Ren Hui membuka payung yang baru saja diambilnya dari Pondok Darah Besi. Dengan santai dia memakainya kemudian bersama Baihua kembali berkeliling di Pasar Hantu.Malam yang semakin larut tidak membuat pasar gelap ini menjadi semakin sepi. Pengunjung justru terus berdatangan. Seakan-akan mereka diburu waktu untuk secepat mungkin mendapatkan barang-barang yang mereka inginkan sebelum matahari terbit."Baihua bagaimana jika kita mencicipi semangka dingin? Kau tahu, semangka di sini adalah yang paling manis dan segar." Ren Hui mengajak berbicara Baihua seperti seorang teman. Tentu saja Baihua hanya menguik saja, tidak menjawab ajakannya.Sesuai dengan ucapannya, Ren Hui mengajak rubah putih itu mampir ke sebuah kedai yang berada di tepi sungai. Dia memesan semangka dingin, semangkuk mi polos dengan sayuran, teh dan beberapa kudapan manis. Tak lupa juga semangkok tulang dan daging untuk Baihua.Mereka berdua menikmati hidangan yang mereka pesan dalam d
Ren Hui menatap payung yang berada dalam kondisi terbuka di atas meja. Jari jemarinya menyentuh bagian atas payung dengan hati-hati."Kain sutra berlapis bahan sejenis lilin," gumamnya pelan. "Tahan air dan api. Cukup awet," gumamnya lagi. Kini dia menyentuh bagian gagang payung itu. Teringat akan ucapan Pak Tua Lan Feng saat menyerahkan payung, yang merupakan benda yang dipesannya dulu, padanya."Aku membuat payung ini dengan bahan yang tidak biasa. Gagangnya terbuat dari logam yang tidak ada di Kekaisaran Shenguang dan memiliki teknik penguncian yang istimewa. Kau bisa menyimpan pedangmu di sini." Pak Tua Lan Feng menjelaskan dan menunjukkan bagaimana cara mengaktifkan teknik penguncian itu."Sungguh cerdas!" Ren Hui tersenyum kemudian dengan hati-hati menyentuh tombol kecil di gagang payung yang berukir bunga bi'an. Seketika bagian gagang dan ujungnya terpisah, meninggalkan sebuah rongga yang cukup untuk menyimpan sesu
Pasar HantuPasar Hantu di siang hari seperti kota mati. Suasana sepi tanpa banyak orang beraktivitas. Pondok, toko dan kedai semuanya tutup. Para pemilik atau penghuninya semua terlelap dalam mimpi. Sebuah ritme kehidupan yang tidak biasa bagi orang awam.Junjie dan Song Mingyu berjalan menelusuri jalanan yang sepi. Hanya ada satu dua toko yang buka. Dan beberapa cerobong asap pondok tampak mengeluarkan asap yang menandakan ada kehidupan atau aktivitas."Sepi," gumam Song Mingyu seraya memperhatikan sekelilingnya. Junjie hanya menganggukkan kepalanya. Meski sebenarnya tidak terlalu sering berkeliaran di tempat ini, tetapi dia cukup akrab dengan situasi Pasar Hantu baik siang ataupun malam hari.Pasar Hantu terletak di tempat yang terkurung bebatuan yang menjulang tinggi. Seperti terkurung dalam dinding benteng yang kokoh. Beberapa pohon-pohon tua seperti wisteria, plum dan willow yang berderet di sepanjang sungai yang mengitari tempat itu, semaki
Junjie menatap sekelilingnya. Bersama Song Mingyu, dia duduk menemani Pak Tua Lan Feng menikmati arak yang dibawakannya tadi. Pak Tua Lan Feng dikenal sangat pelupa. Dia baru ingat jika ada arak yang bagus dan lezat. Meski dia juga tidak akan sepenuhnya mengingat hal-hal yang telah berlalu."Tadi kau bertanya mengenai bocah tengik itu?" Pak Tua Lan Feng bertanya setelah meminum beberapa teguk arak. "Ah arak ini sungguh sangat lezat! Sama lezatnya dengan arak musim gugur semalam!" Dia berseru riang seraya memandangi guci arak di tangannya."Arak musim gugur?" Junjie bergumam, menoleh dan menatap Song Mingyu dari balik doupengnya. Song Mingyu pun rupanya juga tengah menatapnya. Pemuda itu menggelengkan kepalanya."Apakah semalam ada yang mengunjungimu?" Junjie bertanya dengan lembut dan santai, seakan-akan hanya sekadar bertanya sambil lalu saja."Bocah tengik itu mengunjungimu semalam. Dia membawakan arak musim gugur yang sangat lezat. Dia mengambi
