Beranda / Romansa / Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang / Bab 2 Bayi itu hidup atau mati?

Share

Bab 2 Bayi itu hidup atau mati?

Penulis: Queen Laucla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Megan tersenyum saat melihat Nares yang begitu cantik dengan gaun putih tulang itu. Rasanya ia tak sabar untuk kembali menyentuh istrinya. Lelaki itu memeluk Nares, mengecup leher jenjang wanita muda itu. Nares berpaling seakan ingin memberitahu Megan jika ia tak ingin. Tapi Megan bukanlah lelaki yang bisa ditolak begitu saja. 

"Sudah lama, Nares. Aku sangat rindu padamu." Megan berbisik di sisi telinga Nares, mengecup daun telinga wanita itu. Nares tidak menjawab, hatinya telah pahit karena perlakuan Megan lima tahun lalu kepada salah satu putranya. Ia bahkan tak memberi reaksi kepada Megan. 

"Bagaimana kalau kita pergi ke sebuah tempat, Sayang. Kita habiskan malam berdua di tempat itu. Kau sangat menyukai laut, bukan? Aku bisa menyewa villa di sana kalau kau mau." tawar Megan sembari mengusap kedua lengan terbuka wanita itu. 

"Aku tidak ingin pergi, Megan." Nares menjawab lirih, ia bahkan tak ingin menatap wajah lelaki itu. 

"Mau sampai kapan kau begini, Nares? Kau tidak peduli padaku. Kau bahkan jarang bicara denganku dan kau juga... Melakukan itu dengan malas. Aku menyadarinya, hanya aku tidak ingin berdebat denganmu." Megan meraih dagu Nares membuat wanita itu menatap padanya. 

"Apa yang kau lakukan ini karena anak itu, Nares? Tidakkah kau bisa mengerti sedikit saja?" 

Nares berpaling, menjauhkan tangan Megan dari wajahnya. "Apa yang harus kumengerti? Tentang putraku itu, Megan?" Mata Nares menatap tajam, sesuatu yang belum pernah ia tujukan kepada suaminya. 

"Aku hanya ingin menghindari masalah, Nares. Dua orang tidak akan bisa mengelola bisnis yang sama. Bisnis itu justru akan hancur kalau memiliki dua kepala. Aku hanya ingin menyelamatkan bisnisku."

Nares menggeleng pelan, apa yang dikatakan Megan sangat tak bisa ia terima. "Bahkan dengan kehilangan satu putramu?" 

Megan mengangguk, "Ya, bukankah aku menjadikan anak itu pahlawan? Seseorang harus mengalah, bukan?" 

"Aku tak memahami jalan pikiranmu, Megan. Kalau hanya soal itu, kau bisa memberinya bisnis lain."

"Tidak semudah itu, Nares. Jika aku memberi yang satu kekuasaan lebih dari yang lain. Maka yang satu tak akan terima dengan itu. Seperti yang kau tahu, bisnisku berada di dalam tanganku secara mutlak. Aku pemegang saham terbesar di sana. Dan kelak akan kuberikan kepada Thanos. Aku tidak akan membaginya untuk yang lain." Megan mengatakan itu sambil menatap Nares lekat, bola matanya bergerak menelusuri wajah Nares yang pucat. 

Lelaki itu menarik tangan Nares, memintanya untuk  berdiri. "Kau bahkan tak memiliki tenaga untuk bangun, Nares? Mau sampai kapan kau menyiksa dirimu seperti ini?" 

Megan meraih wanita itu ke dalam pelukannya, menyesap aroma wangi dari tubuh Nares. "Aku tidak pernah bisa kehilanganmu, Nares. Kalau kau begini terus, haruskah aku mengganti Sera dengan pelayan lain? Sepertinya gadis itu tidak mengurusmu dengan baik." 

"Jangan lakukan itu, kenapa kau masih mengancamku?" 

Megan tersenyum, ia lantas membawa wanita itu berjalan, "Sudah lama aku tak melihatmu makan dengan lahap, Nares. Tubuhmu terasa begitu ringan, aku tak menyukai itu." 

