“Baiklah jika pilihanmu begitu, jangan salahkan aku jika nanti Gagak Hitam Dari Utara hanya tinggal nama..! He.. he.. he..!” seru Arya lalu cengengesan kembali.“Kau dalang dari semua ini hingga membuat padepokanku hancur dan seluruh anggotaku tewas..! Aku bersumpah akan membunuhmu saat ini juga..!” Sandaka tiba-tiba murka karena melihat para anak buahnya tewas bergelimpangan serta bangunan padepokannya ambruk di lalap api.Ia berdiri tegak lalu berkomat-kamit, kedua telapak tangannya ia rapatkan sejajar dengan kening. Asap berwana hitam bercampur dengan warna kuning muncul di sela-sela telapak tangan yang ia rapatkan itu, makin lama makin mengepul.“Ajian Gagak Meraga Sukma...! Hiyaaaaaaat...!” seketika tubuh Sandaka menjadi dua, dengan posisi yang sama. Keduanya kemudian bergerak dan sekarang berada di sisi kanan dan kiri tubuh Arya berdiri berjarak 5 tombak, salah satu telapak tangan dari kedua sosok tubuh kembar itu di rentangkan ke depan.“Wuuuuuuuus..! Wuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaa
Beberapa santri pilihan Kiai Bimo diminta terlebih dahulu kembali ke pemondokan, mereka berangkat dengan kuda-kuda yang tadinya di pakai oleh anggota Padepokan Gagak Hitam dalam melakukan aksi mereka ke desa-desa di kawasan selatan dan utara Desa Sampang itu.Sementara Arya dan Mantili bergerak ke hutan tempat mereka menemukan pengungsi dari Desa Sampang pada saat mereka hendak menuju desa-desa di kawasan itu, kedatangan mereka di sana tentu di sambut gembira oleh para warga yang bermukim di tengah-tengah hutan itu.“Bagaimana Mas Arya, apakah sekarang rencana penyerangan gerombolan pengacau di desa kami itu akan dilaksanakan?” tanya Kamra salah seorang pengungsi Desa Sampang yang mendiami hutan itu.“Hemmm, kami datang ke sini bukan untuk mengajak kalian menyerang para anggota Padepokan Gagak Hitam itu. Melainkan memberitahu kalian jika mereka telah berhasil kami tumpas dengan para warga Desa Karapan, Desa Tengger dan Desa Kidung. Sekarang kalian telah aman untuk kembali ke kediaman
“Benar Kiai, dan mereka datang dari Pulau Jawa. Setelah berhasil mengusir warga Desa Sampang mereka mendirikan padepokan itu di sana, dan sekarang bangunan Padepokan Gagak Hitam itu telah rata dengan tanah di bakar warga seperti yang mereka lakukan dulu pada belasan rumah warga Desa Sampang,” tutur Arya.“Alhamdulilah, mereka telah mendapatkan azab dari Gusti Allah atas perbuatan keji yang mereka lakukan. Dan sekarang para warga Desa Sampang yang mengungsi sudah dapat kembali ke rumah mereka,” ucap Kiai Bimo.Hanya tinggal satu tugas lagi yang hendak dilakukan Arya berkaitan dengan penumpasan Padepokan Gagak Hitam yaitu menyampaikan pesan ke Kerajaan Dharma di Pulau Dewata bahwasanya Desa Sampang telah aman, hal itu tentu saja dapat ia wakilkan pada Kiai Bimo yang dapat menyuruh 3 sampai 5 orang santrinya menuju Kerajaan yang di pimpin Sekar itu.*****“Jegeeeeeeer...! Jegeeeeeeeeeer..!” kilat dan petir berkejar-kejaran di langit yang hitam pekat, hujan yang turun sejak kemarin siang
