Share

Bab 101. Kepala Desa Tandur

Penulis: Andy Lorenza
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 22:13:03

“Ah, Mas Arya ini ada-ada saja. Ayo kita lanjutkan perjalanan ke Desa Tandur,” Arya hanya mengangguk lalu kembali melangkah.

Menjelang sore mereka berdua telah tiba di Desa Tandur tepatnya di rumah mendiang kedua orang tua Mantili, melihat rumah itu di bagian luar sudah banyak terdapat jaringan laba-laba dan terlihat kumuh tak terurus serta halaman rumah itu penuh sampah dedaunan yang berserakan, Mantili memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.

Setelah bagian luar bersih dia dan Arya masuk ke dalam rumah, di dalam juga banyak sekali jaringan laba-laba yang berseliuran serta debu-dubu menempel di meja, kursi, lemari dan barang-barang lainnya.

Arya ikut membantu membersihkan bagian dalam rumah Mantili dengan terlebih dahulu membuka seluruh jendela dan pintu dari rumah itu, agar udara segar masuk dan debu-debu yang dibersihkan bisa bertebangan ke luar.

“Melihat dari keadaan rumahnya ini, sepertinya sudah bertahun-tahun tidak pernah kamu kunjungi. Benarkah begitu Mantili?” tanya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 102. Bantuan Dari Desa Tetangga

    “Mereka adalah orang-orang Padepokan Lumut, mereka mewajibkan seluruh warga desa untuk memberi upeti kepada mereka setiap bulannya,” kembali Sapto menjawab dengan rasa tertekan dengan ketentuan yang ditetapkan Padepokan Lumut itu.“Orang-orang Padepokan Lumut? Dan memaksa para warga di sini untuk memberi upeti setiap bulannya? Kurang ajar..! Cepat tunjukan di mana Padepokan Lumut itu berada Paman? Biar aku hajar mereka..!” Mantili geram dan tak sabar ingin membuat perhitungan dengan anggota Padepokan Lumut itu.“Sabar Mantili, jangan keburu emosi. Mereka memiliki anggota yang tidak sedikit ada puluhan orang,” ujar Sapto berusaha agar Mantili tidak bertindak nekad.“Benar apa yang dikatakan Paman Sapto itu, Mantili. Sebuah padepokan tentu banyak memiliki anggotanya dan kita tak boleh gegabah dalam bertindak,” Arya ikut menyabarkan hati Mantili yang tersulut emosi dan juga dendam kedua orang tuanya yang tewas oleh mereka.“Ya Mas, aku memang tak seharusnya memperturutkan amarahku yang b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 103. Dendam Mantili

    “Mereka semua berlarian mengungsi ke daerah perbukitan di sebelah utara desa itu, setelah sehari semalam pula mereka mengungsi begitu air Kali Mas surut dan pemukiman mereka telah layak untuk dihuni mereka pun kembali ke desa,” Sapto menjelaskan.“Kasihan mereka ya, Paman?”“Ya, siang tadi kami seluruh warga desa di sini memberi bantuan berupa beras dan lauk pauk karena lahan persawahan dan persediaan makanan mereka habis semua di sapu arus banjir.”“Berapa lama bantuan tadi siang itu dapat mereka gunakan, Paman?”“Kalau dari warga Desa Tandur ini saja, mungkin dapat mereka gunakan 3 sampai 4 hari saja, tapi desa-desa tetangga lainnya juga pasti membantu hingga nanti mereka dapat menggunakannya untuk kebutuhan 3 minggu hingga sebulan.”“Mereka juga kawasan desa di bawah kekuasaan Padepokan Lumut, Paman Sapto?” kali ini Mantili yang bertanya.“Ya, mereka juga musti membayar upeti setiap bulannya ke padepokan itu.”“Wah, bahaya kalau sampai anggota Padepokan Lumut menagih upeti bulan in

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 104. Lenggo Lumut Berpesta

    “Sudahlah iklaskan saja, kita memang tak dapat berbuat apa-apa. Jika kita bersikukuh mempertahankan bantuan dari desa tetangga itu bukan tidak mungkin nanti kita akan di perlakukan kasar oleh mereka bahkan bisa saja ada di antara kita yang menjadi korban,” tutur Pamungkas menyabarkan hati para warganya yang sedih atas perlakuan rombongan anggota Padepokan Lumut itu.“Sekarang beberapa dari kalian pergilah berburu untuk makan malam kita nanti, dan yang lain tetap ke lahan persawahan berkerja dan bercocok tanam kembali,” sambung Pamungkas.“Baik Mas,” ucap mereka, kemudian melakukan apa yang di perintahkan kepala desa mereka itu.Sementara di Padepokan Lumut rombongan yang tadi berhasil membawa seluruh bantuan dari desa tetangga di Desa Telaga itu di puji oleh Lenggo Lumut, mereka di perlakukan spesial di padepokan itu.“Mari kita minum bersama atas keberhasilan kalian ini..! Ha..ha..ha..!” seru Lenggo Lumut mengajak rombongan anak buahnya yang dari Desa Telaga itu untuk berpesta minuma