"Duduklah dan makan, semua ini kusiapkan bagimu." Nares terpaksa menurut, bagaimanapun juga ia masih memiliki rasa takut kepada Megan. Terlebih untuk apa yang telah Megan lakukan. Lelaki itu tak segan untuk menyingkirkan keluarganya sendiri demi uang.

Megan meletakkan beberapa potong daging ke piring Nares, bibirnya mengulaskan senyuman namun matanya menatap tajam. "Makan dan habiskan!"

Nares memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya, tapi ia begitu enggan untuk mengunyah. Bagaimana ia bisa makan kalau sampai saat ini ia tak pernah tahu kabar putranya itu.

"Megan," Nares berkata lirih, semenjak menjadi istri lelaki itu baru kali ini Nares benar - benar tak nyaman.

"Ada apa?" Kali ini Megan melembutkan suaranya, ditatapnya wanita itu dengan teduh. Wajah Megan seketika berubah, kasih sayang jelas terlihat di sana.

"Apakah aku boleh meminta sesuatu padamu?" Nares bertanya walau ia tahu apa jawaban lelaki itu, tapi setidaknya ia sudah mengatakannya.

"Ya, apa yang kau inginkan?"

Nares menatap sayu, matanya tak lagi memancarkan kebahagiaan, wanita itu membuka bibirnya dan mengucapkan kalimat yang membuat mimik wajah Megan berubah tak senang. "Setidaknya beritahu aku di mana anak itu dan apakah dia baik - baik saja sekarang?"

"Sudah kukatakan padamu, harus berapa kali aku menjelaskan ini, Nares! Putramu hanya Thanos, tidak ada yang lain. Anak itu telah mati!"

Nares menjatuhkan garpu dari tangannya, bibirnya bergetar tak percaya. Matanya berkabut dan sosok Megan mulai kabur dari pandangan matanya. Nares terjatuh, namun dengan cepat Megan dapat menangkap istrinya itu.

"Bangun! Kau tidak boleh begini, Nares!" Megan terus memanggil istrinya, sementara Sera terlihat berlari ke luar untuk menyambut kedatangan dokter pribadi mereka.

"Dokter, apakah istriku baik - baik saja?" Megan berkata cemas, sementara dokter itu masih memeriksa Nares.

"Denyut nadinya lemah, sebaiknya ia beristirahat dengan baik." Dokter itu menuliskan resep dan memberikannya kepada Sera.

Nares membuka matanya perlahan saat ia mencium wangi aromaterapi yang menyentuh hidungnya. Wanita itu duduk begitu melihat Megan dan Sera di dekatnya.

"Kau baik - baik saja, kan?"Tanya Megan cemas, meraih tangan Nares dan meletakkan tangan itu di pipinya. Nares menatap Megan, menarik tangannya kasar dari genggaman lelaki itu.

"Kau bilang apa tadi?Anakku sudah mati?!" Nares berteriak membuat Sera terkejut.

"Kendalikan dirimu, Nares! Anak itu hidup atau mati bukan urusan kita!"

Plak!

Nares menampar pipi Megan, sesuatu yang tak pernah Megan bayangkan sebelumnya. Megan mengusap pipinya yang memerah, matanya berkilat saat menatap wanita itu. Megan bangkit, ia ingin membalas perbuatan Nares namun dengan cepat Sera melindungi wanita itu dengan tubuhnya.

"Nares, kau melakukan kesalahan lagi!" ucap Megan dan meninggalkan istrinya dengan marah.

Nares terisak, ia menatap Sera yang kini duduk di depannya. "Itu tidak benar, Sera. Putraku tidak mati!"

Sera mengangguk, "Ya, itu tidak mungkin. Saya sendiri mendengar kalau mereka akan merawat anak itu dengan baik. Tuan pasti sedang marah saat mengatakan itu, Nyonya." Sera mengambil air dan memberikannya kepada Nares.

"Kau benar, Megan pasti berbohong."

