Share

Bab 93. Makin Sengit

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 21:40:15

“He.. he.. he..! Baru disentil sedikit saja kau sudah kasak kusuk, benar-benar gagak lumpuh..!” Arya cengengesan membuat Sandaka makin gusar.

“Jangan sombong kau bocah edan..! Hiyaaaaat...! Wuuuuuus..!” kedua kaki Sandaka melesat seperti hendak menggunting bagian pergelangan kaki Arya, dengan cepat pula Arya lambungkan tubuhnya ke udara hingga sapuan itu hanya menerpa udara kosong.

“Wuuuuuuuuuuuuus..! Deeeeeees..! Bruuuuuk..!” tiba-tiba saja sebuah sinar hitam melesat cepat membuat Arya terkejut dan hanya menangkis dengan tangan kosong bertenaga dalam rendah, akibatnya sang pendekar yang masih berada di udara terpental bergulung-gulung lalu jatuh tertelungkup di tanah.

“Sial..! Curang kau gagak jelek..!” umpat Arya sambil berdiri dan mengeletik-letik pergelangan tangannya yang terasa panas dan keram.

“Ha.. ha.. ha..! Bagaimana ajian Gagak Menepuk Semut ku ampuh kan?” Sandaka tertawa senang karena telah berhasil membuat Arya terjatuh tertelungkup di tanah dengan melepaskan ajian yang i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 94. Tewasnya Sandaka

    “Baiklah jika pilihanmu begitu, jangan salahkan aku jika nanti Gagak Hitam Dari Utara hanya tinggal nama..! He.. he.. he..!” seru Arya lalu cengengesan kembali.“Kau dalang dari semua ini hingga membuat padepokanku hancur dan seluruh anggotaku tewas..! Aku bersumpah akan membunuhmu saat ini juga..!” Sandaka tiba-tiba murka karena melihat para anak buahnya tewas bergelimpangan serta bangunan padepokannya ambruk di lalap api.Ia berdiri tegak lalu berkomat-kamit, kedua telapak tangannya ia rapatkan sejajar dengan kening. Asap berwana hitam bercampur dengan warna kuning muncul di sela-sela telapak tangan yang ia rapatkan itu, makin lama makin mengepul.“Ajian Gagak Meraga Sukma...! Hiyaaaaaaat...!” seketika tubuh Sandaka menjadi dua, dengan posisi yang sama. Keduanya kemudian bergerak dan sekarang berada di sisi kanan dan kiri tubuh Arya berdiri berjarak 5 tombak, salah satu telapak tangan dari kedua sosok tubuh kembar itu di rentangkan ke depan.“Wuuuuuuuus..! Wuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 95. Dewa Pengemis Mencari Arya

    Beberapa santri pilihan Kiai Bimo diminta terlebih dahulu kembali ke pemondokan, mereka berangkat dengan kuda-kuda yang tadinya di pakai oleh anggota Padepokan Gagak Hitam dalam melakukan aksi mereka ke desa-desa di kawasan selatan dan utara Desa Sampang itu.Sementara Arya dan Mantili bergerak ke hutan tempat mereka menemukan pengungsi dari Desa Sampang pada saat mereka hendak menuju desa-desa di kawasan itu, kedatangan mereka di sana tentu di sambut gembira oleh para warga yang bermukim di tengah-tengah hutan itu.“Bagaimana Mas Arya, apakah sekarang rencana penyerangan gerombolan pengacau di desa kami itu akan dilaksanakan?” tanya Kamra salah seorang pengungsi Desa Sampang yang mendiami hutan itu.“Hemmm, kami datang ke sini bukan untuk mengajak kalian menyerang para anggota Padepokan Gagak Hitam itu. Melainkan memberitahu kalian jika mereka telah berhasil kami tumpas dengan para warga Desa Karapan, Desa Tengger dan Desa Kidung. Sekarang kalian telah aman untuk kembali ke kediaman