“Entahlah Mas, moga saja mereka bisa memaklumi jika 3 bulan ke depan hingga kita dapat panen kembali tidak meminta upeti yang dulu wajib kita berikan setiap bulannya.”“Hujan sepertinya sudah reda, moga air yang menggenangi desa kita cepat surut hingga kita tak perlu berhari-hari berada di kawasan perbukitan ini,” harap Pamungkas memandang ke depan dan ke atas langit hujan tak lagi lebat melainkan menyisakan gerimis saja.“Iya Mas, moga saja cepat surut. Sekarang apa yang musti kita lakukan Mas menjelang kita dapat kembali ke pemukiman desa?” tanya Warso.“Nanti kita pikirkan, sekarang temani aku untuk menemui para warga yang mengungsi di kawasan perbukitan ini. Dini, kamu di sini dulu ya dengan anak-anak dan beberapa warga lainnya? Aku mau melihat para pengungsi di tempat lainnya,” tutur Pamungkas pada istrinya.“Baik Kang Mas, hati-hati.”Pamungkas di temani Warso melangkah dari bawah pohon besar itu menemui para warga desa yang menyebar mengungsi di seluruh kawasan perbukitan itu,
“Kamu tadi mengatakan akan mengunjungi makam kedua orang tuamu di Desa Tandur, apakah desa itu berada dekat dengan ujung timur Pulau Jawa tempat kita berlabuh nanti?” tanya Arya.“Cukup jauh juga Mas, Desa Tandur tempat kelahiranku itu berdampingan dengan desa-desa lainnya hingga sampai ke Kali Mas.”“Kali Mas?”“Kali Mas itu salah satu cabang anak sungai dari Sungai Brantas yang membentang panjang dan bermuara di kawasan timur Pulau Jawa itu.”“Oh begitu, jadi banyak desa-desa lainnya setelah desa mu itu?”“Ya Mas, para warga di desa-desa itu sama halnya bermata pencaharian seperti desa di Pulau Madura. Seperti bertani, berkebun, berdagang dan nelayan,” jawab Mantili.“Apakah desamu dan desa-desa tetangga itu para warganya aman dan hidup tentram?”“Entahlah Mas, aku sudah lama pula tidak singgah di sana. Moga saja para warga desa di sana hidup tentram dan damai,” harapan Mantili yang memang saat ia mengembara tidak pernah mengunjungi desanya itu, Mantili mengembara ke bagian tengah h
“Aku sempat melihatmu melepaskan jurus yang sangat luar biasa pada saat menewaskan anak buah Ketua Padeokan Gagak Hitam, apakah itu jurus andalan yang di wariskan Kiai Bimo kepadamu?” tanya Arya sambil menambah ranting-ranting kering ke perapian.“Benar Mas, ajian itu bernama Bulan Sabit Menembus Awan. Dan pedang ini bernama Pedang Bulan,” jawab Mantili sembari membuka sarung pedang yang tersandang di punggungnya.“Hemmm, aku merasa penasaran ingin melihat kehebatan Pedang Bulan itu. Dapatkah kamu tunjukan, Mantili?”“Sebenarnya Eyang Guru melarang untuk mempergunakan Pedang Bulan ini sembarangan terkecuali dalam keadaan terdesak, tapi nggak ada salahnya juga aku tunjukan pada Mas Arya yang pasti Eyang Guru juga mengizinkannya,” tutur Mantili kemudian ia berdiri beberapa tombak di sebalik unggunan api di depan Arya.Pedang Bulan segera ia hunus dari sarungnya, kilauan cahaya putih terang memancar mulai dari pangkal hingga ujung pedang itu, Mantili menghujam pedang itu lurus ke depan.
