Beranda / Fantasi / Kembalinya Sang Raja Naga / Bab 68- Takdir Sang Pewaris

Share

Bab 68- Takdir Sang Pewaris

Penulis: Murlox
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-07 17:12:05

Darrel melompat mundur untuk menghindar, tapi ia tidak cukup cepat untuk mengelak dari semua serangan. Energi itu menghantam tubuhnya, membuatnya terlempar ke belakang.

“Darrel!” teriak Lean, berusaha berlari ke arahnya, tetapi dikepung oleh dua sosok hitam.

Sementara itu, komplotan Redwolf yang sebelumnya menjadi ancaman kini hanya bisa menyaksikan dalam diam.

Beberapa dari mereka masih tergeletak di tanah, tak berani bergerak. Beast Master, yang masih setengah sadar, hanya melirik situasi itu dengan ekspresi ketakutan.

“Tidak... ini bukan urusanku,” gumamnya sambil kembali berpura-pura tak sadarkan diri. Energi gelap Sebastian membuat seluruh tubuhnya bergetar.

Di tengah kekacauan itu, Darrel terpaksa harus menggunakan semua kekuatan yang dia miliki. Ketika Sebastian melancarkan serangan lain, tubuhnya merespons dengan cara yang tidak biasa. Energi merah yang familiar mulai muncul, mengalir dari dalam dirinya.

“Apa boleh buat…” bisik Darrel, mengendalikan kekuatan dalam dirinya. En
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 69- Keputusan Darrel

    Mata Darrel menatap permata di kalung itu dengan tatapan tajam, seolah mencoba memahami makna tersembunyi yang diungkapkan oleh Drakonis. Cahaya yang memancar darinya terasa hidup, seolah berbisik langsung ke dalam jiwanya. Suara Drakonis terdengar menggema, memberikan arahan yang jelas:"Seiring berjalannya waktu, kau akan mengetahui bahwa dunia membutuhkanmu lebih dari apa yang kau pikirkan, nak. Ambil lah setiap langkah dalam hidupmu, dan ukirlah jalan takdirmu sendiri sebagai pewaris Drakonis."Darrel menarik napas dalam-dalam. Sebenarnya, ia tidak pernah membayangkan akan melangkah sejauh ini. Namun, takdir sebagai pewaris Raja Naga sudah lama ia terima, meski sering kali terasa seperti beban. Jika Drakonis telah berbicara, maka ia tahu dirinya tidak memiliki pilihan lain.Dengan tangan yang sedikit gemetar, Darrel menggenggam kalung itu dan menyerahkannya kembali pada Cilera. Mata wanita itu berkilau, mengharapkan jawaban yang akan mengubah segalanya. Setelah beberapa saat he

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 70- Di Tengah Perjalanan

    Perjalanan semakin jauh menuntun mereka ke dalam hutan yang semakin lebat dan gelap.Pohon-pohon raksasa dengan akar menjalar menciptakan jalur-jalur sulit yang memaksa mereka memanjat atau merunduk. Hawa dingin mulai menusuk tulang, dan kabut tebal perlahan menyelimuti jalur.Darrel, Cilera, dan Vindel bergerak lebih hati-hati. Suara ranting yang patah atau angin yang mendesir membuat mereka semua siaga. Meskipun pertarungan melawan Shadowfang telah selesai, rasa lega tidak bertahan lama."Jadi ini hanya awal," gumam Darrel, menatap hutan yang seperti hidup di sekeliling mereka.Cilera mengangguk, wajahnya tampak serius. "Hutan ini bukan sekadar hutan biasa. Semakin dalam kita pergi, semakin banyak makhluk sihir yang berbahaya.""Dan bukan hanya makhluk sihir," tambah Vindel, suaranya rendah. "Ada juga jebakan alam dan—"Suara raungan tiba-tiba memotong kalimat Vindel. Tanah di bawah mereka mulai bergetar. Darrel segera mengangkat kepalanya, menatap ke arah depan. Dari balik kabut,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 71- Lembah Bayangan