"Sebaiknya jangan katakan soal itu kepada Tuan. Saya masih terus mencari anak itu, anda harus bisa menahan diri, Nyonya."

"Sampai kapan, Sera?"

"Saya tidak tahu, tapi saya tetap akan berusaha. Saya berjanji, Nyonya."

"Walau sampai aku menua, Sera. Temukan dia untukku." pinta Nares.

"Ya, saya berjanji, Nyonya."

"Ibu!" Thanos berlari memasuki kamar Nares, lelaki kecil itu lantas memeluk ibunya dan mencium pipi Nares.

"Apakah Ibu sudah sembuh?" Tanya Thanos menunjukkan wajah cemas.

Nares membelai rambut hitam putranya itu, wajahnya terlihat semakin tampan dengan bertambahnya  usia. Terkadang ia menjadi anak manja yang manis, tapi ada kalanya ia menjadi sulit diatur karena Megan selalu membelanya.

"Ibu tidak sakit, Thanos. Kau mengunjungi ibu?" Nares berkata lembut, masih membelai anak itu.

"Ya, kata ayah aku harus menghiburmu, Ibu. Karena aku satu - satunya putra yang kau miliki." Thanos tersenyum dengan begitu manis, tapi senyum itu justru membuat luka di dalam hati Nares semakin lebar. 

"Haruskah aku memberitahumu sesuatu, Thanos?" Gumam Nares, yang tak mampu menatap  wajah manis putranya itu. "Atau haruskah aku memanggilmu dengan nama lain?"

... 

Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa rambut Nares mulai memutih, namun wajah ayunya tak bisa ditutupi meski garis - garis halus terlihat di sana. Dan selama itu Nares tak pernah bertemu dengan saudara kembar Thanos. Ia mulai menyerah, karena harapan untuk menemukan anak itu sepertinya memang tidak pernah ada. Sebesar apakah dia sekarang? Samakah ia dengan Thanos? Atau ia memang telah lama tiada seperti yang Megan katakan dulu? Pertanyaan - pertanyaan itu tak pernah lekang dari kepala Nares, sekuat apapun Megan berusaha agar Nares melupakan anak itu. Dan satu hal yang perlu diketahui, jika cinta Nares untuk Megan sesungguhnya telah lama mati. 

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 3 Apa yang kau lakukan, Thanos?

    28 tahun kemudian"Kenapa kau tidak berhati - hati, Thanos? Siapa lagi wanita ini?" Cal menunjukkan sebuah laman di salah satu situs yang memuat berita tentang dirinya dan seorang wanita di sebuah klub malam. Lelaki tampan yang dipanggil Thanos itu hanya melihat dari sudut matanya, rasanya ia sudah bosan melihat berita seperti itu. "Bersihkan saja seperti biasanya." Thanos mengatakan itu dengan wajah datar. Ia memang tak pernah peduli dengan hal seperti itu. "Tapi sampai kapan, Thanos? Seorang CEO harus menjaga kehormatannya. Saham perusahaan bisa jatuh kalau mereka sampai melihat ini," tegur Cal, lelaki yang sudah lama mendampingi Thanos di perusahaan itu. "Kalau begitu jangan sampai mereka melihatnya. Urus paparazzi itu sekarang juga! Dalam hitungan detik berita itu harus sudah lenyap!" Thanos melempar ponselnya ke atas meja dan menatap Cal dengan tajam. "Oke, aku akan melakukannya. Tapi entah sampai kapan aku bisa melindungimu, Thanos." Cal beranjak dari sana, dan Thanos hanya

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 4 Siapa pelakunya?

