"Apa kepalamu habis terbentur sesuatu?" tanya Shanon yang merasa sedang dipermainkan Santino. Ia jelas tidak akan percaya begitu saja, kalau pria sehebat Santino menginginkan dirinya yang bukan siapa-siapa itu."Hey! Apa setidak-mungkin itu buat kau jadi istriku, hm?" keluh Santino sambil menghela napas panjang. Shanon pun ikut menghembuskan udara pelan dan lama. Ia kemudian balik bertanya, "Memangnya apa yang kau inginkan dariku? Aku sudah punya anak dan aku tidak secantik wanita-wanita yang kau temui selama ini, Santino."Santino terdiam sesaat, kaget karena Shanon mengetahui kegiatan malamnya itu. "Kau menguntitku!" serunya dengan nada riang."Kau penasaran dengan hidupku?" tanya Santino yang semakin jauh dari niat menjawab pertanyaan Shanon barusan.Namun dengan tenang Shanon tersenyum dan berkata, "Aku selalu mengecek kapan kau akan berkhianat, tapi sepertinya pandangan kakakku tentangmu tepat. Kau orang yang loyal.""Damn! Kau membuat hatiku sakit, Princess. Sudahlah, menikah
44 “Kalian sudah siap dengan acara perayaan CEO baru?” tanya Shanon saat melewati meja sekretarisnya. Keempat staf di bagian kesekretariatan itu mengangguk serempak. Wajahnya terlihat bangga, karena mereka tahu kalau acara yang sudah selesai mereka siapkan tergolong mewah. “Saya sudah memberitahu Pak Julian mengenai acara hari ini,” tambah salah satu sekretarisnya. Shanon mengangguk seraya memamerkan senyum tipisnya. “Nice. Thank you kalian semua.” Wanita itu segera berbalik dan masuk ke dalam lift untuk turun menuju lobi. Ia bermaksud lebih dulu pergi ke hotel di mana acara tersebut diadakan. Netra Shanon langsung mencari mobilnya di teras lobi, begitu ia keluar dari lift. Mempercepat langkahnya, ia pun melewati pintu lobi dalam hitungan detik. ‘Istirahat sebentar saja. Sekalian ngecek tugas Caleb,’ batin Shanon sambil melangkahkan kakinya ke dalam mobil yang pintunya sudah terbuka lebar. “Caleb di mana, Nan?” tanya Shanon pada Keenan, yang selalu setia menyupirinya. Sementa
“Tidak usah dikejar, Cal. Aku yakin dia bukan mata-mata.”Santino menghela nafas panjang, lelah dengan kebutaan anak buahnya soal cinta. Walau dia sendiri adalah seorang keluarga mafia yang dibesarkan jelas lebih banyak dengan kekerasan, setidaknya ia tahu rasa cinta.Gadis tadi sudah berhasil menyelinap dari sisi kanan Caleb dan berlari menuju tangga darurat. Caleb bisa saja mengejar, tapi sang atasan sudah menahan langkahnya, “Lanjutkan saja tugasmu!”Tanpa ragu Caleb pun mengangguk menerima perintah Santino dan mengekor atasannya itu menuju kamar Shanon untuk menjaganya.“Setelah acara hari ini, jangan lupa pekerjaan barumu sudah menunggu.” Santino menambahkan perintah-perintah baru pada salah satu anak buahnya yang sangat populer dibayar sebagai bodyguard.Dan Caleb hanya bisa mengangguk. Walau seolah pekerjaan tak pernah berhenti, tapi uang yang ia hasilkan tidak sedikit. Lagi, sebelum mereka masuk ke kamar hotel, Santino menambahkan, “Selesai atau tidak, urusan Shanon ini, kau
“Apa istri Anda tak masalah, Anda malah bekerja di perusahaan lain?” Shanon mencoba mengorek kondisi rumah tangga Julian yang sebenarnya.Dan benar saja, begitu ia membicarakan sang istri, Julian terlihat murung. Mungkin juga karena mabuk, akal sehatnya mulai tak bisa membaca situasi.Wajah sedihnya mulai diikuti dengan mulut yang terpisah, menyuarakan isi hati. “Mereka melimpahkan semua kesalahan pada saya. Ada atau tidak ada saya di keluarga itu, sudah tidak jadi soal, Nona Steenkool,” kata Julian penuh kegetiran.Shanon yang memang sengaja menggunakan nama yang sama dengan perusahaannya itu tersenyum tipis mendengarkan Julian yang terus mengoceh soal istri dan mertuanya.Sedikit banyak ia bisa mengkonfirmasi kebenaran dari semua data yang sudah ia kumpulkan sebelumnya. Lagi, Julian berkata, “Soal tidak punya anak, saya juga yang dilabeli dengan kata ‘mandul’, tapi mereka tidak mau melakukan tes.”Netra Shanon membulat kaget sepersekian detik sebelum menampilkan senyumannya lagi.