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 96. Desa Telaga

    “Benar Kiai, dan mereka datang dari Pulau Jawa. Setelah berhasil mengusir warga Desa Sampang mereka mendirikan padepokan itu di sana, dan sekarang bangunan Padepokan Gagak Hitam itu telah rata dengan tanah di bakar warga seperti yang mereka lakukan dulu pada belasan rumah warga Desa Sampang,” tutur Arya.“Alhamdulilah, mereka telah mendapatkan azab dari Gusti Allah atas perbuatan keji yang mereka lakukan. Dan sekarang para warga Desa Sampang yang mengungsi sudah dapat kembali ke rumah mereka,” ucap Kiai Bimo.Hanya tinggal satu tugas lagi yang hendak dilakukan Arya berkaitan dengan penumpasan Padepokan Gagak Hitam yaitu menyampaikan pesan ke Kerajaan Dharma di Pulau Dewata bahwasanya Desa Sampang telah aman, hal itu tentu saja dapat ia wakilkan pada Kiai Bimo yang dapat menyuruh 3 sampai 5 orang santrinya menuju Kerajaan yang di pimpin Sekar itu.*****“Jegeeeeeeer...! Jegeeeeeeeeeer..!” kilat dan petir berkejar-kejaran di langit yang hitam pekat, hujan yang turun sejak kemarin siang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 97. Berlayar Ke Pulau Jawa

    “Entahlah Mas, moga saja mereka bisa memaklumi jika 3 bulan ke depan hingga kita dapat panen kembali tidak meminta upeti yang dulu wajib kita berikan setiap bulannya.”“Hujan sepertinya sudah reda, moga air yang menggenangi desa kita cepat surut hingga kita tak perlu berhari-hari berada di kawasan perbukitan ini,” harap Pamungkas memandang ke depan dan ke atas langit hujan tak lagi lebat melainkan menyisakan gerimis saja.“Iya Mas, moga saja cepat surut. Sekarang apa yang musti kita lakukan Mas menjelang kita dapat kembali ke pemukiman desa?” tanya Warso.“Nanti kita pikirkan, sekarang temani aku untuk menemui para warga yang mengungsi di kawasan perbukitan ini. Dini, kamu di sini dulu ya dengan anak-anak dan beberapa warga lainnya? Aku mau melihat para pengungsi di tempat lainnya,” tutur Pamungkas pada istrinya.“Baik Kang Mas, hati-hati.”Pamungkas di temani Warso melangkah dari bawah pohon besar itu menemui para warga desa yang menyebar mengungsi di seluruh kawasan perbukitan itu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 98. Menuju Desa Tandur

    “Kamu tadi mengatakan akan mengunjungi makam kedua orang tuamu di Desa Tandur, apakah desa itu berada dekat dengan ujung timur Pulau Jawa tempat kita berlabuh nanti?” tanya Arya.“Cukup jauh juga Mas, Desa Tandur tempat kelahiranku itu berdampingan dengan desa-desa lainnya hingga sampai ke Kali Mas.”“Kali Mas?”“Kali Mas itu salah satu cabang anak sungai dari Sungai Brantas yang membentang panjang dan bermuara di kawasan timur Pulau Jawa itu.”“Oh begitu, jadi banyak desa-desa lainnya setelah desa mu itu?”“Ya Mas, para warga di desa-desa itu sama halnya bermata pencaharian seperti desa di Pulau Madura. Seperti bertani, berkebun, berdagang dan nelayan,” jawab Mantili.“Apakah desamu dan desa-desa tetangga itu para warganya aman dan hidup tentram?”“Entahlah Mas, aku sudah lama pula tidak singgah di sana. Moga saja para warga desa di sana hidup tentram dan damai,” harapan Mantili yang memang saat ia mengembara tidak pernah mengunjungi desanya itu, Mantili mengembara ke bagian tengah h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 99. Pedang Bulan

    “Aku sempat melihatmu melepaskan jurus yang sangat luar biasa pada saat menewaskan anak buah Ketua Padeokan Gagak Hitam, apakah itu jurus andalan yang di wariskan Kiai Bimo kepadamu?” tanya Arya sambil menambah ranting-ranting kering ke perapian.“Benar Mas, ajian itu bernama Bulan Sabit Menembus Awan. Dan pedang ini bernama Pedang Bulan,” jawab Mantili sembari membuka sarung pedang yang tersandang di punggungnya.“Hemmm, aku merasa penasaran ingin melihat kehebatan Pedang Bulan itu. Dapatkah kamu tunjukan, Mantili?”“Sebenarnya Eyang Guru melarang untuk mempergunakan Pedang Bulan ini sembarangan terkecuali dalam keadaan terdesak, tapi nggak ada salahnya juga aku tunjukan pada Mas Arya yang pasti Eyang Guru juga mengizinkannya,” tutur Mantili kemudian ia berdiri beberapa tombak di sebalik unggunan api di depan Arya.Pedang Bulan segera ia hunus dari sarungnya, kilauan cahaya putih terang memancar mulai dari pangkal hingga ujung pedang itu, Mantili menghujam pedang itu lurus ke depan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 100. Gerombolan Perampok

