Beranda / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Bab 61- Amarah di Balik Kenangan

Share

Bab 61- Amarah di Balik Kenangan

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 21:00:39

Lean memutar kepalanya, mencoba mengingat sesuatu. Nama Redwolf terasa asing, namun ada sesuatu yang mengusik ingatannya.

Beberapa saat kemudian, matanya melebar, wajahnya berubah suram, dan kedua tangannya mengepal erat.

“Serikat Redwolf…” gumamnya, nadanya berubah penuh kebencian.

Darrel menoleh, merasa ada sesuatu yang serius. "Kau tahu mereka, Lean? Kenapa reaksimu seperti itu?"

Lean mengangguk perlahan, rahangnya mengeras. "Aku pernah mendengar cerita tentang mereka... sebuah cerita yang tak pernah bisa kulupakan."

Darrel tidak menyela, membiarkan Lean melanjutkan.

“Di desaku dulu, beberapa tahun lalu saat aku masih kecil,” Lean memulai dengan suara rendah, penuh tekanan emosi. "Seekor Dark Bear—monster sihir—mengamuk dan menghancurkan desa kami. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Setengah dari desa, termasuk ternak kami, musnah dalam hitungan detik."

Darrel tetap diam, matanya terfokus pada temannya yang tampak bergelut dengan emosi.

“Lalu, sekelompok pemburu datang. Mereka m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 62- Bengkel Tua Olmund

    Setelah menghabiskan teh mereka, Cilera berdiri dan menuju ke pemilik kedai untuk membayar tagihan mereka. Kemudian, ia mengajak Darrel dan Lean keluar dari kedai, memimpin jalan ke sudut kota yang lebih sepi.Mereka berjalan melewati gang-gang sempit yang berbau lembab, udara malam di ibu kota terasa dingin. Lingkungan di sekitar mereka mulai berubah. Bangunan-bangunan megah yang biasa ditemukan di pusat kota berganti menjadi rumah-rumah tua yang terlihat kusam dan rusak."Jadi," Lean membuka percakapan, "bagaimana kau bisa tahu tentang tempat ini? Rasanya aneh seorang Elf seperti kau tahu detail kota manusia seperti ini."Cilera menoleh sekilas, senyum tipis terlukis di wajahnya. "Aku pernah tinggal di sini untuk sementara waktu. Kau akan terkejut betapa banyak hal yang bisa kau pelajari ketika kau harus bertahan hidup."Darrel, yang berjalan di belakang mereka, memperhatikan dengan seksama. "Tinggal di sini? Itu cukup menarik. Apa ini ada hubungannya dengan temanmu yang kau cari?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 63- Abyssal Zephyrion

    Darrel berjalan perlahan ke sudut ruangan. Kotak kayu panjang yang tampak lusuh itu memancarkan aura misterius, seolah memanggilnya untuk mendekat. Ukiran-ukiran aneh di permukaannya menarik perhatian, simbol-simbol itu terasa asing namun menggugah rasa ingin tahunya. Ia menoleh ke arah Olmund, yang sedang sibuk memanaskan besi di tungku."Tuan Olmund," panggil Darrel sambil menunjuk kotak itu. "Apa ini?"Olmund menghentikan pekerjaannya, menoleh dengan cepat. Tatapan matanya berubah tajam, penuh kewaspadaan. Dengan langkah tergesa-gesa, ia mendekati Darrel."Jangan sentuh itu!" serunya tajam.Namun terlambat. Darrel sudah meletakkan tangannya di atas kotak itu. Seketika, sensasi aneh menyelimuti dirinya. Tekstur kayu kasar itu terasa hangat, mengalirkan energi yang tidak kasat mata ke tubuhnya.Suara Drakonis bergema di dalam benaknya. “Darrel. Kotak itu menyimpan sesuatu yang mengandung kekuatan iblis. Artefak ini sepertinya terbuat dari roh monster dan material langka dari luar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 64- Kedatangan Tukang Rusuh