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 105. Padepokan Lumut Meresahkan

    “Bukan Paman, hanya aku yang warga Desa Tandur itu sementara Mas Arya berasal dari sebuah desa di ujung barat Pulau Jawa ini. Paman Wirya kenal dekat dengan Paman Sapto?” ujar Mantili.“Bukan hanya kenal kami juga telah lama bersahabat, apakah dia sekarang baik dan sehat-sehat saja di Desa Tandur itu?”“Baik dan sehat-sehat saja Paman, kami datang menemui Paman Wirya di desa ini karena ada sesuatu hal yang hendak kami rembukan dengan Paman berkaitan dengan orang-orang anggota Padepokan Lumut. Tentunya warga desa di sini juga diharuskan membayar upeti setiap bulannya kan Paman?”“Benar sekali Mantili, sebenarnya kami merasa keberatan karena upeti yang mereka inginkan terlalu besar dan cukup membuat warga desa terbebani. Akan tetapi demi tak menginginkan sesuatu hal terjadi pada diri kami, makanya kam terpaksa memenuhi keinginan mereka itu,” tutur Wirya.“Bukan hanya Paman Wirya dan warga desa di sini saja yang merasa keberatan tapi juga warga Desa Tandur, untuk itu pula kami datang ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 106. Perintah Menaikan Upeti

    “Baik Arya, secepatnya pula aku akan memilih beberapa orang di antara para warga yang memiliki keberanian seperti Arya katakan itu.”“Untuk mempersingkat waktu, ada baiknya kami sekarang pamit hendak menuju desa-desa lainnya Paman. Nanti kalaupun aku atau Mantili tidak sempat datang ke sini, kami akan mengutus orang untuk memberitahu Paman kapan akan kita laksanakan rencana itu,” ujar Arya sembari berpamitan.“Ya Arya, silahkan. Hati-hati,” Arya dan Mantili mengangguk kemudian berdiri dari duduknya lalu melangkah ke luar dari rumah kepala Desa Begawan itu.****Belasan penunggang kuda tampak beriringan melewati tepian persawahan warga hendak menunju pemukiman sebuah desa, melihat dari pakaian yang mereka kenakan serba hijau mereka adalah bagian dari anggota Padepokan Lumut.Setelah memasuki pemukiman desa belasan kuda itu berhenti di halaman sebuah rumah yang beberapa orang warga tampak duduk di pendopo rumah itu, seorang pria di pendapa berdiri dari duduknya dan berjalan tergesa-gesa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 107. Di Desa Cagar

    “Namaku Arya, dan ini Mantili. Kami datang dari Desa Tandur dan tak sengaja melintas di sini dan mendengar pembicaraan Mas Pati dengan para anggota Padepokan Lumut ini, maafkan kami bukannya lancang ikut campur akan tetapi kami juga tidak suka dengan orang-orang Padepokan Lumut.”“Oh, kalian berdua ternyata warga Desa Tandur. Kalian hendak ke mana?” tanya Pati Dewo.“Yang warga Desa Tandur hanya Mantili saja Mas, sedangkan aku hanya pendatang di kawasan ini. Kami tadi sebenarnya dari Desa Begawan dan memang sengaja menuju desa ini, kalau boleh tahu siapa kepala desa di sini Mas Pati?” Arya menjelaskan lalu balik bertanya.“Aku kepala Desa Cagar ini,” jawab Pati Dewo.“Oh, kebetulan sekali. Apakah kami boleh ngobrol barang sebentar dengan Mas Pati?”“Tentu saja, mari kita ngobrol di dalam,” ajak Pati Dewo, Arya dan Mantili tak segera melangkah mereka mengarahkan pandangan pada belasan anggota Padepokan Lumut yang masih berada di depan rumah itu.“Hemmm, kalian tak perlu kuatir mereka t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 108. Amarah Dan Dendam