    “Hemmm, benar juga. Jika tidak begitu pasti bulan ini kita tak menerima apa-apa dari warga Desa Telaga yang baru saja terkena banjir,” pria berpakaian hijau yang tidak lain adalah Lenggo Lumut itu setuju dengan usulan Ratu Lentik.Padepokan Lumut sejak berdiri dan berhasil menguasai beberapa desa di kawasan itu termasuk Desa Telaga cukup berkembang, terlihat dengan bertambahnya anggota yang bergabung ke padepokan itu. Dengan upeti-upeti yang mereka peroleh dari warga desa-desa, mereka dapat membangun Padepokan Lumut lebih besar dan hidup senang.Karena itu pulalah Lenggo Lumut dan seluruh anggota Padepokan Lumut tidak akan pernah membiarkan satupun desa di kawasan itu lepaskan dari kekuasaan mereka, sementara seluruh warga desa-desa yang mereka kuasai sebenarnya merasa tertekan namun tak dapat berbuat banyak karena Lenggo Lumut dan seluruh anggota padepokan sangat kejam tak mengenal ampun bagi siapa saja dari mereka yang tak patuh.Sudah beberapa warga di desa-desa itu yang mendapatka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 101. Kepala Desa Tandur

    “Ah, Mas Arya ini ada-ada saja. Ayo kita lanjutkan perjalanan ke Desa Tandur,” Arya hanya mengangguk lalu kembali melangkah.Menjelang sore mereka berdua telah tiba di Desa Tandur tepatnya di rumah mendiang kedua orang tua Mantili, melihat rumah itu di bagian luar sudah banyak terdapat jaringan laba-laba dan terlihat kumuh tak terurus serta halaman rumah itu penuh sampah dedaunan yang berserakan, Mantili memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.Setelah bagian luar bersih dia dan Arya masuk ke dalam rumah, di dalam juga banyak sekali jaringan laba-laba yang berseliuran serta debu-dubu menempel di meja, kursi, lemari dan barang-barang lainnya.Arya ikut membantu membersihkan bagian dalam rumah Mantili dengan terlebih dahulu membuka seluruh jendela dan pintu dari rumah itu, agar udara segar masuk dan debu-debu yang dibersihkan bisa bertebangan ke luar.“Melihat dari keadaan rumahnya ini, sepertinya sudah bertahun-tahun tidak pernah kamu kunjungi. Benarkah begitu Mantili?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 111. Lenggo Lumut Murka

    “Ajian Topan Gunung Sumbing, ajian itu juga berguna untuk membentengi diri dari serangan lawan,” jawab Arya.“Lalu ajian dahsyat yang Mas gunakan untuk menghabisi Ketua Padepokan Gagak Hitam di Pulau Madura itu apa?”“Oh, kalau itu adalah salah satu ajian andalanku bernama Telapak Petir. Ajian itu akan aku keluarkan ketika saat menghadapi lawan yang memang sangat berbahaya dan sulit di taklukan,” tutur Arya.“Tapi aku minta nanti apabila kita akan bergerak menumpas Padepokan Lumut, Ketua padepokan yang bernama Lenggo Lumut itu biar aku saja yang menghadapinya. Aku ingin membalaskan dendam tewasnya kedua orang tuaku olehnya,” pinta Mantili.“Hemmm, tentu saja Mantili. Namun yang terpenting kita berhasil menumpas Padepokan Lumut di samping dendam yang hendak kamu balas pada ketua padepokan itu,” ujar Arya.“Tentu saja Mas, karena tujuan utama kita memang itu. Sedangkan urusanku dengan Lenggo Lumut adalah urusan pribadi,” Mantili memahami dan dapat menyisihkan antara tugas mulia dan dend

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 110. Ajian Cincin Bulan Menentang Angin

    “Ya Mas, sebaiknya memang kami mencari mereka ke desa-desa lainnya karena di sini tidak kami temui. Terima kasih Mas Pati kami mohon diri,” Pati Dewo hanya mengangguk sembari tersenyum berpura-pura ramah padahal di hatinya saat itu ingin menghajar rombongan Padepokan Lumut yang datang itu.Rombongan utusan Padepokan Lumut itu kembali naik ke atas kuda mereka masing-masing, kemudian berlalu meninggalkan halaman kepala Desa Cagar itu menuju desa-desa lainnya.Pati Dewo tentu saja lega dan puas karena rombongan utusan itu percaya saja dengan semua yang ia katakan jika Deka dan rombongan tidak pernah datang menemuinya, kepala Desa Cagar itu sudah cukup senang karena berhasil mengerjai anak buah Lenggo Lumut itu.*****Saat Arya dan Mantili tiba di rumah Sapto kepala Desa Tandur, di halamannya terlihat beberapa ekor kuda dan pria berpakaian serba hijau berbicara dengan kepala desa itu sambil berdiri. Mereka tampak bersitegang karena adu mulut, melihat hal itu Arya dan Mantili mempercepat l

