Tubuh Cara menegang, tanpa sadar tangannya memegang perutnya dan seketika menyesali keputusannya mengambil satu gelas. Tadinya ia pikir Ethan akan mengajaknya minum untuk melecehkannya. Tak sulit menebak apa yang ada di otak kotor pria itu ketika menatap tubuhnya. Ia tahu ke mana keduanya akan berakhir. Dan sekarang, ia tak peduli jika tubuhnya harus menjadi boneka pemuas nafsu pria itu. Selama dirinya tidak hamil lagi. “Aku akan mengambil gelas tambahan.” Cara berbalik, dan setengah detik berikutnya memekik keras karena tubuhnya yang ditarik Ethan dan jatuh ke sofa yang empuk. “Ck, kenapa pikiranmu selalu mudah ditebak, sayang,” decak Ethan geli. “Duduklah.” “Kau ingin aku menemanimu minum, kan?” “Jika itu juga yang kau inginkan,” senyum Ethan penuh makna. Mengambil pembuka botol anggur dan membukanya. Menuangkan ke gelas yang kemudian disodorkan pada Cara. “Minumlah.” Cara meneguk ludahnya. Sejenak menatap gelas anggur yang berisi setengah lalu mengambilnya dan meneguknya dal
Part 1 Kembali Ke Sarang HarimauKedua tangan Cara saling meremas satu sama lain. keduanya lembab oleh keringat. Karena kegugupannya yang berlebihan. Kedua matanya tak berhenti menatap pintu kayu ganda yang ada di hadapannya. Menunggu setiap detik yang terasa begitu lama. Satu getaran lembut mengalihkan perhatiannya, ia gegas merogoh ponsel di dalam tasnya. Membaca pesan singkat yang dikirim oleh Zevan.‘Tarik napas dan hembuskan. Semoga berhasil.’Cara mengikuti instruksi tersebut, seketika kegugupannya perlahan berkurang dan tautan tangannya melonggar. Ia sudah melalui tes tiga kali dengan penuh perjuangan dan kegigihannya. Tes terakhir tak akan berakhir sia-sia begitu saja, kan?Pun ia sempat mendengar selentingan kabar tentang sang bos besar sedikit rewel dan cerewet untuk posisi asisten pribadi yang sedang dilamarnya saat ini. Bahkan cara bernapas pun akan salah saat suasana hati sang bos besar sedang buruk. Itulah sebabnya posisi ini memiliki bayaran yang fantastis. Daripada asi
Part 2 Kembali TertangkapTubuh Cara menggigil dan wajahnya sudah sepucat mayat, tetapi hal itu tak menghentikan kedua pemuda yang mengarahkan selang air ke tubuhnya. Seluruh tubuhnya basah kuyup, sementara kedua pemuda itu tertawa nyaring. Tangan Ethan terangkat dan kedua kaki tangannya langsung mematikan aliran air. Ethan beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Cara yang berdiri di tengah halaman. “Jadi, kau sudah berubah pikiran?”Cara menatap wajah bengis Ethan. Bibirnya bergetar hebat tetapi kepalanya masih sanggup untuk memberikan satu gelengan.Seringai Ethan membeku. Tak habis pikir dengan kekeras kepalaan yang mengerak di kepala gadis polos itu. Pandangannya bergerak turun, seragam berwarna putih yang basah tersebut membuat pakaian dalam Cara terjiplak dengan jelas. Pandangannya berhenti lebih lama di dada gadis itu.Cara yang menyadari arah pandangan Ethan seketika menghalangi tatapan lancang pria itu dengan kedua tangan. Menyilang di depan dada.Lidah Ethan berdecak tak
Tubuh Cara ditarik keluar dari dalam kolam. Duduk bersimpuh ditepi kolam sambil terbatuk-batuk. Matanya terasa perih dan tenggorokannya serasa seperti diiris. Ia minum air kolam terlalu banyak.‘Jadi, kau mau menjadi kekasihku sekarang?’Tatapan Cara kembali menunjukkan penolakan ketika menjawab tidak dengan jelas.Seringai kepuasan Ethan kembali membeku. ‘Well, aku sudah mencoba membersihkan pikiran dan tubuhmu tetapi kau masih dibutakan oleh kekeras kepalaanmu, ya?’Cara menyentakkan tangan Ethan di wajahnya. Yang membuat pria semakin berang bukan main. Menyambar pergelangan tangan Cara, menyeret gadis tak berdaya itu ke dalam rumah setelah menyuruh Zaheer dan Mano untuk pulang.Begitu keduanya sampai di dalam, Ethan membanting tubuh basah Cara ke sofa panjang.‘Kau tak memberiku pilihan, manis.’ Ethan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Cara sebelum gadis itu sempat menyadari apa yang akan dilakukannya. Menangkap kedua tangan Cara dan memakunya di atas.‘A-apa yang akan kau lakukan