    Tiba-tiba pintu bengkel tua itu berderit sekali lagi, namun jauh lebih kasar. Kali ini suaranya memekakkan telinga hingga membuat Darrel dan Lean reflek menoleh. Sekelompok pria bertubuh kekar dan berwajah kasar masuk ke dalam ruangan. Aura mereka penuh ancaman, serasi dengan bekas luka dan tato yang menghiasi tubuh mereka. Sekelompok orang yang tak asing di sekitaran pinggiran kota ini, sangat di kenali oleh Olmund, bahkan oleh Cilera, Darrel dan Lean sekalipun mengenali beberapa di antara mereka. Cilera segera menarik tudungnya, menyembunyikan wajahnya di balik jubah hitamnya, sementara Darrel tetap berdiri diam, matanya memandang dingin ke arah kelompok itu. Lean, di sisi lain, mengepalkan tinjunya erat, tatapannya dipenuhi kemarahan yang sulit disembunyikan.Pemimpin mereka, seorang pria tinggi dengan tubuh berotot penuh tato dan bekas luka di pipi kanan, ia melangkah ke depan. Matanya menyapu seluruh ruangan hingga akhirnya berhenti pada Olmund yang berdiri tegak di dekat mej

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 65- Janji Membantu?

    Cilera, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Kau sungguh berani menantang mereka,” ucapnya dengan nada rendah. “Tapi kau tahu, Redwolf tidak akan tinggal diam. Mereka pasti akan kembali dengan lebih banyak orang.”Olmund menghela napas panjang, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. Ia berjalan ke meja kerjanya, mengambil kain lap untuk membersihkan darah yang tercecer di lantai. “Seharusnya kalian tidak ikut campur,” katanya pelan, namun suaranya terdengar tegas. “Ini adalah masalahku, bukan urusan kalian.”Darrel menoleh ke arah Olmund, matanya penuh ketegasan. “Tapi mereka mengancam Anda dan cucu Anda, Pak Tua. Tidak ada seorang pun yang pantas diperlakukan seperti itu.”Lean menambahkan, “Dan mereka juga membantai desaku. Aku tidak akan membiarkan mereka terus melakukan kejahatan mereka!”Olmund terdiam, menatap mereka satu per satu. Dalam hatinya, ia merasa bersyukur atas keberanian mereka, namun rasa khawatir tetap menghantui. “Kalian tidak mengerti. Redwolf adalah organisas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 66- Penyergapan

    Di bawah sinar bulan yang redup, langkah kaki mereka perlahan meninggalkan jejak di atas tanah lembap. Darrel, Lean, dan Cilera berjalan menuju desa kecil yang terletak di seberang sungai, tepat di pinggiran hutan. Meski kelelahan sudah mulai terasa, tidak ada yang berani mengeluh, terutama karena tekad Cilera yang begitu kuat untuk menemukan temannya.“Aku masih tidak percaya kita harus keluar dari kota,” gumam Lean sambil menggosok tengkuknya. “Kita sudah mengitari kota selama berjam-jam. Bagaimana kalau temannya itu sebenarnya tidak di sini?”Darrel menepuk pundaknya. “Kalau kau ingin menyerah, kembali saja ke penginapan, tunggu aku di sana... Aku sudah berjanji untuk membantu Cilera, dan tidak akan mengingkarinya.”Lean mendesah panjang, namun akhirnya mengangguk. “Baiklah, aku akan tetap ikut. Kalau aku membiarkanmu pergi sendirian, aku takut kau mengalami kecelakaan atau semacamnya.”Cilera hanya menatap mereka tanpa ekspresi, namun di balik wajah dinginnya, ada sedikit rasa le

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 67- Kemunculan Tak Terduga

    Darrel berdiri tegak, mencengkeram gagang pedangnya lebih erat saat aura gelap di sekitar mereka kian pekat. Energi sihir hitam yang menyelimuti tempat itu membawa kenangan suram yang selama ini menjadi bayang-bayang dalam mimpi. Sebuah firasat buruk mulai menekan dadanya.Sementara itu, lusinan sosok bertudung hitam tetap mengepung mereka tanpa sepatah kata, hanya berdiri diam seperti boneka tanpa jiwa. Namun, satu langkah kaki bergema dari balik barisan mereka, diiringi suara tawa rendah yang membuat bulu kuduk Lean meremang.Dari balik kegelapan, muncul seorang pria tinggi dengan langkah mantap, mengenakan jubah hitam yang tak kalah pekat. Saat ia berhenti beberapa meter di hadapan Darrel, ia menyingkap tudungnya, memperlihatkan wajah yang tak asing.Sosok yang mereka kenali dan tak mereka lihat dalam waktu yang cukup lama.“Sebastian Vandirc?” seru Lean, suaranya bergetar antara kaget dan marah. “Apa yang kau lakukan di sini?!”Darrel mempersempit matanya, menatap sosok yang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 68- Takdir Sang Pewaris