    Setelah semalam beristirahat di gua kecil, Darrel, Cilera, dan Vindel melanjutkan perjalanan. Matahari baru saja terbit, menyinari jalan berbatu yang semakin menantang. Hutan lebat kini berganti dengan dataran berbatu yang dingin dan terjal. Angin menusuk tulang, membawa bisikan-bisikan aneh yang membuat Darrel menggigil, bukan karena hawa dingin, tetapi firasat buruk.“Sudah sejauh mana kita, Cilera?” tanya Darrel sambil terus berjalan di belakang Cilera.Cilera menoleh ke arahnya, wajahnya terlihat tegas. “Tidak jauh lagi. Lembah Bayangan ada di balik tebing batu itu.” Ia menunjuk ke depan, ke arah tebing yang menjulang dengan celah sempit. “Tapi Darrel, kau harus bersiap. Setelah ini, perjalanan akan lebih sulit.”Darrel mengangguk. Ia mengatur napas, mencoba menenangkan diri.Mereka mendaki tebing dengan hati-hati, melalui celah-celah batu sempit yang hanya cukup untuk satu orang. Saat akhirnya mencapai puncak, pemandangan di depan mereka membuat Darrel terpana.Lembah Bayangan t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 72- Kemunculan Iblis

    Vindel mengepalkan genggaman pada pedangnya. “Hmpp, tidak ada tempat di dunia ini untuk kalian, iblis!”“Keke, justru sebaliknya. Dunia ini diciptakan untuk memuaskan ras kami,” balas makhluk itu, menyemburkan napas berat yang berbau busuk.Cilera melangkah ke samping, menembakkan anak panah sihir, “Tutup mulutmu, iblis!”“...” Vindel mengangkat pedangnya dan bergerak maju mengikuti serangan Cilera.Makhluk itu menatap mereka dengan tatapan tajam, tanpa banyak gerak. “Rupanya hidangan kali ini tak ingin menyerah.”Darrel merasa jantungnya berdegup ragu. Ia ingin berbicara, tetapi terlalu bingung ingin mengatakan apa.“…” Darrel menatap makhluk itu dengan tajam. “Iblis ini tampak mencurigakan.” gumamnya.Makhluk itu tertawa, suara tawanya menggetarkan dinding gua. Ia dengan mudahnya menepis panah sihir Cilera dan mengguncang udara dengan gelombang suara dari teriakannnya.“Sial! Apa-apan iblis ini!?” kejut Vindel, nadanya waspada.Makhluk itu lagi-lagi menggeram pelan. “Kalian pikir ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 73- Salah Paham

    “Kau tidak akan menang hanya dengan kekuatan manusia biasa. Walau iblis adalah ras yang kuat, namun mereka masih jauh di bawah ras Drakonik,” gema suara Drakonis kembali terngiang di pikirannya.Darrel mengambil napas dalam, mencoba tetap tenang. Ia mulai memperhatikan pola gerakan iblis buaya itu. Setiap serangan sabitnya selalu diikuti oleh serangan ekor, menciptakan celah kecil di bagian bawah tubuhnya yang tidak tertutup sisik.Ketika makhluk itu melancarkan serangan berikutnya, Darrel melompat ke samping dengan cekatan. Kali ini ia tidak hanya menghindar, tetapi juga memutar tubuhnya dan menusukkan pedangnya ke arah perut sang iblis.Namun, iblis itu tampaknya menyadari niat Darrel dan melangkah mundur dengan cepat, menghindari serangan mematikan itu. Ia menyeringai licik, matanya bersinar dengan kebencian yang semakin dalam.“Kau cukup pintar, manusia. Tapi itu tidak akan cukup untuk mengalahkanku,” katanya dengan nada mengejek.Darrel berdiri tegak, napasnya berat dan terengah-

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 74- Keluar dari Gua

    Waktu berlalu cepat, Darrel perlahan membuka matanya. Pandangannya kabur untuk sesaat, tetapi ia bisa merasakan tubuhnya masih berat. Gua itu tetap gelap, suram, tanpa setitik pun cahaya matahari yang masuk. Hanya nyala api unggun di sampingnya yang memberikan penerangan remang-remang.Darrel memegang dahinya, mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Sosok iblis buaya itu muncul di benaknya—makhluk yang sangat buas dan penuh kebencian. Ia telah mengalahkannya, tetapi bukan tanpa harga. Dadanya masih terasa nyeri, dan ingatan tentang artefak Abyssal Zephyrion yang mencoba menelan kesadarannya membuat Darrel mendecakkan lidah.“Kesadaran iblis itu... mencoba mengendalikanku,” gumamnya pelan.Namun, suara besar nan tegas kembali menggaung dalam pikirannya.“Tenanglah, nak. Selama aku ada di sini, iblis itu tak akan berani mencelakaimu,” suara Drakonis terdengar seperti sang pelindung, membuat Darrel menghela napas lega.Ia menoleh ke arah api unggun, melihat Cilera dan Vindel yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 75- Kota Kerajaan Moondale

