“Jack, kamu sekarang sukses juga, ya!” Lily berkata dengan emosional.“Ahh ….” Jack menggaruk kepalanya sambil tersenyum tersipu malu. “Biasa saja …” Jack tersenyum.Setelah memasuki ruangannya, Jack menuangkan secangkir kopi untuk Lily.Lily menilai ruangan yang ditata dengan mewah itu, rasa iri sedikit tersirat di matanya. Dulu, mereka adalah teman satu sekolah, tapi temannya sudah sukses dan menjabat sebagai manajer, sedangkan dia baru saja mendapat sebuah pekerjaan.“Nah, minum,” ujar Jack menyodorkan kopi.“Semalam ada acara reuni sekolah, apa tidak ada orang yang memberitahumu?” Lily meraih gelas kopi itu dan bertanya pada Jack.Karena mereka semua adalah teman satu sekolah, dan semuanya masih tinggal di kota yang sama, seharusnya Jack juga diajak untuk menghadiri acara reuni, lagipula bagaimanapun Jack terbilang sukses.“Ada, aku tidak pergi karena sibuk, aku tidak punya waktu untuk diluangkan, dengar-dengar Julio juga hadir, ya?” Tatapan mata Jack terlihat sedikit menghina, sa
“Kalau tidak mau. ya sudah, sudah tidak ada lagi yang bisa dibicarakan, kamu boleh pergi!” Jack tersenyum sinis. Lily sudah sangat ingin keluar dari sana, tapi dia tidak bergerak karena teringat pada Nathan. “Jack, apa tidak ada persyaratan lain? Bersujud padamu, atau menjadi kudamu juga b-boleh …” Lily menatap Jack dengan memelas. “Aku hanya punya 1 permintaan, kalau kamu tidak bisa memenuhinya, tidak ada lagi yang bisa dibicarakan, aku akan memberimu 10 menit untuk mempertimbangkannya. Setelah 10 menit, kamu mau tidur denganku pun tidak ada gunanya lagi!” Jack berkata sambil berjalan keluar dari ruangannya, meninggalkan Lily yang masih mematung. Baru berjalan keluar, Jack sudah berpapasan dengan sepasang pria dan wanita, lengan pria itu terlihat diperban. Dua orang itu adalah Rendy dan Sherly, mereka juga datang untuk menegosiasikan kontrak. Geovani Fashionable dan Keluarga Orton sudah menegosiasikan kontrak ini cukup lama, secara garis besar sudah bisa dipastikan kalau mereka ak
Rendy yang mendengarnya seketika menciut dan melangkah mundur, dia sudah tahu kekuatan Nathan. “Nathan, sekarang kamu sudah tidak bersama Sarah si wanita jalang itu lagi, kamu kira kamu siapa? Masih berani berbicara seperti itu pada Kak Rendy?!” Sherly berteriak ke arah Nathan. Nathan menyipitkan matanya dan seberkas cahaya dingin terbesit di matanya. “Kamu tidak gosok gigi ya? Mulutmu bau sekali!” dia mengibaskan tangannya dengan kuat. PLAK! Berkata sampai disitu, Nathan tiba-tiba melangkah maju, dan menampar Sherly dengan keras. Belum ada orang yang sempat merespon, dan pipi Sherly sudah membengkak dan gambaran telapak tangan terpampang dengan jelas.. Melihat Nathan berani turun tangan memukuli Sherly, Jack yang berdiri disamping juga tercengang. Sherly adalah pacarnya Rendy, Nathan yang terlihat seperti orang biasa ini malah berani turun tangan memukuli pacarnya Tuan Muda Keluarga Orton, ini adalah aksi cari mati! “Sialan, beraninya kamu memukuli orang di perusahaan kami, apa
“Berhenti, sedang apa kalian? Berani membuat keributan di depan pintu masuk, membuat gaduh saja!” Martha bergegas menghampiri dengan marah. Jack yang melihat Martha berjalan menghampiri segera melambaikan tangannya dan membubarkan para petugas keamanan, lalu memasang senyuman di wajah nya. “Bu Martha, orang ini datang membuat keributan dan berani memukuli orang, jadi aku meminta petugas keamanan untuk mengurusnya!” “Memukuli orang?” Martha melirik Nathan dan berkata pada Jack. “Kalau ada yang membuat onar ya segera usir, sebentar lagi akan ada tamu yang datang untuk membahas kerjasama, kalau sampai terlihat oleh tamu bagaimana?!” “B-baik, aku akan segera mengusirnya!” Jack mengangguk, dan kembali memanggil para petugas keamanan, seketika petugas keamanan itu kembali mengerumuni. “Bu Martha,” Rendy tersenyum dan menyapa Martha. Kalau ingin bekerja sama dengan Geovani Fashionable, harus bisa memperlakukan semua orang yang mengelolanya dengan baik. Martha yang melihat Rendy hanya m