    “Mereka telah kembali dan sekarang tengah bersenang-senang dengan para wanita penghibur karena tugas yang mereka laksanakan berhasil,” jawab anggota padepokan bernama Saga itu.“Bagus, berarti yang menjadi masalah sekarang Deka dan rombongannya yang belum kembali.”“Benar Ketua, besok pagi secepatnya beberapa orang anggota padepokan ini akan aku perintahkan mencari mereka.”“Ya, sekarang kamu boleh kembali ke tempatmu jika memang tidak ada lagi yang hendak kamu laporkan,” ujar Lenggo Lumut.“Baik Ketua, aku mohon diri,” Lenggo Lumut mengangguk, Saga pun berlalu dari ruangan itu.******Tewasnya Sandaka yang memiliki julukan Gagak Htam Dari Utara akhirnya sampai juga beritanya ke telinga Adik seperguruannya di Padepokan Gagak Timur bernama Welung Pati, kabar itu sendiri di bawa oleh satu-satunya anggota Padepokan Gagak Hitam yang selamat dalam pertempuran sengit di Desa Sampang di Pulau Madura.Saat penyerangan Padepokan Gagak Hitam itu oleh gabungan warga 3 buah desa yang dipimpin Ary

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 109. Menaruh Harapan Pada Arya

    Pagi itu setelah beristirahat di rumah Sapto kepala Desa Tandur, Arya dan Mantili menuju Desa Telaga yang terletak tidak jauh dari desa itu di sebelah barat. Mereka berpapasan dengan beberapa warga di sana yang hendak menuju lahan persawahan, hingga Arya dan Mantili yang bertanya rumah kepala desa mereka di antar langsung oleh salah seorang warga Desa Telaga itu ke kediaman Pamungkas.Pamungkas yang memang selalu ramah menerima kedatangan tamu di kediamannya, kedatangan Arya dan Mantili pun di terima dengan baik dan sangat ramah.“Maaf sebelumnya, Kisanak berdua datang dari mana?” tanya Pamungkas.“Kami datang dari Desa Tandur Mas, namaku Arya dan ini Mantili.”“Oh dari Desa Tandur, desa tetangga yang paling terdekat rupanya. Namaku Pamungkas dan aku sebagai kepala desa di sini,” ujar Pamungkas yang juga memperkenalkan dirinya.“Ya Mas, kami juga tadi di beritahu salah seorang warga yang tadi mengantar kami ke sini,” ulas Arya.“Terima kasih sebelumnya aku ucapkan mewakili seluruh war

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 134. Berkelahi Dengan Harimau

    Harimau besar itu mengaum dahsyat, tubuhnya menerkam ke depan. Dua kaki depannya siap menekan ke arah dada, sedang mulutnya yang terbuka lebar mencari sasaran di leher Dewi Sasanti. Hanya sesaat lagi binatang buas itu akan melahap mangsanya, tiba-tiba dari balik sebatang pohon menderu satu sambaran angin yang sangat deras.Angin itu menghantam tubuh harimau itu hingga terpental beberapa tombak, terkapar di tanah, bangun terhuyung-huyung. Kepalanya di geleng-gelengkan lalu terdengar aumannya yang menggetarkan rimba belantara itu, untuk beberapa saat lamanya binatang itu hanya mengaum saja.Rupanya hantaman angin keras tadi walau tidak mendatangkan cidera tapi cukup membuatnya nanar, saat itu Dewi Sasanti terduduk di tanah dengan muka pucat. Dia tidak mampu lagi berteriak, apalagi beranjak menyelamatkan diri.Di saat Dewi Sasanti seperti pasrah menerima kematian di tangan harimau, tiba-tiba sesosok tubuh berkelebat di depannya. Gadis itu melihat seorang pemuda berambut gondrong berpakai

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 133. Pergi Tanpa Dikawal

    "Tadinya Ananda sengaja merahasiakan apa yang telah terjadi sekitar beberapa hari lalu, tapi saat ini Ananda harus memutuskan untuk rnenceritakannya agar Ayahanda bersedia memenuhi permintaan Ananda membebaskan pemuda itu."Lalu Raden Ayu Dewi Sasanti menuturkan suatu peristiwa yang selama ini tidak diketahui oleh Sang Prabu maupun Permaisuri.Pagi itu ketika seorang pengasuh di Istana memberi tahu bahwa dua orang pengawal yang biasa melatihnya menunggang kuda siap menunggu, puteri bungsu Sang Prabu mengatakan bahwa dirinya kurang sehat, latihan hari itu ditunda saja sampai besok.Sebenarnya Dewi Sasanti punya rencana sendiri yang sudah sejak lama ingin dilakukannya di sebuah hutan kecil di Timur Laut Kerajaan Kediri itu, tak berapa jauh dari Gunung Kawi sejak lama diketahui orang banyak terdapat kupu-kupu dari berbagai jenis ukuran dan bentuk.Warnanya juga macam-macam dan sangat menarik hati, Raden Ayu Dewi Sasanti ingin sekali pergi ke sana untuk melihat dan menangkap binatang-bina