    Langit mulai meredup ketika Darrel, Cilera, dan Vindel meninggalkan desa yang kini tak lebih dari tumpukan abu. Darrel berjalan di tengah, menggendong anak Elf yang ditemukan di antara puing-puing. Anak laki-laki itu, masih memeluk punggung Darrel erat-erat, matanya kosong seolah-olah jiwanya telah tertinggal di tempat yang hancur itu.Cilera melirik anak itu dengan senyuman yang berusaha menenangkan. “Hei, nak,” panggilnya lembut, mencoba memecahkan keheningan. “Siapa namamu?”Anak itu hanya diam. Matanya memandang ke arah tanah tanpa sedikit pun perubahan ekspresi. Cilera menghela napas, tetapi ia tetap mempertahankan nada suaranya yang ramah.“Kami di sini untuk membantu,” tambahnya. “Kami ingin tahu apa yang terjadi di desamu.”Reibel akhirnya mengangkat wajahnya, suaranya gemetar ketika ia menjawab, “Re-Reibel...”Cilera tersenyum kecil. “Reibel?... Nama yang bagus. Jangan khawatir, Reibel. Kami akan memastikan kau aman sekarang.”Darrel hanya menoleh sekilas. “Kau tahu apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 76- Suku Windmare

    Langit malam mulai menggantung, dihiasi bintang-bintang yang berkilauan di atas kota Moondale. Suara langkah kaki Darrel, Vindel, dan Cilera terdengar berirama ketika mereka menuju ke arah tempat tinggal mereka, suku Windmare. Angin malam menyusup lembut di antara pepohonan besar yang membentuk rumah-rumah para Elf.“Darrel, untuk sementara waktu kau akan tinggal di tempat kami,” ujar Vindel sambil tersenyum. “Lagipula, di sini kau butuh tempat yang aman.”Darrel mengangguk. “Aku tak akan menolak tawaran itu. Jujur saja, tempat ini... sangat indah, tapi juga terasa asing bagiku.”Cilera tersenyum kecil. “Jangan khawatir. Suku kami akan menyambutmu.”Mereka berjalan melewati jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon bercahaya samar. Akhirnya, mereka tiba di pemukiman suku Windmare. Rumah-rumah di sana tampak menyatu dengan pepohonan, dibangun dengan gaya yang elegan namun sederhana, menunjukkan harmoni antara para Elf dan alam sekitarnya.Begitu mereka memasuki area itu, suara langka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 78- Lord Aron Liandorf

    Darrel menatap Vindel dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka cerita itu akan sekelam ini. “Vindel… aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Kau kehilangan saudaramu… karena iblis itu.”Vindel mengangguk perlahan, menatap tanah di depannya. “Sejak hari itu, aku bersumpah untuk tak membiarkan hal yang sama terulangi kembali, bahwa aku harus melindungi mereka yang kusayangi.”Darrel mengepalkan tangannya. “Aku tak tahu seberapa parah gerbang itu telah melemah, sepertinya tak lama lagi, iblis-iblis itu akan keluar lebih banyak dan menginfasi daratan.”Vindel menatap tajam, matanya penuh dengan ketakutan dan tekad. “Benar. Jika gerbang itu terbuka sepenuhnya, makhluk-makhluk itu tidak hanya akan menyerang kita saja. Mereka akan menghancurkan dunia ini. Tidak akan ada yang tersisa.”“Dan sekarang segelnya hampir hancur,” lanjut Vindel. “Makhluk-makhluk itu akan keluar, satu per satu, hingga akhirnya pemimpin mereka muncul.”Darrel memandang ke depan dengan serius. “Kalau begitu, kita t

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 77- Masa Lalu Vindel

    Malam itu, di bawah sinar bulan yang temaram, Vindel duduk bersandar pada batang pohon tua di halaman rumahnya. Darrel duduk tak jauh darinya, mencoba menyimak kisah yang keluar dari bibir Elf muda itu. Suasana tenang, hanya suara daun-daun bergesekan dihembus angin yang terdengar.“Darrel,” Vindel memulai dengan suara pelan. “Kau tahu, suku kami hidup damai, tapi tak berarti kami tidak pernah dihantam oleh kegelapan. Masa laluku juga sama... mungkin tidak asing bagi mereka yang pernah kehilangan.”Darrel memiringkan kepala, menatap Vindel dengan rasa ingin tahu. “Apa yang terjadi, Vindel?”“Sepuluh tahun yang lalu,” Vindel menghela napas panjang, “aku punya seorang saudara kembar, Vinder. Dia... dia adalah adikku. Meski usianya hanya terpaut beberapa menit lebih muda dariku, dia selalu menjadi seseorang yang lebih berani, namun agak ceroboh. Aku sangat merindukannya.”Wajah Vindel tampak redup di bawah cahaya bulan. Ada luka yang jelas di matanya, luka yang belum sepenuhnya sembuh.