“Hemmm, benar juga. Jika tidak begitu pasti bulan ini kita tak menerima apa-apa dari warga Desa Telaga yang baru saja terkena banjir,” pria berpakaian hijau yang tidak lain adalah Lenggo Lumut itu setuju dengan usulan Ratu Lentik.Padepokan Lumut sejak berdiri dan berhasil menguasai beberapa desa di kawasan itu termasuk Desa Telaga cukup berkembang, terlihat dengan bertambahnya anggota yang bergabung ke padepokan itu. Dengan upeti-upeti yang mereka peroleh dari warga desa-desa, mereka dapat membangun Padepokan Lumut lebih besar dan hidup senang.Karena itu pulalah Lenggo Lumut dan seluruh anggota Padepokan Lumut tidak akan pernah membiarkan satupun desa di kawasan itu lepaskan dari kekuasaan mereka, sementara seluruh warga desa-desa yang mereka kuasai sebenarnya merasa tertekan namun tak dapat berbuat banyak karena Lenggo Lumut dan seluruh anggota padepokan sangat kejam tak mengenal ampun bagi siapa saja dari mereka yang tak patuh.Sudah beberapa warga di desa-desa itu yang mendapatka
“Ah, Mas Arya ini ada-ada saja. Ayo kita lanjutkan perjalanan ke Desa Tandur,” Arya hanya mengangguk lalu kembali melangkah.Menjelang sore mereka berdua telah tiba di Desa Tandur tepatnya di rumah mendiang kedua orang tua Mantili, melihat rumah itu di bagian luar sudah banyak terdapat jaringan laba-laba dan terlihat kumuh tak terurus serta halaman rumah itu penuh sampah dedaunan yang berserakan, Mantili memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.Setelah bagian luar bersih dia dan Arya masuk ke dalam rumah, di dalam juga banyak sekali jaringan laba-laba yang berseliuran serta debu-dubu menempel di meja, kursi, lemari dan barang-barang lainnya.Arya ikut membantu membersihkan bagian dalam rumah Mantili dengan terlebih dahulu membuka seluruh jendela dan pintu dari rumah itu, agar udara segar masuk dan debu-debu yang dibersihkan bisa bertebangan ke luar.“Melihat dari keadaan rumahnya ini, sepertinya sudah bertahun-tahun tidak pernah kamu kunjungi. Benarkah begitu Mantili?” tanya
“Jangan takut manis, kami berdua tidak akan menyakiti kalian,” ujar pria berpakaian merah seraya mencolek dagu salah seorang dari beberapa wanita yang sedang ketakutan itu.“Benar kami hanya ingin mengajak kalian untuk bersenang-senang, kalian mau kan? He.. he.. he..!” tambah pria berbaju coklat sembari tertawa.“Jangan Tuan..! Kami ingin pulang,” salah seorang dari para wanita itu memohon.“Tidak akan lama, hanya sebentar saja,” pria berpakaian merah membujuk, semua wanita itu menggelengkan kepala.Melihat hal itu pria berbaju coklat memberi isyarat pada temannya untuk segera berbuat sesuatu, pria berpakaian merah itu pun mengerti dan langsung menangkap salah seorang dari mereka, begitu pula dengan pria berbaju coklat menarik salah satu dari beberapa wanita itu.“Tolong...! Tolong...!” teriak dua orang wanita yang saat itu ditarik paksa oleh pria berpakaian merah dan coklat, begitu pula dengan para wanita lainnya.“Jika kalian teriak lagi akan kami bunuh mereka...!” gertak pria berpa
“Pangeran Durjana memang sosok yang kurang ajar dan selalu membuat keonaran di mana-mana, makanya kami datang ingin bertanya banyak tentangnya kepada Baginda yang tentu saja sangat mengenalnya,” tutur Arya.“Ya, saya tentu saja sangat mengenalnya karena Kerajaan ini di bawah kendalinya. Saya dan seluruh prajurit Kerajaan tak berdaya saat dia dan pasukannya menyerang secara tiba-tiba beberapa tahun yang lalu, memang dia tak mengambil alih tahta Kerajaan Mandalu ini tapi saya merasa sama saja karena saya dan seluruh rakyat Kerajaan Mandalu tersiksa dengan upeti yang sangat tinggi yang harus kami bayar setiap bulannya,” Satrio Mandalu hentikan sejenak ceritanya sambil menarik napas dalam-dalam.“Pangeran Durjana memiliki pasukan yang sangat besar saat ini mencapai 2.000 orang, dan dia juga memiliki sebuah padepokan yang besar setara dengan istana Kerajaan besar di Pulau Jawa ini. Padepokan itu bernama Padepokan Neraka yang bertempat tidak jauh dari Gunung Merapi tepat di sebelah timur le