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 132. Dewi Sasanti

    Arya lalu ulurkan kedua tangannya, seorang prajurit cepat membelenggu kedua pergelangan tangan Arya dengan belenggu besi, sementara beberapa orang prajurit lainnya sibuk menolong 5 kawan mereka yang cidera."Bawa tawanan ini ke penjara di tembok Timur Istana. Jangan lepaskan belenggunya, dua orang harus selalu mengawal pintu penjara siang malam." kata Panglima Suta Soma pada bawahannya, beberapa prajurit segera menggiring Arya meninggalkan ruangan itu.Sebelum melangkah pergi Pendekar Rajawali Dari Andalas berhenti di depan Suta Soma, dia keluarkan suara bersiul lalu berkata,"Terima kasih atas perlakuan yang sangat mengesankan ini, saya merasa sebagai tahanan terhormat. Bukan maling bukan pencuri juga bukan perampok, Kau tak usah kuatir saya akan melarikan diri. Karena itu saya tidak memerlukan belenggu besi ini!" Arya salurkan tenaga dalam, kedua tangannya bergetar.“Traakk!” belenggu itu terbelah dua.Selagi semua orang terkesiap menyaksikan kejadian itu, Arya berpaling ke arah San

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 131. Dituduh Mata-mata

    "Saya bisa memberikan bukti yang Sang Prabu minta," berkata Arya."Bisa ditanyakan pada beberapa orang prajurit istana kecil yang sempat saya telanjangi di sungai!"Paras Patih Samba Dirga dan Panglima Suta Soma jadi berubah, para Pendeta tundukkan kepala, beberapa di antaranya senyum-senyum."Cukup!" Sri Baginda berdiri dari duduknya."Kau tidak bisa memberikan bukti, Malah bicara ngawur!" Arya jadi jengkel."Sang Prabu, kewajiban saya hanya melapor. Karena saya merasa Kerajaan Kediri ini dalam bahaya. Bukan tugas saya memberikan bukti-bukti, itu adalah tugas orang-orang Kerajaan Kediri sendiri untuk menyelidiki kebenarannya. Saya bicara apa adanya, jika saya berkata dusta saya bersedia dihukum!""Orang muda!" bentak Suta Soma."Kau tidak layak mengajari Sang Prabu!" Arya menatap wajah Panglima Kerajaan Kediri itu sesaat lalu berkata,"Saya yang tolol mana berani mengajari Raja, jika tidak dipercaya sebaiknya saya pergi saja dari sini." Arya memutar tubuhnya."Kau ku tuduh memberi ke

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 130. Bertemu Baginda Prabu

    "Mengenai penghinaan yang kita lakukan terhadap pimpinan utusan Raja Cina itu, apakah kalian tidak melihat bahwa itu adalah lebih ringan dibanding dengan penghinaan yang mereka lemparkan pada kita. Mereka meminta agar kita tunduk kepada Kerajaan Cina!" pelipis Sang Prabu tampak bergerak-gerak tanda dia menahan amarah yang besar."Raja Cina itu boleh mengirim serdadunya ke sini, dia boleh menyerbu Kerajaan Kediri. Kita akan menghajar mereka sampai hancur, Tidak ada satu Kerajaan pun mampu menundukkan Kerajaan lain yang terpisah jauh. Mereka mungkin bisa menang, tapi hanya sesaat. Begitu jalur perbekalan mereka putus, mereka akan jadi sasaran hantu kelaparan atau senjata lawan!"Panglima Suta Soma dalam hati mengagumi kecerdikan jalan pikiran Sang Prabu, tetapi bagaimana kalau Adipati Seto Wirya mempergunakan kesempatan bergabung dengan pasukan Cina untuk menyerbu Kerajaan Kediri? Rasa-rasanya Kerajaan Kediri hanya akan sanggup bertahan satu hari satu malam. Setelah itu… Hal itulah yang

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 129. Kuatir Akan Malapetaka