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 76- Suku Windmare

    Langit malam mulai menggantung, dihiasi bintang-bintang yang berkilauan di atas kota Moondale. Suara langkah kaki Darrel, Vindel, dan Cilera terdengar berirama ketika mereka menuju ke arah tempat tinggal mereka, suku Windmare. Angin malam menyusup lembut di antara pepohonan besar yang membentuk rumah-rumah para Elf.“Darrel, untuk sementara waktu kau akan tinggal di tempat kami,” ujar Vindel sambil tersenyum. “Lagipula, di sini kau butuh tempat yang aman.”Darrel mengangguk. “Aku tak akan menolak tawaran itu. Jujur saja, tempat ini... sangat indah, tapi juga terasa asing bagiku.”Cilera tersenyum kecil. “Jangan khawatir. Suku kami akan menyambutmu.”Mereka berjalan melewati jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon bercahaya samar. Akhirnya, mereka tiba di pemukiman suku Windmare. Rumah-rumah di sana tampak menyatu dengan pepohonan, dibangun dengan gaya yang elegan namun sederhana, menunjukkan harmoni antara para Elf dan alam sekitarnya.Begitu mereka memasuki area itu, suara langka

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 75- Kota Kerajaan Moondale

    Langit mulai meredup ketika Darrel, Cilera, dan Vindel meninggalkan desa yang kini tak lebih dari tumpukan abu. Darrel berjalan di tengah, menggendong anak Elf yang ditemukan di antara puing-puing. Anak laki-laki itu, masih memeluk punggung Darrel erat-erat, matanya kosong seolah-olah jiwanya telah tertinggal di tempat yang hancur itu.Cilera melirik anak itu dengan senyuman yang berusaha menenangkan. “Hei, nak,” panggilnya lembut, mencoba memecahkan keheningan. “Siapa namamu?”Anak itu hanya diam. Matanya memandang ke arah tanah tanpa sedikit pun perubahan ekspresi. Cilera menghela napas, tetapi ia tetap mempertahankan nada suaranya yang ramah.“Kami di sini untuk membantu,” tambahnya. “Kami ingin tahu apa yang terjadi di desamu.”Reibel akhirnya mengangkat wajahnya, suaranya gemetar ketika ia menjawab, “Re-Reibel...”Cilera tersenyum kecil. “Reibel?... Nama yang bagus. Jangan khawatir, Reibel. Kami akan memastikan kau aman sekarang.”Darrel hanya menoleh sekilas. “Kau tahu apa yang

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 74- Keluar dari Gua

    Waktu berlalu cepat, Darrel perlahan membuka matanya. Pandangannya kabur untuk sesaat, tetapi ia bisa merasakan tubuhnya masih berat. Gua itu tetap gelap, suram, tanpa setitik pun cahaya matahari yang masuk. Hanya nyala api unggun di sampingnya yang memberikan penerangan remang-remang.Darrel memegang dahinya, mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Sosok iblis buaya itu muncul di benaknya—makhluk yang sangat buas dan penuh kebencian. Ia telah mengalahkannya, tetapi bukan tanpa harga. Dadanya masih terasa nyeri, dan ingatan tentang artefak Abyssal Zephyrion yang mencoba menelan kesadarannya membuat Darrel mendecakkan lidah.“Kesadaran iblis itu... mencoba mengendalikanku,” gumamnya pelan.Namun, suara besar nan tegas kembali menggaung dalam pikirannya.“Tenanglah, nak. Selama aku ada di sini, iblis itu tak akan berani mencelakaimu,” suara Drakonis terdengar seperti sang pelindung, membuat Darrel menghela napas lega.Ia menoleh ke arah api unggun, melihat Cilera dan Vindel yang