    Cal berlari menghampiri Thanos, lelaki itu baru saja turun dari mobil mewahnya, tepat di depan gedung perusahaan mereka. "Ada apa lagi, Cal? Apa yang ingin kau tunjukkan padaku?" tanya Thanos malas. "Lihat ini, wanita itu ditemukan tewas, Thanos. Kau sudah tahu?" Cal mengatakan itu dengan tergesa, sembari berjalan di sisi Thanos. Mendengar itu, langkah kaki Thanos terhenti. Diraihnya tablet dari tangan Cal dan seketika itu pula ia benar - benar terkejut. "Dia adalah wanita yang bersamamu di kafe itu, kan? Kau mengenalnya, bukan?" Cal terus bertanya, tapi Thanos justru berjalan lebih cepat, meninggalkan Cal yang mengikutinya dari belakang. "Wanita itu diduga mengalami pendarahan hebat, dan di tubuhnya ditemukan..." Ucapan Cal terhenti saat Thanos tiba - tiba berbalik ke arahnya. "Aku akan membacanya nanti, Cal. Berhenti mengikutiku." Kata Thanos dan kembali berjalan ke ruang kerjanya sendiri. "O..oke, aku hanya memberitahumu." Gumam Cal setelah Thanos menjauh darinya beberapa la

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 5 Sebenci itukah?

    "Aku menemukannya, Thanos. Kau ada di sana saat peristiwa itu terjadi." Cal menatap Thanos setelah memberikan rekaman CCTV di hotel itu."Kau menghapus rekaman aslinya, kan?" Thanos menggenggam flashdisk yang diberikan padanya. "Aku tidak membunuhnya," kata Thanos lagi seakan menjawab tatapan mata Cal."Lalu, kenapa kau ada di sana? Tepat di depan pintu kamar hotel wanita itu? Apa yang kau lakukan?" Cal kembali menatap Thanos lurus, lelaki itu terlihat menyelidik.Thanos menyandarkan tubuhnya, bibirnya mengulaskan senyum tipis. "Aku akan memberitahumu, Cal. Tapi semuanya tak seperti yang kau pikirkan." Cal memiringkan kepalanya, mencoba untuk memahami sahabatnya itu. "Jadi, apa hubunganmu dengan wanita itu?" "Aku hanya berenang - senang dengannya, Cal. Tentu saja aku membuat perjanjian. Kau pasti mengerti, bukan? Aku tak mengizinkan lelaki lain hadir selama ia terikat denganku. Dan dia melanggarnya." "Kau tidak waras, Thanos. Tidak ada hubungan seperti itu. Lalu apa yang kau lakuka

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 6 Tentang Rumor Itu

    Athena berhenti sejenak saat langkah kakinya berhenti tepat di ruang kerja lelaki itu. Lelaki yang katanya adalah CEO di sini, lelaki yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Athena menarik napas panjang, jantungnya berdegup kencang karena ini adalah pertama kalinya sang CEO memanggil. Wanita itu terus bertanya - tanya apakah ia telah melakukan kesalahan besar sehingga pemilik perusahaan sampai turun tangan dengan sendirinya. Tangan ramping itu mengetuk pintu perlahan, berharap sang CEO salah memanggil dirinya. "Masuk!" Suara tegas nan dalam terdengar dari sana, dengan langkah ragu Athena pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu. Ruangan yang cukup besar dan paling mewah diantara semua ruangan di gedung ini. Thanos memperhatikan kedatangan wanita itu, tatapan matanya terlihat begitu menyelidik. "Anda memanggil saya?" Athena bertanya lirih, ia cukup terkejut saat mengetahui bahwa CEO tempatnya bekerja ternyata adalah lelaki muda yang sangat tampan. Terlihat jauh dari kata menye

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 7 Kesan pertama terhadap Thanos

    "Aku senang kau mau ikut denganku, Athena. Kau suka tempat ini?" Thanos menunjukkan wajah gembira seraya melihat ke sekeliling restoran. "Aku memesan semua meja di sini, Athena." "Tapi untuk apa? Kita hanya butuh satu meja, kan?" tanya Athena heran. Thanos mencondongkan tubuhnya, lebih mendekat ke arah Athena, lelaki itu lalu berkata pelan. "Karena tak seorangpun boleh melihatku bersama seorang wanita. Jika bertemu klien tentu saja aku akan membawa Cal atau yang lain, Athena." Athena menarik napas panjang saat mendengar itu, entah kenapa bayangan menakutkan tentang semua yang dikatakan Jane tadi muncul memenuhi kepalanya. Memangnya kenapa? Pertanyaan itu hanya berada di ujung bibir Athena tanpa berani ia ucapkan. Bagaimanapun juga lelaki yang sekarang berada di depannya adalah CEO di mana ia bekerja, sesuatu yang tak pernah Athena sangka sebelumnya. Dirinya akan duduk satu meja dan hanya berdua dengan Thanos. Thanos tersenyum lagi saat melihat Athena hanya diam saat mendengar ala

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 8 Dan lagi...