    Darrel melompat mundur untuk menghindar, tapi ia tidak cukup cepat untuk mengelak dari semua serangan. Energi itu menghantam tubuhnya, membuatnya terlempar ke belakang.“Darrel!” teriak Lean, berusaha berlari ke arahnya, tetapi dikepung oleh dua sosok hitam.Sementara itu, komplotan Redwolf yang sebelumnya menjadi ancaman kini hanya bisa menyaksikan dalam diam. Beberapa dari mereka masih tergeletak di tanah, tak berani bergerak. Beast Master, yang masih setengah sadar, hanya melirik situasi itu dengan ekspresi ketakutan.“Tidak... ini bukan urusanku,” gumamnya sambil kembali berpura-pura tak sadarkan diri. Energi gelap Sebastian membuat seluruh tubuhnya bergetar.Di tengah kekacauan itu, Darrel terpaksa harus menggunakan semua kekuatan yang dia miliki. Ketika Sebastian melancarkan serangan lain, tubuhnya merespons dengan cara yang tidak biasa. Energi merah yang familiar mulai muncul, mengalir dari dalam dirinya.“Apa boleh buat…” bisik Darrel, mengendalikan kekuatan dalam dirinya. En

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 69- Keputusan Darrel

    Mata Darrel menatap permata di kalung itu dengan tatapan tajam, seolah mencoba memahami makna tersembunyi yang diungkapkan oleh Drakonis. Cahaya yang memancar darinya terasa hidup, seolah berbisik langsung ke dalam jiwanya. Suara Drakonis terdengar menggema, memberikan arahan yang jelas:"Seiring berjalannya waktu, kau akan mengetahui bahwa dunia membutuhkanmu lebih dari apa yang kau pikirkan, nak. Ambil lah setiap langkah dalam hidupmu, dan ukirlah jalan takdirmu sendiri sebagai pewaris Drakonis."Darrel menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya, ia tidak pernah membayangkan akan melangkah sejauh ini. Namun, takdir sebagai pewaris Raja Naga sudah lama ia terima, meski sering kali terasa seperti beban. Jika Drakonis telah berbicara, maka ia tahu dirinya tidak memiliki pilihan lain.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Darrel menggenggam kalung itu dan menyerahkannya kembali pada Cilera. Mata wanita itu berkilau, mengharapkan jawaban yang akan mengubah segalanya. Setelah beberapa saat he

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 117- Konspirasi Pangeran Kedua

    Di dalam ruangan yang sunyi di Istana Kekaisaran, Pangeran Ignor duduk termenung. Di atas meja di depannya, gelas anggur yang hampir kosong itu menciptakan kilauan samar di bawah cahaya bulan yang terpantul dari jendela kecil. Suasana tegang dan penuh kekesalan memenuhi ruangan."Sial! Bisa-bisanya anak itu datang dan mengacaukan segalanya!" gumam Ignor, dengan ekspresi wajah yang penuh kebencian. Tangannya yang gemetar menggenggam gelas itu hingga jari-jarinya memutih, namun ia menahan diri untuk tidak membantingnya lagi.Di depannya, sosok berjubah hitam berdiri tegak. Tudung jubahnya menutupi sebagian besar wajahnya, tetapi dari suaranya yang rendah, terdengar jelas rasa kebencian yang mendarah daging. “Sepertinya kita terlalu meremehkan dia, Pangeran. Pembunuh yang kami kirim tidak hanya gagal, tapi juga dikalahkan dengan mudah olehnya.”Pangeran Ignor mendecak kesal, gelas anggur di tangannya bergetar. “Itu karena kau mengirimkan cecunguk kelas teri!” bentaknya, suaranya penuh am

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 116- Racun Kutukuan

    Pangeran Ignor menatap Pangeran Lucas dengan ekspresi penuh kebencian dan kekesalan. Tangannya terkepal erat, dan bibirnya bergetar seolah ingin melontarkan kata-kata yang lebih tajam. Namun akhirnya, ia berkata dengan nada dingin, “Tidak, kau salah, Lucas. Ramuan penawar itu memang ada. Tapi, ia tersimpan di ruang rahasia bawah tanah Kekaisaran. Jika kau benar-benar ingin aku menyembuhkan ayah kita, kau harus memberiku kunci itu untuk masuk ke sana.”Ucapan Ignor menggantung di udara seperti awan gelap. Pangeran Lucas menatap adik tirinya dengan tatapan terkejut bercampur tidak percaya. “Sejak kapan? Sejak kapan ramuan seperti itu disimpan di ruang bawah tanah Kekaisaran? Kau tidak mungkin berkata jujur, Ignor. Jangan coba menipuku!”Namun sebelum Ignor menjawab, Marquis Gareth melangkah maju, mendukung pangeran kedua. “Pangeran Lucas, Pangeran Ignor tidak berbohong. Ramuan penawar itu memang ada di ruang rahasia bawah tanah. Jika Anda tidak percaya, mengapa tidak memeriksanya sendi