“Maafkan saya yang mulia, saya datang menghadap karena hendak menyampaikan sesuatu,” ucap penjaga itu setelah sebelumnya memberi sembah hormat.“Oh, silahkan penjaga apa yang hendak kau sampaikan,” ujar Sang Raja yang bernama Satrio Mandalu itu.“Di depan ada tiga orang ingin bertemu dengan yang mulia, mereka mengatakan dari istana Kerajaan Demak.”“Hah? Ada utusan dari Kanjeng Sultan Demak? Kenapa tidak dipersilahkan saja masuk?”“Maaf yang mulia, kami tentunya harus memberi laporan terlebih dahulu seperti yang mulia perintahkan,” jawab penjaga itu.“Hemmm, ya sekarang kau bawa mereka masuk menghadap saya di sini.”“Baik yang mulia,” penjaga itu memberi sembah hormat lalu meninggalkan ruangan itu.Beberapa saat kemudian penjaga itu datang kembali beserta ketiga orang yang mengaku dari istana Kerajaan Demak, setelah mengantar ketiga tamu itu penjaga itupun kembali ke depan pintu gerbang.“Sebuah kehormatan atas kedatangan kalian bertiga yang merupakan utusan dari Kanjeng Sultan Demak,
“Dasar bocah bejad, masih saja tak percaya..!”Habis berkata pria berpakaian coklat itu berubah menjadi sosok bertubuh besar empat kali lipat besar dan tingginya dari tubuh ia sebelumnya, sosok itu sangat menyeramkan memiliki satu mata di tengah-tengah wajahnya dan bertanduk di bagian belakang kepalanya.“Sudah Guru..! Cepat Guru menyamar kembali, nanti ada yang melihat,” seru Pangeran Durjana yang terkejut sekaligus yakin jika sosok itu memang Gurunya.Sosok bertubuh besar bertanduk di bagian belakang kepalanya yang tidak lain adalah Setan Tanduk Neraka kembali merubah wujudnya menjadi seorang pria berpakaian coklat, beberapa kali ia menyentil-nyentil kuping Pangeran Durjana karena dari awal muridnya itu tak percaya padanya.“Luar biasa..! Saya tak menyangka Guru juga memiliki ilmu bisa merubah bentuk tubuh seperti ini, makanya saya tadi tidak percaya karena memang Guru tidak pernah mengatakan dapat berubah wujud,” puji Pangeran Durjana.“Hemmm, tapi ilmu ini tak bisa diwariskan kepa
Seorang pria berbadan kekar berparas cukup tampan mengenakan pakaian coklat berjalan santai menuju Lembah Neraka, pria itu datang dari arah selatan dan mulai memasuki kawasan yang saat ini diawasi oleh para mata-mata dan para anggota yang dipilih Padepokan Neraka yang di pimpin Pangeran Durjana itu.Baru saja menjejakan kaki masuk di kawasan itu, seorang mata-mata padepokan datang menghadang yang diikuti beberapa orang bersenjata golok dan tombak.“Berhenti..! Kau memasuki kawasan padepokan kami, kau siapa dan ada keperluan apa masuk ke sini?” tanya mata-mata padepokan.“Hemmm, saya hendak bertemu dengan Ketua kalian Pangeran Durjana,” jawab pria berpakaian coklat itu.“Katakan dulu kau siapa dan ada perlu apa menemui Ketua kami..!”“Kalau berkenaan dengan keperluan apanya saya menemui Ketua kalian itu rahasia dan tak perlu juga kalian ketahui, jika saya tidak diperbolehkan ke padepokan kalian tidak apa saya tunggu saja di sini. Yang pasti katakan pada Ketua kalian itu bahwa saya Seta