    "Aku tak menyangka kau yang bersama Thanos, Athena." Cal membuka suara saat mereka telah meninggalkan restoran itu. "Ya, dia mengundangku. Dan aku tidak bisa menolaknya." Athena mengatakan itu dengan lirih, jelas terlihat kalau wanita itu cukup tertekan. "Ah, kau terlihat sangat tidak nyaman dengan Thanos, ya? Dia memang begitu." Cal tertawa kecil mencoba untuk bersikap lebih tenang. Athena menoleh, menatap Cal sesaat. "Apakah dia kerap meminta pegawainya untuk menemani makan malam, Cal? Tapi kenapa aku merasa ini sangat aneh.""Aneh? Kenapa?" Cal berpaling menatap Athena di sisinya. "Karena aku bukan pegawai yang memiliki jabatan khusus, kan? Kenapa dia memintaku? Cal, kau sangat dekat dengannya. Kau tahu sesuatu?" Cal menautkan alisnya, "Tahu tentang apa?" "Rumor itu. Seseorang mengatakannya padaku." Cal terhenyak, lelaki itu dengan cepat kembali berpaling ke arah Athena, "Rumor... Tentang apa?" "Sebenarnya, aku juga tidak percaya tapi aku hanya ingin tahu. Erica, kau pasti

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 9 Kau suka padanya?

    "Kau mendekati Athena sekarang?" Cal menatap lurus ke arah Thanos, saat lelaki itu sedang menikmati minumannya di sebuah bar. Thanos menoleh, merasa pertanyaan itu tak menyenangkan bagi telinganya. "Apa maksudmu? Seolah aku terlalu sering bermain dengan wanita?" Cal tersenyum tipis, "Apa aku salah? Athena berbeda, Thanos. Dia bukan seperti wanita yang kau kenal selama ini."Thanos menjilat giginya, menunjukkan wajah kesal dengan ucapan Cal yang seperti itu. "Memangnya apa yang akan kulakukan kepada Athena, hah? Jangan katakan kalau kau menyukai dia." "Aku hanya memberitahumu, jangan sampai kau memperlakukan Athena seperti yang sebelum - belumnya. Athena tahu tentang berita itu, Thanos." Cal menatap sayu, membuat Thanos terkejut. "Berita itu? Maksudmu?" Lelaki itu menautkan keningnya, menatap Cal dengan matanya yang tajam. "Soal Erica. Seseorang Memberitahunya. Dan, dia bertanya padaku apakah itu benar?" "Siapa yang mengatakan itu? Dia belum masuk ke perusahaan saat peristiwa itu

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 10 Curiga

    Brian meremas kertas di tangannya, lelaki itu terlihat begitu kesal. Bagaimana tidak, kalau mereka tak kunjung menemukan pelaku yang diduga terlibat dengan kematian Erica, adiknya itu. "Apakah begitu sulit untuk menangkap pelakunya,hah?!" Mata Brian menyipit saat tatapannya beradu pandang dengan Zen, kawan lamanya itu. "Karena pelakunya tidak terlihat jelas, Brian. Selain itu...Erica...bukankah dia memiliki hubungan dengan beberapa lelaki?""Maksudmu, Erica mengandung dari banyak pria?Begitu?" Brian terlihat marah saat mengatakan itu. Ditatapnya Zen dengan mata membesar. "Bukan begitu, tapi menemukan pelakunya memang tidak mudah. Mungkinkah Erica pernah menceritakan sesuatu padamu, Brian?"Brian menggeleng kesal, lelaki itu menghantam dinding dengan tinjunya. "Kurasa dia tidak ingin membuatmu cemas,Brian." Tukas Zen yang tahu benar bagaimana perasaan Brian di sana. "Aku gagal menjadi kakak yang baik, Zen. Aku bahkan tidak tahu kalau Erica mengandung. Aku benar-benar tidak berguna