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 115- Konflik Internal Kekaisaran

    Di istana kekaisaran yang megah, suasana tegang memenuhi ruang tempat tidur Kaisar Fredrik Ravendel. Di. mana ketegangan menggantung di udara. Kedua pangeran, Lucas Ravendel dan Ignor Ravendel, saling berhadapan, aura permusuhan terlihat jelas di antara mereka.Ignor memecah kesunyian dengan suara dingin, “Lucas, kau tahu apa yang harus kau lakukan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini juga menyangkut keselamatan ayah.”Lucas menatap adiknya dengan tajam, kemarahan terlihat di matanya. “Menggunakan ayah sebagai alat tawar-menawar? Kau tak tahu malu, Ignor.”“Aku memberikan pilihan yang masuk akal,” jawab Ignor dengan nada penuh percaya diri. “Kaisar membutuhkan penawar, dan kekaisaran membutuhkan pemimpin yang kuat. Kau tak punya pendukung, Lucas. Hanya aku yang bisa menyelamatkan semuanya.”Marquis Gareth, yang berdiri di sisi Ignor, menambahkan, “Tuan Lucas, pikirkan dengan bijak. Menyerah bukan berarti lemah. Itu adalah tanda penghormatanmu kepada Kaisar. Lagipula, apa gunanya tetap

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 114- Pembunuh Bayaran

    Di dalam kamar penginapan yang remang, Darrel berbaring di atas kasur. Wajahnya tampak tenang, tetapi batinnya tidak sepenuhnya beristirahat. Setiap napasnya mengikuti ritme yang lembut, namun indra kewaspadaannya terus berjaga. Cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui celah jendela menambah kesan damai, tapi ia tahu malam ini tidak akan berlalu dengan mudah.Di luar, bayang-bayang hitam melompat-lompat di atas atap bangunan seperti kucing liar. Mata tajam mereka mengintai, penuh fokus, menyisir setiap jengkal ruangan tempat Darrel berada. Pemimpin mereka, sosok berjubah hitam dengan mata menyala merah redup, memberikan isyarat tangan. Seketika, mereka menyebar. Salah satu di antaranya menyusup masuk melalui celah jendela yang terbuka sedikit. Langkahnya begitu ringan, hampir tidak terdengar di lantai kayu. Sosok itu mendekati tempat tidur Darrel dengan hati-hati. Dari balik jubahnya, ia mengeluarkan belati tipis. Kilauan tajam senjata itu tampak mengintimidasi memantulkan cahay

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 113- Bertemu Vindel dan Cilera

    Di kedalaman istana kekaisaran, dalam sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkedip-kedip, suasana penuh ketegangan terasa menyesakkan. Beberapa sosok berdiri di dalam bayang-bayang, sementara satu sosok berlutut di lantai marmer yang dingin.Smith tampak gemetar. Peluh deras mengalir di pelipisnya, perlahan menetes ke lantai. "B-benar, Tuan Pangeran. Pemuda bernama Darrel Van Bertrand itulah yang menghentikan kekacauan yang diciptakan oleh para undead itu," ucapnya dengan nada penuh ketakutan.Pangeran Kedua Kekaisaran Ravencroft, Ignor Ravendel, memukul meja di depannya dengan kemarahan membara. Suara dentuman kayu memenuhi ruangan, membuat semua orang yang ada di sana tersentak."Sialan! Sudah kuduga bocah itu akan menjadi duri dalam rencanaku! Padahal kekacauan itu seharusnya memastikan kematian si anak haram itu!" seru Ignor penuh amarah. Matanya memancarkan kebencian mendalam, seolah membara seperti api neraka.Sosok berjubah hitam yang berdiri di sa