Sembari menunggu matahari agak condong ke barat, tengah hari itu mereka manfaatkan untuk beristirahat dan makan siang bersama. Dari arah barat tampak pula 3 orang yang tengah berjalan santai meniti pematang sawah menuju dangau tempat beberapa petani sedang makan siang bersama itu, mereka terdiri dari satu orang wanita dan dua orang pria.Para petani di dangau sempat arahkan pandangan ke arah ketiga orang yang tengah meniti pematang itu, mereka saling pandang seperti bertanya apakah ada di antara mereka yang mengenal tiga orang yang berjalan di pematang sawah menuju ke arah dangau mereka itu.Keseluruh para petani itu menampakan raut wajah yang bingung pertanda tak ada satupun di antara mereka yang mengenali tiga orang yang saat itu telah dekat dengan dangau tempat mereka duduk makan siang bersama, dua orang di antara petani itu hentikan makan lalu berdiri dari duduknya berjalan menghampiri ketiga orang yang telah tiba di depan dangau itu.“Maaf, jika kehadiran kami telah mengganggu is
Bayangan hitam yang sangat besar tiba-tiba saja muncul tepat di depan Setan Tanduk Neraka duduk bersila melakukan semedi, saking besarnya puncak kepalanya menyentuh langit-langit goa padahal dia juga memposisikan tubuhnya duduk di atas batu besar di depan Guru Pangeran Durjana itu.Makin lama bayangan itu semakin jelas wujudnya yang tak kalah menyeramkan dengan wujud Setan Tanduk Neraka, kehadirannya di sana membuat dinding-dinding goa bergetar hebat seakan mau runtuh.“Ha.. ha.. ha..! Ada gerangan apa kau memanggilku ke sini, Setan Tanduk Neraka..?!” kembali dinding-dinding goa itu bergetar hebat, Setan Tanduk Neraka membuka matanya.“Terimalah sembahku yang mulia Raja Setan Sejagad,” ucap Setan Tanduk Neraka memberi sembah, sosok raksasa di depannya itu hanya anggukan kepala.“Maafkan saya yang mulia jika saya lancang memanggil yang mulia Raja datang ke sini, adapun tujuannya hendak meminta bantuan menyempurnakan ilmu tanduk neraka yang mulia sematkan di kepala saya. Yang mulia berk
Para anggota atau anak buah Pangeran Durjana yang mendiami padepokan itu telah mencapai 2.000 orang, itu semua karena Padepokan Neraka memang memiliki daya tarik kuat untuk bergabung menjadi anggota sebab merasa terjamin kehidupan mereka di sana dengan berlimpah ruahnya upeti yang mereka terima dari berbagai Kerajaan dan padepokan yang telah mereka taklukan.Namun begitu Pangeran Durjana yang serakah itu masih belum puas dengan menguasai kawasan timur Pulau Jawa itu saja, ia ingin dapat menguasai seluruh Pulau Jawa dari timur hingga kawasan barat seperti yang dikehendaki Gurunya Si Setan Tanduk Neraka itu.Kedatangan Pangeran Durjana di halaman padepokan di sambut oleh Dipo Geni sebagai tangan kanannya atau di Kerajaan sebagai Panglima, melihat raut wajah junjungannya tidak terlihat gembira Dipo Geni tak berani bertanya selain mengiringi junjungannya itu hingga ke dalam ruangan kebesaran Padepokan Neraka itu.“Dipo Geni, selama saya pergi meninggalkan padepokan ini apakah ada Kerajaan
Tanpa menunggu waktu lama lagi Pangeran Durjana segera meninggalkan goa itu, ia menuju ke arah timur itu artinya di akan kembali ke padepokannya di Lembah Neraka di kawasan Gunung Merapi.Setan Tanduk Neraka sebenarnya sosok mahkluk astral sejenis jin yang sebelum dimasuki roh Sura Brambang sosok bertubuh empat kali lipat manusia biasa itu tidak pernah bisa dilihat dan dia pun tak bisa juga menunjukan dirinya setiap saat kepada manusia.Roh Sura Brambang yang selalu gentayangan berupa arwah penasaran itu, takan pernah merasa senang jika Tanah Jawa belum mengalami kehancuran karena memang semasa hidupnya dulu merupakan dedengkot tokoh golongan hitam. Melalui raga halus mahkluk astral yang mengerikan itulah, ia dapat berkomunikasi dan bisa dilihat oleh Pangeran Durjana sebagai murid sekaligus jalan mewujudkan keinginan jahatnya itu yang ingin melihat kehancuran di muka bumi terutama Pulau Jawa.Sosok Setan Tanduk Neraka bukan saja berwujud mengerikan tapi juga memiliki ilmu yang luar bia