah bisa memastikan mobil itu milik Julio atau bukan.Merlin melirik Julio, dia ingin menyuruh Julio mengeluarkan BPKB dan memperlihatkannya kepada Nathan agar bisa membuatnya diam.Namun, sebelum wanita itu membuka mulut, Julio segera menolak. “Malas, aku harus turun lagi unt
Pada saat itu Lily sudah terkejut setengah mati, sepuluh botol Diva Vodka sudah mencapai ratusan juta, walaupun dia dan Nathan hanya membayar bagian mereka masing-masing, itu saja sudah mencapai puluhan juta. Menghabiskan puluhan juta untuk sekali makan, kalau sampai diketahui oleh orang tua mereka, pasti mereka akan dipukuli sampai mati.“Kak Nathan, sudahlah,” Lily mulai panik dan berbisik membujuk Nathan.Melihat Lily yang seperti itu Julio tertawa, wajahnya meremehkan Nathan dan berkata. “Hei bocah, kalau kamu menyesal sekarang juga masih sempat, dengan gayamu yang seperti ini apa bisa membayar puluhan juta? Masih mau minum Diva Vodka, tidak ada orang yang berlagak sepertimu!”“Menyesal?” Nathan menyeringai. “Kenapa menyesal? Hanya beberapa botol Diva Vodka saja, bukannya tidak pernah minum, kenapa harus menyesal? Kalau kamu yang menyesal, kamu boleh memanggil pelayan sekarang.”“Hahaha, apa kamu bercanda, ya? Kenapa aku harus menyesal, hanya beberapa ratus juta tidak ada artinya
“Tuan, total tagihan kalian seluruhnya empat ratus tujuh puluh lima juta,” ucap kasir itu. Julio mengangguk, dan mengeluarkan ponselnya untuk menghitung lalu berkata pada Nathan. “Nathan, empat ratus tujuh puluh lima juta dibagi lima belas orang,” ujar Julio sembari memainkan jemarinya di atas layar ponsel. “Totalnya, per orang tiga puluh satu juta. dan kalian bertiga jadi sembilan puluh tiga juta!” “Sembilan puluh tiga juta?” Nathan tersenyum menatap Julio. “Murah sekali, paskan saja jadi seratus juta!” “Nathan, sudah sampai tahap ini kamu masih berlagak, mau membayar seratus juta? Kalau begitu cepat keluarkan, tunggu apa lagi?!” Merlin tersenyum sinis mendengar Nathan akan membayar seratus juta. “Aku rasa, jika dia menjualnya mobil tua miliknya itu pun tidak akan laku, masih menganggap dirinya kaya!” Natasya juga langsung menghina Nathan. Mereka juga menatap Nathan sebagai olokan, mereka ingin melihat bagaimana Nathan akan membayar sebesar seratus juta itu. Mereka berpikir bahw
Seketika itu Julio tercengang, dia masih belum mengerti apa identitas Nathan yang membuatnya tidak perlu membayar kalau makan di Hotel Northen. Merlin dan Natasya juga menatap Nathan dengan tatapan tidak percaya, mereka sangat ingin melihat Nathan dipermalukan. “Menipu uang wanita, juga tidak seperti ini cara menghamburkannya, cepat bayarkan sisa tagihanmu!” Nathan tersenyum sinis pada Julio, tatapannya menunjukkan kejijikan dan penghinaan. Julio merasakan tatapan Nathan padanya dan langsung mengerti. “Sialan! Kamu sedang mengerjaiku?” Nathan tidak perlu bayar setelah makan, tentu dia boleh memesan bir yang mahal sesuka hatinya. Sedangkan Julio, dia tidak tahu dan hanya mengikuti permainannya dengan bodoh, dia terus membandingkan dirinya dengan Nathan, dia benar-benar dipermainkan oleh Nathan. “Kenapa kalau aku mengerjaimu?” Nathan mengakui dengan acuh tak acuh. Dia sejak awal memang sudah berencana mengerjai Julio. “Tuan, tolong segera bayarkan tagihan Anda, kami masih memiliki
“Minggir, Aku tidak punya uang sebanyak itu,” Julio menepis tangan Merlin dengan kasar.Dia sekarang hanya memikirkan bagaimana cara dia bisa pergi dari sana, kalau sampai dibawa ke belakang, mungkin saja dia akan dipukuli. Seketika itu Merlin juga tercengang, dia menatap Julio dengan tidak percaya, dia tidak menyangka Julio adalah orang seperti ini!“Kalian harus membayarkan keseluruhan tagihan baru boleh pergi, kalau hanya membayar bagianmu sendiri kamu juga tidak akan bisa pergi!” kasir itu menolak Julio dengan tegas.Julio yang mendengarnya seketika tercengang, sepertinya mereka tidak akan bisa pergi kalau tidak membayarkan 300 juta itu!“Kalau tidak punya uang untuk apa berlagak, ternyata hanya berpura-pura kaya!”“Kali ini celaka lah sudah, tidak punya uang untuk apa memesan bir itu?!”“300 juta itu sangat banyak, mau cari dimana?!”Sekelompok orang itu mulai mencaci maki Julio dan Merlin, kalau bukan karena mereka berdua, masalah tidak akan jadi seperti ini!“Nathan, tolong ban