Pasar desa, perbatasan Kota Yueliang Ren Hui sibuk mengeluarkan sebuah guci dari ruang penyimpanan di lantai dasar rumah berodanya. Dia berencana untuk membawanya kepada salah satu pelanggannya. "Hei kau!" Tiba-tiba saja seseorang berseru di belakangnya. Ren Hui menoleh untuk memastikan siapa yang dipanggil orang itu. "Kau Ren Hui bukan? Pedagang arak dewa?" Seorang pria bertanya padanya. Ren Hui tertegun memperhatikan pria yang berdiri di hadapannya, juga tengah menatapnya, menanti jawaban. Ada beberapa pria lain di belakangnya. Menilik penampilannya, para pria ini mungkin berasal dari sebuah sekte, klan atau keluarga yang cukup terhormat di kota itu. Dia tidak ingin berurusan dengan mereka, tetapi juga tidak mau mendapatkan masalah karenanya. "Aku memang pedagang arak, Tuan. Tetapi, aku tidak menjual arak dewa. Hanya arak biasa." Ren Hui menyahut dengan ramah seraya tersenyum kikuk. Dia pun menunjuk guci ya
Rombongan pria itu serentak maju hendak menyerang pemuda yang melindungi Ren Hui. Mereka dengan beringas menyerbunya. Ren Hui segera menghindar dengan mundur beberapa langkah dan mendekap guci araknya erat-erat."Kalian berani berurusan dengan Keluarga Song?" Tiba-tiba pria berdoupeng putih yang masih duduk dan menikmati tehnya bertanya pada rombongan pria itu.Seketika pemimpin rombongan itu mengangkat tangan. Anak buahnya pun kembali mundur. Pria itu berjalan mendekati meja. Menatap pemuda di hadapannya dengan seksama."Apa maksudmu?" tanyanya pada pria yang berbicara tadi. Dia menatap mereka bertiga silih berganti.Dia merasa heran, karena sepengetahuannya pedagang arak itu hanyalah seorang pengelana dan hanya sesekali datang ke pasar desa di perbatasan kota Yueliang. Dia bukan jenis orang dengan latar belakang yang istimewa. Meski beredar desas-desus dia adalah Dewa Arak dan mampu membuat arak yang bukan hanya lezat dan berkualitas tinggi teta
Junjie mengambil dua buah cangkir dan salah satunya diberikan pada pria dari Keluarga He itu. Junjie mengendus aroma arak dengan serius. "Harum," gumamnya seraya menunjukkan cangkirnya pada Song Mingyu.Pemuda itu kemudian mengambil cangkir yang sudah diisi arak, dari atas meja. Dia pun mengendus aromanya dan mencium aroma harum yang sangat khas. Aroma arak berkualitas tinggi dan telah disimpan sangat lama."Itu arak seribu tahun." Ren Hui menjelaskan dengan nada lesu. "Itu terbuat dari buah plum, anggur, ceri dan delima merah darah. Disuling dengan embun musim semi murni dan disimpan hampir sepuluh tahun lamanya," lanjutnya lagi menjelaskan arak yang dibawanya.Song Mingyu tersenyum kemudian tanpa ragu meneguk arak di cangkirnya hingga habis. Begitu juga dengan Junjie. Diikuti para pria dari Keluarga He."Memang arak yang bagus. Sesuai dengan namanya, arak seribu tahun. Aroma dan rasanya sangat kompleks dan istimewa seperti telah tersimpan ribuan
"Akhirnya kau datang," gumamnya pelan. Dia berjalan pelan mendekati wanita itu dan mengambil sebuah cangkir di atas meja yang dilewatinya.Dengan hati-hati diambilnya lagi guci arak miliknya di tangan wanita itu. Kemudian menuangkannya ke dalam cangkir."Minumlah!" Diserahkannya cangkir berisi arak pada wanita berhanfu biru itu. Wanita itu menerima cangkir darinya dan segera meminum arak dan menghabiskannya dalam sekali teguk."Arak yang bagus," puji wanita itu seperti tadi Junjie memuji.Ren Hui tersenyum puas. Dia berbalik kemudian membantu pria dari Keluarga He untuk berdiri. "Tuan, kau dengar apa yang dikatakan wanita itu bukan? Tidak ada arak dewa di dunia ini. Itu hanyalah mitos belaka." Ren Hui menjelaskan sekali lagi padanya. Dia bukanlah penyuling arak dewa seperti yang dirumorkan."Pulanglah! Jika tuan mudamu beruntung, mungkin guruku bersedia mengobatinya. Tidak ada gunanya lagi mempersulit pedagang arak miskin seperti dirinya.