‘Kau hamil, kan?’ Ethan melempar testpack di tangannya ke wajah Cara.Cara menunduk, menatap stik kecil yang mendarat di samping sepatunya. Dengan dua garis sebagai hasilnya.‘Apakah itu mlilikku?’ dengus Ethan.Cara menelan ludahnya. Kata-kata Ethan memang menyakitkan, tetapi ada fakta yang lebih buruk daripada keraguan pria itu sendiri. Ia tak sudi mengandung anak pria berengsek itu. ‘Kau menemukannya?’Ethan menggeram dengan dagu Cara yang sedikit terangkat ke arahnya. Sengaja menantangnya dan amarahnya memang semudah itu tersulut oleh Cara. Tangannya menangkap pundak gadis itu dan mendorongnya ke dinding. Menghimpit tubuh mungil tersebut dengan tubuh besarnya hingga Cara kesulitan bernapas.‘Apakah itu milik Zevan?’Cara membalas tatapan Ethan dengan keberanian yang hanya seujung kuku. Amarah Ethan memang semengerikan itu. ‘Ya. milik Zevan.’-Masa sekarang-Kegelapan menyemburat di seluruh permukaan wajah Ethan hanya dalam hitungan sepersekian detik. Sementara wajah Mano dan Zahee
‘Minum.’ Ethan mengulurkan dua butir obat berwarna putih yang ada di telapak tangannya.Cara melirik tak tertarik pil tersebut. Ia tak cukup tolol untuk tidak bisa menebak benda apa itu. Begitu ia mengakui bahwa anak dalam kandungannya adalah anak Zevan, tentu saja Ethan terbutakan oleh kecemburuan pria itu dan tak menunggu lama bagi pria itu untuk melenyapkan anak dalam kandungannya. Kebenciannya yang begitu mendalam pada pria itu, membuatnya semakin besar kepala untuk mempermainkan perasaan Ethan.‘Kau tahu apa yang kuinginkan.’‘Benarkah?’‘Bukankah bulan depan umurmu 17. Kau ingin menjadi orang tua di usiamu sekarang?’Cara mendengus tipis. Menampar tangan Ethan hingga dua pil tersebut jatuh ke lantai. ‘Bukan karena anak ini anak Zevan?’Wajah Ethan membeku. Bibirnya menipis keras ketika lagi-lagi nama Zevan di sebut. Ethan mengambil dua pil itu, lalu menangkap rahang Cara dan memaksa kedua pil tersebut masuk ke dalam mulut gadis itu.Cara tak memberontak, selain karena kekuatan E
Sejak Ethan membawanya ke tempat ini dua jam yang lalu, Cara masih belum menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Setelah pulang dari rumah sakit, Ethan membawanya ke penthouse pria itu –dilihat dari koleksi pakaian, tas, sepatu, jam tangan, dan dasi yang ada di ruang penyimpanan, tentu saja Ethan tinggal di tempat ini-. Salah satu bangunan yang berada di bawah naungan Anthony Group. Yang pasti dengan pengamanan tingkat tinggi.Satu-satunya jalan keluar hanya bisa menggunakan kartu akses yang dipegang oleh Ethan. Pun begitu, ada orang-orang yang bekerja di sini yang bisa keluar masuk tempat ini. Hanya saja, semuanya terlalu setia sehingga tak ada satu pun yang percaya dengan omong kosong tentang sakit perut atau kepalanya yang pusing dan ia sangat membutuhkan bantuan dokter karena luka di kakinya terasa nyeri dan tak tertahankan. Semua sandiwaranya hanya dijawab dengan jawaban yang sama. ‘Tuan Ethan melarang Anda keluar. Meskipun –maaf- Anda sekarat.’Cara benar-benar putus asa. S
‘Rh-null?’ Kedua alis Ethan berkerut dengan laporan medis yang dibawa oleh Zaheer. Ia tak sungguh menyuruh sepupunya itu membawa berkas tersebut, hanya untuk memastikan tak ada yang serius sehingga tak perlu menjadi baku hantam mereka sebuah masalah di depannya. Namun, ketidak sengajaan yang ia temukan dalam berkas tersebut berhasil menarik perhatiannya. ‘Kenapa golongan darahnya Rh-null? Bukankah dia AB-?’ Zaheer menjulurkan kepala, membaca laporan tersebut. ‘Dia memang Rh-null, Ethan. Kenapa kau terkejut?’ Wajah Ethan terangkat, menatap Zaheer dengan pikirannya yang melayang ke masa lalu. Saat Cara mengalami pendarahan, sudah terlambat baginya untuk membawa gadis itu ke rumah sakit besar yang berada di bawah naungan Anthony Group. Keduanya bertemu Zevan yang baru saja turun dari mobil, dan permusuhan di antara mereka membuat Ethan tak memiliki pilihan selain menumpang di mobil pria itu. Membawa Cara ke klinik terdekat. Saat itu kecemasan yang begitu besar dan tak pernah ia