Saat mereka melihat Sarah dan Nathan yang seperti itu, mereka semua tercengang, terutama Julio. Dia menatap Nathan dengan tatapan tak percaya, dan seketika mengerti kenapa Nathan tidak perlu membayar saat makan disini.Nathan tersenyum. “Apa kamu cemburu, ya?”“Tidak usah terlalu percaya diri, hantu yang cemburu!” Sarah memutar matanya, dan melanjutkan perkataannya. “Ayahku selalu membicarakanmu dan ingin mengajakmu untuk makan dirumah!”“Beberapa hari ini aku agak sibuk, lusa bagaimana?” Nathan mencoba menolaknya.Para pria yang ada disekitar menatap Nathan dengan tatapan kagum dan iri, Nona Muda Keluarga Wibowo mengajaknya makan, dan Nathan malah menolak?Kalau saja dia mengajak salah satu diantara mereka, walaupun mereka harus pergi dengan merangkak mereka pasti tidak akan ragu-ragu!Nathan malah menolak kesempatan seperti ini!“Hm, apa kesibukanmu? Apa perlu aku mengangkatmu menjadi Direktur perusahaan, agar tidak ada lagi yang bisa kamu sibukkan!” Sarah melihat Nathan menolaknya
“Mungkin!” Andrew segera mengangguk.Semua orang menatap Nathan dengan tatapan penghinaan, mereka merasa Nathan tidak akan datang hari ini adalah perkataannya sendiri kemarin malam. Nangankan karyawan biasa seperti Nathan, bahkan Andrew yang sudah menemani Lisa bolak balik selama beberapa bulan dan belum bisa menandatangani kontrak dengannya.“Tidak mungkin, Kak Nathan pasti akan datang!” Lily berteriak dengan keras, dia percaya Nathan pasti akan datang, karena hanya masalah kontrak Geovani Fashionable tidak akan membuatnya merasa takut.“Sudah jam berapa ini? Aku rasa dia pasti sudah ketakutan dan tidak berani datang!” Kate tersenyum sinis.“Bocah ini, selain membual, dia benar-benar tidak punya kemampuan lain!” Lisa juga membuka suara, di dalam hatinya sudah sangat membenci Nathan.Lily terlihat sangat gelisah, dan langsung menelpon Nathan. Baru saja menelpon, suara deringan ponsel sudah terdengar, Nathan melangkah masuk ke ruangan kantor.Nathan berlatih terlalu lama semalam, dan i
“Jack, kamu sekarang sukses juga, ya!” Lily berkata dengan emosional.“Ahh ….” Jack menggaruk kepalanya sambil tersenyum tersipu malu. “Biasa saja …” Jack tersenyum.Setelah memasuki ruangannya, Jack menuangkan secangkir kopi untuk Lily.Lily menilai ruangan yang ditata dengan mewah itu, rasa iri sedikit tersirat di matanya. Dulu, mereka adalah teman satu sekolah, tapi temannya sudah sukses dan menjabat sebagai manajer, sedangkan dia baru saja mendapat sebuah pekerjaan.“Nah, minum,” ujar Jack menyodorkan kopi.“Semalam ada acara reuni sekolah, apa tidak ada orang yang memberitahumu?” Lily meraih gelas kopi itu dan bertanya pada Jack.Karena mereka semua adalah teman satu sekolah, dan semuanya masih tinggal di kota yang sama, seharusnya Jack juga diajak untuk menghadiri acara reuni, lagipula bagaimanapun Jack terbilang sukses.“Ada, aku tidak pergi karena sibuk, aku tidak punya waktu untuk diluangkan, dengar-dengar Julio juga hadir, ya?” Tatapan mata Jack terlihat sedikit menghina, sa
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b