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 50 Rencana mereka

    “Aku sudah berusaha. Dia terlihat gugup saat aku membicarakan tentang Erica.” Fine kembali menemui Brian di sebuah restoran berkelas, tak semua orang bisa masuk ke tempat itu.“Memang dia pelakunya. Aku tak rela lelaki itu masih bisa menikmati kemewahan, sementara Erica tewas dengan cara seperti itu,” sahut Brian dengan matanya yang memerah.“Tapi, apa yang bisa kita lakukan sekarang?” tanya Fine.Brian menggeleng, “Setidaknya, hari-hari ini dia tidak akan tenang karena kau sudah mengatakan itu padanya. Kau harus berhati-hati mulai sekarang, Fine. Dia bisa melakukan apa saja.”“Dia tahu di mana aku tinggal, tapi apartemenku memiliki sistem keamanan yang kuat. Tak semua orang bisa masuk dengan mudah. Jadi, jangan cemaskan itu.” Fine tersenyum, menatap Brian yang terlihat sedikit kecewa di sana.“Ya, tapi tetap saja. Di luar kau tak memiliki seseorang yang menjagamu. Aku hanya takut kalau Thanos akan melakukan hal yang buruk padamu,Fine.”Fine tersenyum tipis, matanya lekat tertuju kepa

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 49 Apakah itu sebuah pengakuan?

    “Aku senang kau menemuiku lagi, Thanos.” Wanita itu menyilangkan kakinya, membuat rok pendeknya terangkat ke atas.“Kau tinggal di sini?” Thanos melayangkan matanya ke seluruh ruangan. Apartemen bergaya eropa memang selalu terlihat menarik.“Ya, seperti yang kau lihat. Apakah aku terkesan seperti wanita yang membutuhkan uang?” Wanita itu tersenyum, kilau di bibirnya menarik perhatian Thanos.“Fine, namamu sangat unik.” Thanos kembali menatap wanita bernama Fine itu, nama yang baru ia ketahui sehari sebelum pertemuan mereka malam ini.Fine mengangguk, matanya lurus menatap Thanos seakan sedang berjaga-jaga terhadap sesuatu yang akan menyerangnya.“Kalau bukan karena uang, lantas karena apa? Semua wanita yang datang padaku, hanya membutuhkan uangku,” ucap Thanos menyeringai.Fine menatap lelaki itu sedalam mungkin, hanya dengan mendengar perkataannya, Fine bisa menduga orang seperti apa Thanos ini.“Kau pasti seseorang yang sangat kesepian dan terluka, Thanos.”Perkataan Fine membuat le

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 48 Pertemuan Brian dengan wanita itu

    BAB 48“Thanos bukanlah seseorang yang mudah untuk ditaklukkan. Dia selalu menghindar untuk membicarakan adikmu itu.” Wanita bertubuh sintal itu menatap Brian, bibirnya lantas menyunggingkan senyum tipis.“Lalu, kau ingin menyerah begitu saja?” Brian membalas tatapan wanita itu, sesekali terlihat mengusap dagunya yang kasar.“Aku tidak mengatakan itu,” sahutnya dingin. Wanita itu meletakkan wine di tangannya, lalu berjalan ke arah jendela besar yang ada di apartemen itu. Ditatapnya dari sana keindahan kota dengan lampunya yang berkelap-kelip. Jalanan masih begitu ramai di tengah malam seperti ini.Brian berdiri, menghampiri wanita itu di sana. Menatap tubuh rampingnya yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. “Kau tidak boleh melepaskan dia begitu saja,” bisik Brian di sisi leher wanita itu.“Jangan memerintahku, aku juga tak menyukai adikmu itu.” Wanita itu menolehkan sedikit kepalanya, menatap Brian dari sudut matanya yang tajam.Brian tertawa kecil, sedikit menjauhkan tubuhnya dari