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 109. Menaruh Harapan Pada Arya

    Pagi itu setelah beristirahat di rumah Sapto kepala Desa Tandur, Arya dan Mantili menuju Desa Telaga yang terletak tidak jauh dari desa itu di sebelah barat. Mereka berpapasan dengan beberapa warga di sana yang hendak menuju lahan persawahan, hingga Arya dan Mantili yang bertanya rumah kepala desa mereka di antar langsung oleh salah seorang warga Desa Telaga itu ke kediaman Pamungkas.Pamungkas yang memang selalu ramah menerima kedatangan tamu di kediamannya, kedatangan Arya dan Mantili pun di terima dengan baik dan sangat ramah.“Maaf sebelumnya, Kisanak berdua datang dari mana?” tanya Pamungkas.“Kami datang dari Desa Tandur Mas, namaku Arya dan ini Mantili.”“Oh dari Desa Tandur, desa tetangga yang paling terdekat rupanya. Namaku Pamungkas dan aku sebagai kepala desa di sini,” ujar Pamungkas yang juga memperkenalkan dirinya.“Ya Mas, kami juga tadi di beritahu salah seorang warga yang tadi mengantar kami ke sini,” ulas Arya.“Terima kasih sebelumnya aku ucapkan mewakili seluruh war

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 108. Amarah Dan Dendam

    “Mereka telah kembali dan sekarang tengah bersenang-senang dengan para wanita penghibur karena tugas yang mereka laksanakan berhasil,” jawab anggota padepokan bernama Saga itu.“Bagus, berarti yang menjadi masalah sekarang Deka dan rombongannya yang belum kembali.”“Benar Ketua, besok pagi secepatnya beberapa orang anggota padepokan ini akan aku perintahkan mencari mereka.”“Ya, sekarang kamu boleh kembali ke tempatmu jika memang tidak ada lagi yang hendak kamu laporkan,” ujar Lenggo Lumut.“Baik Ketua, aku mohon diri,” Lenggo Lumut mengangguk, Saga pun berlalu dari ruangan itu.******Tewasnya Sandaka yang memiliki julukan Gagak Htam Dari Utara akhirnya sampai juga beritanya ke telinga Adik seperguruannya di Padepokan Gagak Timur bernama Welung Pati, kabar itu sendiri di bawa oleh satu-satunya anggota Padepokan Gagak Hitam yang selamat dalam pertempuran sengit di Desa Sampang di Pulau Madura.Saat penyerangan Padepokan Gagak Hitam itu oleh gabungan warga 3 buah desa yang dipimpin Ary

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 107. Di Desa Cagar

    “Namaku Arya, dan ini Mantili. Kami datang dari Desa Tandur dan tak sengaja melintas di sini dan mendengar pembicaraan Mas Pati dengan para anggota Padepokan Lumut ini, maafkan kami bukannya lancang ikut campur akan tetapi kami juga tidak suka dengan orang-orang Padepokan Lumut.”“Oh, kalian berdua ternyata warga Desa Tandur. Kalian hendak ke mana?” tanya Pati Dewo.“Yang warga Desa Tandur hanya Mantili saja Mas, sedangkan aku hanya pendatang di kawasan ini. Kami tadi sebenarnya dari Desa Begawan dan memang sengaja menuju desa ini, kalau boleh tahu siapa kepala desa di sini Mas Pati?” Arya menjelaskan lalu balik bertanya.“Aku kepala Desa Cagar ini,” jawab Pati Dewo.“Oh, kebetulan sekali. Apakah kami boleh ngobrol barang sebentar dengan Mas Pati?”“Tentu saja, mari kita ngobrol di dalam,” ajak Pati Dewo, Arya dan Mantili tak segera melangkah mereka mengarahkan pandangan pada belasan anggota Padepokan Lumut yang masih berada di depan rumah itu.“Hemmm, kalian tak perlu kuatir mereka t

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 106. Perintah Menaikan Upeti