    Dia maklum petir dan guntur tadi merupakan suatu pertanda yang tidak baik, Mungkin tidak baik bagi dirinya tapi mungkin sekali bagi Kerajaan.“Ya Dewa Bhatara, hal apakah yang akan terjadi di Kerajaan Kediri ini?” berucap Sri Baginda dalam hatinya.Sang Prabu naik ke atas kereta, rombongan yang baru saja melakukan upacara keagamaan itu bergerak cepat menuju istana Kerajaan. Di tengah jalan, Patih Samba Dirga yang duduk di samping Sri Baginda berkata."Sang Prabu jika saya boleh mengusulkan, begitu sampai di istana sebaiknya kita mengadakan pertemuan. Sebenarnya hal ini sudah agak lama kami inginkan, pertanda di candi tadi membuat saya merasakan pertemuan itu suatu hal yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan." Sang Prabu termenung mendengar kata-kata patihnya itu, namun akhirnya dia menganggukkan kepala."Beritahu yang lain-lain," katanya.Begitu sampai di istana Kerajaan Sang Prabu langsung masuk ke sebuah ruangan yang biasa dipergunakan untuk pertemuan-pertemuan penting dan mend

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 128. Prabu Jayabaya

    "Kalau kau memang mau mati, tidak usah menunggu lama. Di hutan ini banyak binatang buas dan binatang berbisa. Kau tinggal memilih mati cara bagaimana? Diterkam harimau atau dipatuk ular berbisa?!" mendengar kata-kata Adipati Gadra itu paras Dewa Penangis berubah, dia seperti ketakutan tetapi anehnya raut mukanya justru kelihatan kuyu sedih."Kalau begitu biar aku ikut bersama Raden," kata Dewa Penangis dan cepat bangkit berdiri."Ikut aku itu sudah pasti Dewa Penangis, tapi aku mau tahu di mana saudara mudamu yang berjuluk Dewa Pesing itu? Sebenarnya aku ingin dia ikut bergabung bersama kami.""Ah, si kentut gendut Dewa Pesing itu aku tidak pernah mengaku saudara padanya. Aku selalu diejeknya, dihina dan ditertawai.""Itu urusanku nanti kalau dia masih begitu terhadapmu, yang penting kau tahu di mana kita bisa menemukannya?" tanya Adipati Gadra, Dewa Penangis Menggeleng."Coba lihat di telapak tanganmu," kata Adipati Gadra pula."Ah, kau betul Raden. Aku baru ingat…"Masih sesenggukan

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 127. Dewa Penangis

    Rombongan itu bergerak dalam kesunyian tanpa ada yang bicara, di satu tempat telinga Adipati Gadra mendengar sesuatu, dia hentikan kudanya dan memandang berkeliling."Ada apakah Sri Baginda?" tanya seorang pengawal.Para pengikut Adipati Gadra yang setia selalu memanggil Adipati Gadra dengan sebutan Sri Baginda, walaupun pemimpin mereka itu tidak lebih dari seorang raja kecil yang tidak berdaya di satu wilayah yang kecil pula, namun mereka tetap menganggap Adipati Gadra adalah raja mereka, Raja Kerajaan Kediri yang baru."Aku mendengar sesuatu…" jawab Adipati Gadra, beberapa pengawal memasang telinga dan saling pandang.Beberapa saat kemudian salah seorang dari mereka berkata."Kami tidak mendengar suara apa-apa."Tentu saja para prajurit itu tidak atau belum mampu mendengar suara yang datangnya sangat sayup-sayup di kejauhan di dalam rimba belantara itu, karena kesaktiannya Adipati Gadra bisa mendengar suara itu yang tidak mampu didengar oleh para pengikutnya."Ikuti aku… Tapi harap

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 126. Dewa Pesing

    "Aku melihat… Ha… ha.., ha… ha…! Ada beberapa orang prajurit Kerajaan Kediri dipreteli orang celananya hingga waktu mereka keluar dari air dalam keadaan bugil! Anunya pada bergelantungan ke mana-mana….! He… ha… ha! Apakah itu menurutmu tidak lucu? Mereka kelabakan! Berusaha menutupi anu mereka itu! Lucu….! Ha…. ha… ha…" tiba-tiba suara tawanya berhenti, kedua matanya yang sipit memandang lekat-lekat kepada Arya.“Apa yang ada dalam pikiran si gendut ini?” Arya bertanya dalam hati."Heh?" Bukankah… Bukankah kau orangnya yang menelanjangi delapan prajurit Kerajaan Kediri itu?!" Arya pun tertawa lebar, sambil garuk-garuk lehernya dia mengangguk dan berkata."Memang aku yang menelanjangi mereka, mereka hendak menangkapku!" Si gemuk tertawa mengekeh."Kau ternyata pemuda jahil juga! Lain kali kalau mau menelanjangi orang, jangan lelaki tapi perempuan! Ha… ha… ha…!" Arya jadi ikut-ikutan tertawa."Mengapa mereka hendak menangkapmu?""Karena aku makan cempedak." jawab Arya."Apakah seseorang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status