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 47

    Thanos menyeka sudut bibirnya yang terluka dengan air hangat, ditatapnya wajah itu dari pantulan cermin. Sesaat ia tak terima, kenapa dirinya begitu mirip dengan Megan? Guratan wajah serta rahang yang tegas...semua itu milik Megan. Lelaki itu mengepalkan tinjunya, dihantamnya cermin yang memantulkan bayangan dirinya itu. Sesuatu yang tak pernah ia harapkan.Thanos menatap ponselnya, sebuah pesan yang berasal dari seorang wanita. Wanita yang belum lama ia kenal dari sebuah klub malam. Ingin bertemu lagi malam ini? Thanos hanya tersenyum kecut membaca pesan itu. Wanita ini terlihat begitu berani. Dia memang cantik, juga sangat seksi tapi lagi - lagi Thanos tak pernah ingin menjalin hubungan yang serius. Tantangannya saat ini adalah Athena, wanita yang cukup sulit untuk ia dapatkan. Sementara wanita - wanita lain hanyalah pelampiasan akan rasa marahnya itu. Kau begitu berani mengirim pesan padaku. Kau tidak tahu siapa aku? Balas Thanos angkuh.Tentu saja aku tahu, Thanos. Kau putra D

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 46

    "Apa yang kau lakukan, Ayah? Semua itu karenamu?" Thanos mendatangi Megan, lelaki itu terlihat berdiri di taman rumahnya yang luas. Megan berbalik begitu mendengar suara putranya itu."Melakukan apa? Seharusnya aku yang bertanya padamu, Thanos. Apa yang kau lakukan kepada wanita itu?"Thanos menautkan alisnya, menatap lelaki paruh baya itu dengan terkejut. "Kau mengawasi aku, Ayah?""Salahkah? Kau adalah pewaris perusahaan besar, Thanos. Aku mendirikan perusahaan itu dengan susah payah, dan kau mau menghancurkannya begitu saja? Kau ingin perusahaanku jatuh karena perbuatan burukmu itu?""Perbuatan burukku? Lalu bagaimana denganmu, Ayah? Bukankah kau memiliki wanita lain selain ibuku?""Thanos!" Megan membentak Thanos, mata lelaki itu terbuka lebar. Tubuhnya goyang namun ia segera menahannya dengan tongkat yang selalu berada di tangannya itu."Kenapa? Ayah pikir selama ini aku tidak tahu apa - apa? Wanita - wanita itu, membuat ibuku menderita.""Kau tidak tahu apa - apa, Thanos! Semua

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 45 kasus itu ditutup

    Brian memukul meja itu dengan marah, ditatapnya Zen yang duduk di sana dengan tak percaya. "Kasusnya ditutup? Bagaimana mungkin?""Sepertinya pelakunya memang tak bisa ditemukan, Brian. Lelaki itu bukan pelakunya.""Tapi kau lihat sendiri, kan? Ada luka di tubuh Erica! Polisi juga mengatakan itu pembunuhan!" tukas Brian tak terima."Kau benar, tapi ini sudah lewat dari delapan bulan semenjak kematian Erica. Dan mereka tak memiliki petunjuk. Lelaki itu sudah dibebaskan. Karena memang tak ada bukti yang memberatkan dia.""Sudah kubilang sejak awal, bukan dia pelakunya. Tapi Thanos!"Zen menatap Brian seksama, "Tak ada bukti yang merujuk padanya. Wartawan bahkan mendatangi dia karena foto yang beredar itu, tapi Thanos mengatakan pertemuan mereka di tempat itu hanya semata hubungan bisnis, ia tidak tahu menahu soal Erica. Thanos...lelaki sekelas dia? Mana mungkin, Brian. Untuk apa ia melakukan itu? Tidak ada untungnya bagi Thanos, kan?""Sekarang kau membela dia?""Aku tidak membela dia,