    “Baik Arya, secepatnya pula aku akan memilih beberapa orang di antara para warga yang memiliki keberanian seperti Arya katakan itu.”“Untuk mempersingkat waktu, ada baiknya kami sekarang pamit hendak menuju desa-desa lainnya Paman. Nanti kalaupun aku atau Mantili tidak sempat datang ke sini, kami akan mengutus orang untuk memberitahu Paman kapan akan kita laksanakan rencana itu,” ujar Arya sembari berpamitan.“Ya Arya, silahkan. Hati-hati,” Arya dan Mantili mengangguk kemudian berdiri dari duduknya lalu melangkah ke luar dari rumah kepala Desa Begawan itu.****Belasan penunggang kuda tampak beriringan melewati tepian persawahan warga hendak menunju pemukiman sebuah desa, melihat dari pakaian yang mereka kenakan serba hijau mereka adalah bagian dari anggota Padepokan Lumut.Setelah memasuki pemukiman desa belasan kuda itu berhenti di halaman sebuah rumah yang beberapa orang warga tampak duduk di pendopo rumah itu, seorang pria di pendapa berdiri dari duduknya dan berjalan tergesa-gesa

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 105. Padepokan Lumut Meresahkan

    “Bukan Paman, hanya aku yang warga Desa Tandur itu sementara Mas Arya berasal dari sebuah desa di ujung barat Pulau Jawa ini. Paman Wirya kenal dekat dengan Paman Sapto?” ujar Mantili.“Bukan hanya kenal kami juga telah lama bersahabat, apakah dia sekarang baik dan sehat-sehat saja di Desa Tandur itu?”“Baik dan sehat-sehat saja Paman, kami datang menemui Paman Wirya di desa ini karena ada sesuatu hal yang hendak kami rembukan dengan Paman berkaitan dengan orang-orang anggota Padepokan Lumut. Tentunya warga desa di sini juga diharuskan membayar upeti setiap bulannya kan Paman?”“Benar sekali Mantili, sebenarnya kami merasa keberatan karena upeti yang mereka inginkan terlalu besar dan cukup membuat warga desa terbebani. Akan tetapi demi tak menginginkan sesuatu hal terjadi pada diri kami, makanya kam terpaksa memenuhi keinginan mereka itu,” tutur Wirya.“Bukan hanya Paman Wirya dan warga desa di sini saja yang merasa keberatan tapi juga warga Desa Tandur, untuk itu pula kami datang ke

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 104. Lenggo Lumut Berpesta

    “Sudahlah iklaskan saja, kita memang tak dapat berbuat apa-apa. Jika kita bersikukuh mempertahankan bantuan dari desa tetangga itu bukan tidak mungkin nanti kita akan di perlakukan kasar oleh mereka bahkan bisa saja ada di antara kita yang menjadi korban,” tutur Pamungkas menyabarkan hati para warganya yang sedih atas perlakuan rombongan anggota Padepokan Lumut itu.“Sekarang beberapa dari kalian pergilah berburu untuk makan malam kita nanti, dan yang lain tetap ke lahan persawahan berkerja dan bercocok tanam kembali,” sambung Pamungkas.“Baik Mas,” ucap mereka, kemudian melakukan apa yang di perintahkan kepala desa mereka itu.Sementara di Padepokan Lumut rombongan yang tadi berhasil membawa seluruh bantuan dari desa tetangga di Desa Telaga itu di puji oleh Lenggo Lumut, mereka di perlakukan spesial di padepokan itu.“Mari kita minum bersama atas keberhasilan kalian ini..! Ha..ha..ha..!” seru Lenggo Lumut mengajak rombongan anak buahnya yang dari Desa Telaga itu untuk berpesta minuma

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 103. Dendam Mantili

    “Mereka semua berlarian mengungsi ke daerah perbukitan di sebelah utara desa itu, setelah sehari semalam pula mereka mengungsi begitu air Kali Mas surut dan pemukiman mereka telah layak untuk dihuni mereka pun kembali ke desa,” Sapto menjelaskan.“Kasihan mereka ya, Paman?”“Ya, siang tadi kami seluruh warga desa di sini memberi bantuan berupa beras dan lauk pauk karena lahan persawahan dan persediaan makanan mereka habis semua di sapu arus banjir.”“Berapa lama bantuan tadi siang itu dapat mereka gunakan, Paman?”“Kalau dari warga Desa Tandur ini saja, mungkin dapat mereka gunakan 3 sampai 4 hari saja, tapi desa-desa tetangga lainnya juga pasti membantu hingga nanti mereka dapat menggunakannya untuk kebutuhan 3 minggu hingga sebulan.”“Mereka juga kawasan desa di bawah kekuasaan Padepokan Lumut, Paman Sapto?” kali ini Mantili yang bertanya.“Ya, mereka juga musti membayar upeti setiap bulannya ke padepokan itu.”“Wah, bahaya kalau sampai anggota Padepokan Lumut menagih upeti bulan in

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status