“Kita hanya punya waktu tiga menit. Cepat, ruangannya ada di ujung sana!” peringatan Kaidar menggema, menyatu dengan desiran napas Nathan yang semakin cepat.Dengan langkah tergesa, Nathan berlari menuju sel paling ujung. Di balik pintu jeruji, pandangannya bertemu dengan sosok yang membuat seluruh tubuhnya tersentak: Sarah, terbaring di ranjang dengan fasilitas mewah yang tak seharusnya ada di penjara bawah tanah.“Sarah!” teriak Nathan, suaranya penuh kelegaan dan harapan.Mendengar panggilannya, Sarah melompat dari ranjang dan segera meraih tangan Nathan dengan erat, senyuman cemas tersamar di wajahnya. “Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” tanyanya dengan penuh kekaguman dan kekhawatiran, meski rasa lega karena melihatnya selamat mulai muncul.“Aku dibawa oleh seseorang,” jawab Nathan singkat, menahan diri dari mengungkapkan terlalu banyak agar tidak membuat Sarah khawatir. Namun, mata Nathan berkilau dengan aura membunuh yang hampir tak terselubungi, seolah mengancam.“Sial, auram
“Bayarannya, kamu harus menemani kami ke pulau Draken!” ujar Kaidar, suaranya berubah datar namun penuh misteri.Nathan tercengang, dia tak pernah menyangka bayaran yang diminta setinggi itu. “Pergi ke pulau Draken?” tanya Nathan, nada suaranya mengandung keheranan. “Naga Yang dan naga Yin di sana telah melewati masa kemunculan, dan aku telah menaklukkan naga Yang. Batu mata naganya kini milikku. Lantas, untuk apa kita kembali ke sana?”Kaidar menatap tajam, tak mau menunda lagi. “Kamu tak perlu tahu seluk-beluknya. Cukup jawab, bersedia atau tidak! Ingat, kekuatan kalian di sini masih jauh dari puncak. Kalau kalian menyerangku, aku tidak akan menahan diri.”Dalam sekejap, bayangan kekuatan beberapa sosok seorang puncak penguasa Ingras tingkat akhir, dan Ramos yang setidaknya berada pada tahap puncak penguasa Ingras tingkat akhir, menyeruak dalam pikiran Nathan. Dia sadar betul bahwa melawan mereka bukanlah pilihan.“Tenanglah, hanya aku dan Tuan Ramos yang akan ikut. Jika kelak kami
“Kedatanganku kali ini bukan untuk mengganggumu, melainkan untuk membantumu,” jawab Kaidar sambil tersenyum samar, seakan mencoba menenangkan ketegangan yang mulai terasa.“Membantuku? Bagaimana caramu?” Nathan mengernyit, waspada.Baru saja Bachira datang dengan peringatan, dan kehadiran Kaidar terasa terlalu kebetulan.“Saudara Nathan, aku sudah berjalan jauh. Bukankah lebih baik berbicara di tempat yang nyaman daripada di halaman terbuka?” ujar Kaidar, seraya melangkah masuk bersama rombongannya ke dalam kamar Nathan.Begitu memasuki ruangan, mata Kaidar langsung tertuju pada lukisan aliran sunyi di hamparan yang abadi. Tatapan yang tadinya ramah berubah menjadi penuh keserakahan. Merasakan bahaya, Nathan segera menyembunyikan lukisan itu ke dalam cincin ruang yang dikenakannya.Kaidar menatap cincin ruang tersebut dengan mata yang semakin menyala."Tuan Muda Kaidar, apakah kamu tidak ingin memperkenalkan rombonganmu?" tanya seorang pria pendek di sampingnya.Kaidar pun segera memp
Percaya diri yang semula menyelimuti Nathan perlahan berubah. Bagi Nathan, selama tidak ada kejutan yang tak terduga, Ryuki bukanlah tandingannya dalam pertarungan kali ini.Namun, perdebatan semakin memanas. Milan bertanya dengan nada tajam. “Tuan Nathan, apa rencanamu? Di atas arena, aturan seolah tak berlaku. Apakah aku harus menemui Tuan Ryujin dan memintanya untuk memberi peringatan? Kau hanya akan memukul Ryuki, dan jika Tuan Ryujin angkat bicara, Keluarga Zellon tidak akan tinggal diam.”Milan jelas ingin menghindari pertarungan yang brutal, dan sepertinya strategi pihak lawan sudah diperhitungkan matang-matang.“Tak perlu dipikirkan, jika mereka ingin bertarung, biarkan saja terjadi!” ujar Nathan dengan nada tegas, sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir keraguan.“Aku akan mengasingkan diri beberapa hari. Bila tidak ada urusan penting, jangan cari aku!” lanjutnya.Milan mengangguk singkat sebagai tanda setuju.Tak lama kemudian, seorang anggota polisi bergegas mendekat.