“Tuan Julian, bagaimana Anda bisa melakukan semua ini? Pada owner perusahaan pula!” tuduh salah satu direktur wanita yang ia kenal bernama Salome—direktur bidang personalia.Julian tercengang mengetahui bahwa wanita yang sekarang sedang duduk di kursi CEO itu adalah sang pemilik Steenkool. Wanita yang ia ketahui bernama Shanon. Hanya saja, ia tidak paham dengan konteks pembicaraan Salome barusan. Hal itu membuatnya merasa sembarangan dituduh. Namun, ia menyadari posisinya sebagai orang baru dan bertanya, “Apa maksud Anda? Melakukan apa? Saya? Soal apa ini?”Menjawab pertanyaan itu, Shanon melemparkan sesuatu ke lantai, dekat kaki Julian. Spontan Julian menunduk dan menatap apa yang dilempar kepadanya tadi.Netra Julian langsung membelalak melihat foto-foto yang memuat dirinya di dalam sana. Bukan sekedar foto biasa, ia bahkan bisa menyadari kalau ia sedang memaksakan dirinya, menyetubuhi seorang wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Shanon. Ia mengenali dari bentuk rambutnya yang
“Lantas, apa yang Anda mau dari saya sekarang, Nona Shanon? Saya tidak memiliki apa-apa lagi jika saya lepas dari keluarga istri saya.”Netra Shanon menyipit mendengar omong kosong Julian. Ia bertanya dengan santai walau sebenarnya ia tidak mengerti kalimat Julian, “Apa maksudnya dengan lepas dari keluarga istri?”Dengan percaya dirinya Julian menjelaskan, “Jika Anda bermaksud untuk meminta pertanggungjawaban saya setelah apa yang saya perbu—”“Cukup!” sentak Shanon memotong ucapan Julian. Lagi ia mengeluhkan kedangkalan pikiran pria itu, “Itu pemikiran yang sangat menjijikkan, Tuan Julian. Saya tidak percaya Anda bisa berpikir ke arah sana.”Baru saja Julian membelah mulutnya, Shanon buru-buru menyelak, “Kalau Anda tanya apa yang saya mau, itu adalah kehancuran hidup Anda.”Shanon mengambil sebuah benda yang biasa dipakai oleh para pencukur rambut pria dan menunjukkannya pada Julian.“Mata ganti mata. Gigi ganti gigi.” Seringai kebencian di wajah Shanon semakin terlihat. Sementara i
“Saya menolak!” raung Pamella yang tidak mungkin membiarkan kondisi suaminya terpampang di media.Tidak mungkin ia membiarkan teman-teman sosialitanya mengetahui kondisi mengerikan seperti ini.Spontan Shanon tergelak mendengar penolakan Pamella. “Anda sadar siapa saya, tapi tidak satupun saya dengar permintaan maaf dari Anda. Begitu angkuhnya?” tegur Shanon. Pamella tertegun. Ia tidak tahu bagaimana membalas ucapan Shanon itu.Dan karena Pamella belum berkomentar atau menunjukkan tanda kalau ia menyerah dan meminta maaf pada Shanon, owner dari Steenkool itu menambahkan, “Saya hanya butuh waktu sebentar untuk menghancurkan kalian berdua. Kalau semua tahu Anda yang mandul, apakah ada lagi gunanya Anda untuk keluarga Simons?” Seperti ada yang menumpahkan es di atas tengkuk dan punggungnya, Pamella merasakan sekujur tubuhnya mulai mendingin. Panik. Pura-pura tenang, Pamella menghardik Shanon, “Apa maksud Anda?!”“Kalau Anda menundukkan kepala sampai ke lantai, saya berpikir untuk men
50“Me—menagih hutang?!” tanya Shanon dengan wajah panik. Terperangah dengan ucapan Damian.Ia memang harus mengembalikan uang yang dipinjamkan Damian saat membangun Steenkool. Hanya saja selama ini Damian tidak pernah menagih, karena setiap bulan Shanon pasti menyicilnya. “Apa Kakak butuh uangnya segera? Aku tahu aku harus mengembalikan uang modal pertama Steenkool—”Damian menggelengkan kepala, membuat Shanon berhenti bicara. Dengan wajah serius ia menjelaskan, “No. Aku menagih hutang rumah sakitmu.”Rahang Shanon seolah jatuh mendengar ucapan Damian. Satu-satunya kejadian ia harus di rawat di rumah sakit dan menggunakan uang Damian adalah saat pertama kali mereka bertemu. “Apa itu hutang, Mama?” tanya Alden yang berada di pangkuan Shanon. “Uhm … Mama pernah pakai uang Uncle Damian untuk berobat dan harus dikembalikan.” Shanon mencoba menjelaskan pada putranya sesederhana mungkin. Dalam hati, Shanon menganalisa permintaan Damian itu. ‘Tapi apa dia bakal nagih hutang 10 tahun la