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 44 Tentang Sean

    Sean duduk di sana, menunggu Ansel meracik kopi untuk mereka. Tak butuh waktu lama bagi Ansel, lelaki itu kini kembali dengan dua gelas kopi di tangannya. Memberikan satu kepada Sean.Sean tersenyum saat aroma kopi yang terlihat nikmat berpindah ke hidungnya, aroma yang memang tak biasa. "Aku ingin mencobanya," ucap Sean yang mencicipi kopi itu dengan sebuah sendok kecil."Kau menyukainya?""Ini nikmat, tak seperti kopi yang pernah kuminum. Kau hebat, ya? Ehm, tapi kau bilang ingin mengatakan sesuatu tentang Ciara. Tentang apa itu?"Ansel menatap Sean yang terlihat tak sabar dengan ucapannya tadi, lelaki itu tersenyum kecil. "Ciara adalah gadis yang manja, dan aku adalah salah satu orang yang memanjakan dia. Yah, dia satu - satunya adikku. Mungkin karena ini sikapnya terkadang sedikit menjengkelkan. Dia memang tidak suka basa - basi. Sebenarnya itu cukup bagus, dia tegas dan tahu apa yang dikatakannya. Hanya saja, dia lupa kalau kata - katanya terkadang melukai orang lain. Tapi, Sean,

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 43 Ciara

    Ciara menatap pemuda yang duduk berhadapan dengan dirinya itu, sementara Ansel memilih untuk duduk di sisi adiknya. Wanita paruh baya itu tersenyum, ia tak menyangka kalau bocah lelaki yang dulu dilihatnya tumbuh menjadi lelaki tampan nan mapan. Kabarnya lelaki itu seorang dokter muda di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal. "Apa kabarmu, Amira? Sudah lama kita tak bertemu." Kata wanita paruh baya itu kepada sahabat kecilnya dulu. Amira meraih tangan Kane, menyentuhnya lembut. "Aku sangat gembira mendengar kau mengundang kami ke rumah ini, Kane. Setelah sekian tahun lamanya, kau membesarkan Ciara dengan baik." Senyumnya mengembang dan menatap Ciara dengan mata teduhnya itu. Kane tertawa, membalas tangan Amira di yang berada di punggung tangannya itu. "Kau juga, Sean terlihat begitu gagah dengan kemeja itu."Amira tersenyum, "Ciara pasti menyukai Sean, kan?"Ciara seketika menatap Ansel, ia tak tahu menahu soal pertemuan ini. Ibunya hanya mengatakan akan ada tamu dari jauh

  • Kembalinya Sang Pewaris Yang Terbuang   Bab 42 Rasa ingin tahu Ansel

    Ansel mendekati ibunya, yang saat itu sedang duduk di teras rumah sambil membuat adonan kue. Hari ini mereka akan kedatangan tamu, teman jauh yang diharapkan bakal menjadi besan. Sudah lama mereka tidak bertemu, karenanya sang ibu ingin membuat sesuatu yang istimewa dengan tangannya sendiri. "Apakah mereka jadi datang?" Tanya Ansel memperhatikan tangan terampil ibunya saat mengadon."Tentu saja, nanti malam mereka tiba. Perjalanannya cukup jauh, memakan waktu hingga beberapa jam untuk sampai ke rumah ini. Memangnya kenapa?" Ibunya bertanya tanpa melihat Ansel. "Jangan katakan kau mau pergi, kau harus bertemu mereka dan membantu ibu. Ayahmu mungkin akan pulang terlambat, dia selalu sibuk," gerutu ibunya.Ansel tersenyum, "Dia sibuk untuk memenuhi kebutuhan di sini, kan? Jangan marah, Mom. Aku tidak akan ke mana - mana. Aku juga ingin melihat siapa calon suami Cia.""Calon suami? Mom berharap begitu, tapi apakah mereka akan berjodoh?""Kita lihat saja nanti saat mereka bertemu. Cia gad

DMCA.com Protection Status