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 73- Salah Paham

    “Kau tidak akan menang hanya dengan kekuatan manusia biasa. Walau iblis adalah ras yang kuat, namun mereka masih jauh di bawah ras Drakonik,” gema suara Drakonis kembali terngiang di pikirannya.Darrel mengambil napas dalam, mencoba tetap tenang. Ia mulai memperhatikan pola gerakan iblis buaya itu. Setiap serangan sabitnya selalu diikuti oleh serangan ekor, menciptakan celah kecil di bagian bawah tubuhnya yang tidak tertutup sisik.Ketika makhluk itu melancarkan serangan berikutnya, Darrel melompat ke samping dengan cekatan. Kali ini ia tidak hanya menghindar, tetapi juga memutar tubuhnya dan menusukkan pedangnya ke arah perut sang iblis.Namun, iblis itu tampaknya menyadari niat Darrel dan melangkah mundur dengan cepat, menghindari serangan mematikan itu. Ia menyeringai licik, matanya bersinar dengan kebencian yang semakin dalam.“Kau cukup pintar, manusia. Tapi itu tidak akan cukup untuk mengalahkanku,” katanya dengan nada mengejek.Darrel berdiri tegak, napasnya berat dan terengah-

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 72- Kemunculan Iblis

    Vindel mengepalkan genggaman pada pedangnya. “Hmpp, tidak ada tempat di dunia ini untuk kalian, iblis!”“Keke, justru sebaliknya. Dunia ini diciptakan untuk memuaskan ras kami,” balas makhluk itu, menyemburkan napas berat yang berbau busuk.Cilera melangkah ke samping, menembakkan anak panah sihir, “Tutup mulutmu, iblis!”“...” Vindel mengangkat pedangnya dan bergerak maju mengikuti serangan Cilera.Makhluk itu menatap mereka dengan tatapan tajam, tanpa banyak gerak. “Rupanya hidangan kali ini tak ingin menyerah.”Darrel merasa jantungnya berdegup ragu. Ia ingin berbicara, tetapi terlalu bingung ingin mengatakan apa.“…” Darrel menatap makhluk itu dengan tajam. “Iblis ini tampak mencurigakan.” gumamnya.Makhluk itu tertawa, suara tawanya menggetarkan dinding gua. Ia dengan mudahnya menepis panah sihir Cilera dan mengguncang udara dengan gelombang suara dari teriakannnya.“Sial! Apa-apan iblis ini!?” kejut Vindel, nadanya waspada.Makhluk itu lagi-lagi menggeram pelan. “Kalian pikir ak

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 71- Lembah Bayangan

    Setelah semalam beristirahat di gua kecil, Darrel, Cilera, dan Vindel melanjutkan perjalanan. Matahari baru saja terbit, menyinari jalan berbatu yang semakin menantang. Hutan lebat kini berganti dengan dataran berbatu yang dingin dan terjal. Angin menusuk tulang, membawa bisikan-bisikan aneh yang membuat Darrel menggigil, bukan karena hawa dingin, tetapi firasat buruk.“Sudah sejauh mana kita, Cilera?” tanya Darrel sambil terus berjalan di belakang Cilera.Cilera menoleh ke arahnya, wajahnya terlihat tegas. “Tidak jauh lagi. Lembah Bayangan ada di balik tebing batu itu.” Ia menunjuk ke depan, ke arah tebing yang menjulang dengan celah sempit. “Tapi Darrel, kau harus bersiap. Setelah ini, perjalanan akan lebih sulit.”Darrel mengangguk. Ia mengatur napas, mencoba menenangkan diri.Mereka mendaki tebing dengan hati-hati, melalui celah-celah batu sempit yang hanya cukup untuk satu orang. Saat akhirnya mencapai puncak, pemandangan di depan mereka membuat Darrel terpana.Lembah Bayangan t

  • Kembalinya Sang Raja Naga   Bab 70- Di Tengah Perjalanan

    Perjalanan semakin jauh menuntun mereka ke dalam hutan yang semakin lebat dan gelap.Pohon-pohon raksasa dengan akar menjalar menciptakan jalur-jalur sulit yang memaksa mereka memanjat atau merunduk. Hawa dingin mulai menusuk tulang, dan kabut tebal perlahan menyelimuti jalur.Darrel, Cilera, dan Vindel bergerak lebih hati-hati. Suara ranting yang patah atau angin yang mendesir membuat mereka semua siaga. Meskipun pertarungan melawan Shadowfang telah selesai, rasa lega tidak bertahan lama."Jadi ini hanya awal," gumam Darrel, menatap hutan yang seperti hidup di sekeliling mereka.Cilera mengangguk, wajahnya tampak serius. "Hutan ini bukan sekadar hutan biasa. Semakin dalam kita pergi, semakin banyak makhluk sihir yang berbahaya.""Dan bukan hanya makhluk sihir," tambah Vindel, suaranya rendah. "Ada juga jebakan alam dan—"Suara raungan tiba-tiba memotong kalimat Vindel. Tanah di bawah mereka mulai bergetar. Darrel segera mengangkat kepalanya, menatap ke arah depan. Dari balik kabut,

DMCA.com Protection Status