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 112- Salah Target

    Lanjutkan cerita di atas dengan alur bab 112 berikut ini, panjang cerita minimal hingga 1100 kata:Pria itu tampak terkejut, namun ia segera menyembunyikannya di balik wajah datarnya yang berpura-pura tampak tegas.Pria yang memimpin para kesatria itu, Smith, tampak terkejut melihat situasi penuh kerusakan di dalam aula istana. Namun, ia segera menyembunyikan keterkejutannya di balik ekspresi wajah datar yang berusaha terlihat tegas.“Tampaknya semua sudah ber—” ucap Smith terputus ketika seorang pemuda melangkah keluar dari aula, melewati para kesatria tanpa sedikit pun rasa gentar.Smith, yang merasa tugasnya dipertanyakan, segera berbalik dan berteriak, “Berhenti di sana, anak muda!”Langkah Darrel terhenti. Ia menoleh perlahan, menatap Smith dengan ekspresi santai namun dingin. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang tampak lebih seperti peringatan. “Ada apa, Tuan Kesatria?” tanyanya dingin, nada suaranya datar namun penuh tekanan.Smith melangkah maju dengan dagu terangkat. “Ti

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 111- Menghentikan Kekacauan

    Aula pesta yang megah kini telah menjadi arena pertarungan penuh darah dan kehancuran. Undead dengan rupa mengerikan terus bermunculan, menyeret tubuh mereka yang busuk dan menyerang tanpa henti.Suara jeritan manusia bersahut-sahutan dengan raungan monster, menciptakan harmoni kegelapan yang menggetarkan.Namun, di tengah badai kekacauan, Darrel berdiri tenang. Pancaran aura keemasan menyelubungi tubuhnya, membuat undead yang mendekat langsung meleleh menjadi debu.Pandangannya menyapu seluruh ruangan, berusaha menemukan sumber energi gelap yang menjadi dalang dari kekacauan ini.Sudut matanya menangkap gerakan mencurigakan di balik salah satu tiang besar. Darrel memperhatikan dengan seksama, memastikan gerak-gerik sosok bertudung hitam yang terlihat menyembunyikan dirinya di sana. Meskipun wajah sosok itu sebagian besar tertutup, senyum dingin yang melengkung di bibirnya menunjukkan kebencian dan niat jahat."Jadi kaukah dalang di balik semua ini," gumam Darrel, suaranya rendah nam

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 110- Kekacauan

    "Apakah Duke Van Bertrand tak pernah mengajarimu sopan santun, nak?" Sebuah suara lantang penuh arogansi memecah keheningan. Marquis Gareth Bicris, seorang bangsawan paruh baya dengan tubuh tinggi besar dan wajah penuh keangkuhan, melangkah maju. Ia berdiri di sisi Pangeran Ignor, matanya menatap Darrel seolah memandang seorang budak rendah.Darrel tetap tenang, tatapannya tidak bergeming. Namun, di balik ketenangannya, api kecil berkobar dalam dirinya. Ia tahu Marquis Gareth tipe orang yang hanya mengandalkan status dan jabatan untuk menghina orang lain.“Benar!” sahut Armand dengan nada keras, seolah mendapatkan dukungan. Ia melangkah maju, menunjuk Darrel dengan jari gemetar. “Anak muda ini tidak tahu tempatnya. Berlagak sok hebat, tapi hanya memalukan dirinya sendiri!”Beberapa bangsawan tertawa kecil, suara mereka bercampur antara rasa takut dan kepuasan melihat seorang pemuda "rendahan" seperti Darrel dipojokkan.Namun, Darrel hanya tersenyum tipis. Senyumnya bukan karena kesen

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 109- Perseteruan Pangeran

    Setelah Pangeran Ignor menyelesaikan pidatonya dan mendapat tepuk tangan penuh penghormatan, suasana aula kembali menjadi riuh. Namun, ketegangan merayap saat pintu utama aula terbuka sekali lagi.Seorang pemuda berambut cokelat tua memasuki ruangan, mengenakan jubah sederhana berwarna hitam dengan lambang keluarga kekaisaran Ravendel di dadanya. Langkahnya tegap, namun aura yang ia bawa tampak sunyi.Pangeran Lucas Ravendel, putra pertama Kaisar Ravendel, telah tiba.Namun, berbeda dengan sambutan hangat yang diterima Pangeran Ignor, kehadiran Lucas disambut dengan tatapan dingin, senyuman palsu, dan bisikan sinis.“Beraninya anak haram ini muncul di acara sebesar ini?” bisik seorang bangsawan perempuan sambil menutup mulutnya dengan kipas. “Dia tak tahu malu. Pangeran Ignor jelas lebih pantas menjadi putra mahkota.”“Aku heran mengapa Kaisar masih membiarkan dia memakai lambang Ravendel,” sahut seorang pria tua dengan nada menghina.Namun, Lucas berjalan dengan kepala tegak. Tatapan

DMCA.com Protection Status