“Tuan Nathan, dilihat dulu, kalau Tuan Nathan rasa ada yang tidak cocok, bisa diubah,” Benford menyerahkan kontrak itu pada Nathan.Nathan mengambil kontrak itu dan tidak melihatnya lagi. “Tidak perlu dilihat lagi, Aku percaya padamu.”“Kalau begitu, kita langsung tanda tangani saja, ya?” Benford bergegas mengambil pena dan menyerahkannya kepada Nathan.Brak!Tapi pada saat Nathan mau menandatangani kontrak itu, Rendy dan Sherly menerobos masuk.“Tuan Muda Rendy?” Benford mengernyitkan keningnya dan menatap Rendy.Meskipun Rendy menerobos masuk dengan tidak sopan, Benford juga tidak mengatakan apa-apa, karena bagaimanapun Geovani Fashionable tidak bisa mengalahkan kekuatan yang dimiliki oleh Keluarga Orton!Meskipun dalam industri fesyen, Geovani Fashionable termasuk perusahaan yang paling besar, tapi Keluarga Orton bergerak diseluruh industri, mereka juga merupakan grup yang bergerak diberbagai bidang.“Tuan Benford! Aku datang untuk menegosiasikan kontrak denganmu, aku ingat terakhi
“Benford, apa kamu buta? Nathan ini hanya seorang mantan narapidana, kenapa kamu malah merendah padanya, yang sepertimu masih bisa menyebut diri sendiri bos perusahaan besar? Bajingan, sangat memalukan!” Rendy yang melihat Benford begitu hormat pada Nathan, merasa kesal dan berkata dengan jijik. Benford menatap Rendy dengan dingin, dia juga tidak menjelaskan apapun, karena Rendy belum tahu kemampuan Nathan, jadi dia membiarkannya menyombongkan diri. Hanya saja, Benford percaya kalau Keluarga Orton hanya bisa sombong untuk beberapa hari kedepan. Meskipun Keluarga Orton sangat hebat, tapi kalau dibandingkan dengan Ryzen, Zayn dan Keluarga Wibowo yang berada di pihak yang sama, mereka tidak ada apa-apanya. “Tuan Benford, kita lanjutkan saja tanda tangan kontrak kita, aku tidak ingin ada orang yang mengganggu,” Nathan berkata dengan tenang. “Baik!” Benford mengangguk dan memanggil sekretarisnya. “Martha, antarkan tamu keluar, kalau ada yang tidak mau keluar, panggil petugas keamanan!”
“Jack tadi berusaha mencegah kita menanda tangani kontrak dengan Geovani Fashionable!” ujar Nathan teringat pria itu. Lily yang mendengarnya seketika menjadi marah, sepanjang waktu ini Jack sedang menipunya, mengingat dia yang dengan bodohnya menyetujui persyaratan Jack, kekesalannya memuncak. Pada saat itu, Jack berjalan keluar dari ruangannya, dan menemukan Lily sedang berbincang dengan Nathan dan Benford yang ada disamping, lalu merasakan ada yang salah dan segera berlari menuju ke luar! “Jack, dasar sampah, kamu berani menipuku!” Melihat Jack, Lily langsung mencaci maki dan mengejarnya. Nathan yang melihat situasi itu seketika mengerti, dia langsung berlari mengejar dan membawa Jack kembali. Lily yang sudah sangat marah langsung menjambak rambut Jack. “Jack, bukankah tadi katamu menetapkan mitra kerjasama Geovani Fashionable adalah wewenangmu? Kamu berani menggunakan kontrak untuk mengambil keuntungan dariku?! Meniduriku?! Dasar brengsek!” Bugh! Bugh! Bugh! Lily benar-benar
Andrew seketika tersadar kalau dia sudah melakukan kesalahan, sekujur tubuhnya gemetar dan dia menunjukkan kontrak yang ada di tangannya. “Pak Anton, kami sudah berhasil menandatangani kontrak dengan Geovani Fashionable!” Bagaimanapun ini adalah kontrak besar, mungkin saja Antonius tidak akan marah setelah mendengarnya. Tapi Andrew salah sangka, seketika dia selesai berbicara, Antonius langsung mengamuk. “Enyah, enyahlah dari hadapanku!” Siuuuuu ….. Seketika, Antonius melemparkan cangkir tehnya kearah Andrew dengan kuat. PRANG! Mendengar suara cangkir yang pecah, Andrew yang kaget langsung lari terbirit-birit! Antonius menggertakkan giginya, dan bernafas dengan kasar, sangat jelas kemarahannya sudah memuncak. Dia sudah mendapatkan kabar kalau Nathan berhasil menandatangani kontrak dengan Geovani Fashionable, awalnya dia berniat mempermalukan Nathan, tapi tidak disangka yang dipermalukan malah si Rendy! Panggilan masuk tadi juga panggilan dari Rendy, dia langsung memaki Antoniu
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u
Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b
Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P
Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago
Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda
Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo
Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali
“Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten
Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend