Share

Arak Seribu Tahun

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2024-09-09 11:00:24

Junjie mengambil dua buah cangkir dan salah satunya diberikan pada pria dari Keluarga He itu. Junjie mengendus aroma arak dengan serius. "Harum," gumamnya seraya menunjukkan cangkirnya pada Song Mingyu.

Pemuda itu kemudian mengambil cangkir yang sudah diisi arak, dari atas meja. Dia pun mengendus aromanya dan mencium aroma harum yang sangat khas. Aroma arak berkualitas tinggi dan telah disimpan sangat lama.

"Itu arak seribu tahun." Ren Hui menjelaskan dengan nada lesu. "Itu terbuat dari buah plum, anggur, ceri dan delima merah darah. Disuling dengan embun musim semi murni dan disimpan hampir sepuluh tahun lamanya," lanjutnya lagi menjelaskan arak yang dibawanya.

Song Mingyu tersenyum kemudian tanpa ragu meneguk arak di cangkirnya hingga habis. Begitu juga dengan Junjie. Diikuti para pria dari Keluarga He.

"Memang arak yang bagus. Sesuai dengan namanya, arak seribu tahun. Aroma dan rasanya sangat kompleks dan istimewa seperti telah tersimpan ribuan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Kembali Ke Rumah Beroda

    "Akhirnya kau datang," gumamnya pelan. Dia berjalan pelan mendekati wanita itu dan mengambil sebuah cangkir di atas meja yang dilewatinya.Dengan hati-hati diambilnya lagi guci arak miliknya di tangan wanita itu. Kemudian menuangkannya ke dalam cangkir."Minumlah!" Diserahkannya cangkir berisi arak pada wanita berhanfu biru itu. Wanita itu menerima cangkir darinya dan segera meminum arak dan menghabiskannya dalam sekali teguk."Arak yang bagus," puji wanita itu seperti tadi Junjie memuji.Ren Hui tersenyum puas. Dia berbalik kemudian membantu pria dari Keluarga He untuk berdiri. "Tuan, kau dengar apa yang dikatakan wanita itu bukan? Tidak ada arak dewa di dunia ini. Itu hanyalah mitos belaka." Ren Hui menjelaskan sekali lagi padanya. Dia bukanlah penyuling arak dewa seperti yang dirumorkan."Pulanglah! Jika tuan mudamu beruntung, mungkin guruku bersedia mengobatinya. Tidak ada gunanya lagi mempersulit pedagang arak miskin seperti dirinya.

    Last Updated : 2024-09-09
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Menikmati Malam Di Atap Rumah Beroda

    Suasana malam di perbatasan Kota Yueliang menjelang musim gugur menjadi lebih dingin dan suram. Angin bertiup lebih kencang membawa aroma musim panas pergi. Datang kembali membawa aroma dedaunan yang mulai berguguran."Beberapa hari lagi memasuki musim gugur," gumam Song Mingyu sembari mendongakkan kepala menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang berkilauan.Dia duduk di lantai bersama Junjie dengan sebuah meja di antara mereka. Guci arak dan cangkir-cangkir serta aneka kudapan terhidang atas meja. Memeriahkan malam mereka di akhir musim panas di Kota Yueliang."Karena itu besok kita harus segera berangkat. Agar mencapai kota Chunyu sebelum musim dingin." Ren Hui meliriknya sekilas. Hanya dia yang duduk di pagar kayu teras.Mereka bertiga tengah duduk di teras di atap rumah beroda. Tidak seperti biasanya, Ren Hui memarkirkan rumah berodanya di dekat pasar desa. Meski sekarang sudah sepi, tetap saja tidak senyaman biasanya. Karena itu mereka be

    Last Updated : 2024-09-10
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Arak Dewa

    Junjie dan Song Mingyu saling berpandangan. Keduanya kemudian menatap Ren Hui lekat-lekat. Mungkin saja pedagang arak itu hanya bercanda. Karena, Ren Hui tidak pernah memberikan segala sesuatu dengan percuma."Kenapa?" Ren Hui bertanya. Dia tertawa kecil melihat mereka berdua. "Aku tidak meminta bayaran, anggap saja sebagai perayaan karena kita kembali bersama." Ucapannya begitu santai.Namun, tidak serta merta membuat Junjie dan Song Mingyu mempercayai ucapannya. Ren Hui telah berkali-kali memperdaya mereka dengan gaya tak berdayanya. Rasanya sulit untuk mempercayai dia bisa berbaik hati memberikan arak mahal dan langka secara cuma-cuma."Sebentar." Ren Hui mengibaskan lengan jubahnya, kemudian pergi ke gudang penyimpanan arak yang juga berada di atap rumah beroda itu.Dia kembali lagi dengan sebuah guci berukuran sedang. Ren Hui duduk di depan mereka berdua, meletakkan guci yang diambilnya dari dalam gudang. Dengan hati-hati dibukanya guci itu d

    Last Updated : 2024-09-10
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Tidak Ada Yang Gratis Di Dunia Ini

    Song Mingyu terbangun karena merasa tempat tidurnya berguncang pelan. Dia duduk di tepi tempat tidur dan memijit keningnya. Kepalanya terasa berat dan pusing."Aku benar-benar mabuk hingga rasanya bumi bergoyang dan melihat wanita cantik di rumah beroda pedagang arak pelit, Ren Hui," gumamnya meracau seorang diri.Dari tempatnya duduk, dia dapat melihat seorang wanita berhanfu putih tengah duduk di tempat biasanya mereka duduk dan makan bersama. Sepertinya wanita itu tengah menikmati teh dan kudapan.Song Mingyu memicingkan mata, memperhatikan wanita yang sama sekali tidak mengindahkannya. Wanita itu duduk dengan anggun. Rambut hitamnya yang panjang tergerai di punggung, tertiup angin."Dia nyata?" Sekali lagi Song Mingyu bergumam. Kemudian dia mengusap matanya dengan punggung jari telunjuknya. Setelah beberapa saat, dia menyadari jika wanita itu sangat nyata. Seketika dia melompat turun dari tempat tidurnya. Sebagai akibatnya dia terjatuh tunggan

    Last Updated : 2024-09-10
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Racun

    Perjalanan menuju kota Chunyu memerlukan waktu yang cukup lama. Dari kota Yueliang mereka harus melewati beberapa kota, desa-desa kecil, hutan dan padang rumput. Perjalanan yang menyenangkan sekaligus penuh tantangan. Apalagi mereka juga kerap berhenti untuk beristirahat dan juga mencari bahan-bahan obat di beberapa tempat yang mereka lalui. Beberapa kali mereka menghadapi bahaya dan masalah sebelum tiba di kota yang dikenal dengan cuacanya yang sejuk itu. Meski akhirnya semua dapat diatasi dengan cukup mudah. Selama perjalanan Yue Yingying yang kali ini turut serta, merawat Junjie dengan telaten. Hingga kondisi pria itu semakin membaik. Meski masih ada sisa racun bunga salju di tubuhnya. Racun bunga salju berefek dingin dan membuat penderita rentan terhadap hawa dingin dan perubahan cuaca. Kondisi tubuh juga akan semakin menurun dan akhirnya dapat membawa kematian. "Tubuhmu cukup kuat menahan racun ini selama sepuluh tahun lebih. Entah

    Last Updated : 2024-09-11
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Mengacaukan Rumah Beroda

    Song Mingyu baru menyadari kondisi Junjie sesaat setelah mereka meninggalkan perbatasan Kota Yueliang. Dia merasa aneh dengan kehadiran Yue Yingying dan juga kondisi Junjie yang tidak biasanya. Namun, Ren Hui mengatakan padanya, jika pria itu hanya kurang sehat saja."Aku baru tahu, kau bisa sakit juga." Song Mingyu berkelakar saat menemani pria itu duduk-duduk di teras rumah beroda.Yue Yingying tengah sibuk merebus obat di dapur. Dia jarang berbicara dan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mencari bahan obat serta meramunya. Sedangkan Ren Hui seperti biasanya mencari bahan-bahan untuk arak dan obat bersama Baihua."Kau kira, aku ini dewa?" Junjie menyahut dengan kesal. Akhir-akhir ini dia mudah terbawa emosi dan kerap berselisih paham dengan Song Mingyu. Semua itu disebabkan kondisinya yang tidak seperti dulu lagi.Meski kondisinya sudah lebih baik, tetapi Yue Yinying memperingatkannya untuk tidak terlalu sering menggunakan tenaga dalamnya

    Last Updated : 2024-09-11
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Teh Dan Lukisan

    Ren Hui menuangkan teh ke dalam cangkir. Ekspresi wajahnya masih datar tanpa emosi, seperti biasanya. Di kedua sisi meja, duduk kedua pria yang menundukkan kepalanya. Keduanya saling mencuri pandang seperti dua bocah yang tengah dihukum oleh guru mereka."Aku ini miskin, kalian pun sama denganku. Tidak punya banyak uang. Jika rumah berodaku ini rusak, di mana kita akan tinggal? Bagaimana arak-arakku? Bagaimana Baihua?" Ren Hui berbicara dengan tegas.Song Mingyu dan Junjie kembali saling mencuri pandang. Mereka tahu benar, Ren Hui pasti akan marah karena mereka telah mengacaukan rumah berodanya. Pedagang arak itu telah berkali-kali mengeluhkan kondisi rumah anehnya yang sudah harus direnovasi. Sayangnya dia tidak memiliki uang berlebih."Kalau begitu, ikutlah denganku!" Junjie mendongakkan kepalanya. Menegakkan punggungnya dan bersedekap dengan santai. Menatap Ren Hui dengan sepasang matanya yang berkilau bak bunga persik."Ikut denganmu? Kau saja

    Last Updated : 2024-09-11
  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Teh Teratai Hitam

    Yue Yingying hanya melirik sekilas, sama sekali tidak tertarik pada lukisan itu. Dia lebih tertarik pada kondisi Song Mingyu dan Junjie."Reaksi kalian sekilas sama, gatal. Tetapi, sepertinya hanya kau yang berhalusinasi," gumamnya seraya melepaskan totokannya pada Song Mingyu."Ulat! Ulat!" Seketika pemuda itu berteriak histeris seraya mengibaskan lengannya. Ren Jie yang tengah menggantungkan lukisan yang basah tersiram teh sangat terkejut mendengar teriakannya.Dia pergi mengambil sesuatu dari lemari obat. Kemudian menangkap lengan Song Mingyu. "Diamlah!" ucapnya pada pemuda itu. Sikap tegas dan tanpa komprominya membuat Song Mingyu tidak berani membantahnya. Apalagi tatapan matanya yang tajam, seperti bukan tatapan Ren Hui yang teduh dan lembut seperti yang selama ini dikenalnya.Setelah memastikan Song Mingyu tenang, dengan hati-hati Ren Hui mengoleskan salep pada lengannya dengan lembut dan hati-hati. Sementara Yue Yingying memeriks

    Last Updated : 2024-09-12

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Ada Aku Di Sini

    Junjie membantu Ren Hui menaiki tangga teras rumah beroda dengan hati-hati. Udara malam di gurun terasa menusuk kulit, sementara debu halus beterbangan di sekitar mereka, disapu angin kering yang tak henti-hentinya bertiup. Pria itu tidak banyak berbicara, membuat Junjie merasa tak enak hati. Namun, dia enggan menambah kecanggungan dengan pertanyaan yang mungkin hanya akan memperburuk suasana. Karena itu, dia hanya fokus membantu Ren Hui agar tidak terjadi sesuatu yang tak mereka kehendaki."Duduklah! Aku akan menyeduh obat untukmu." Junjie membawa Ren Hui ke ruang tengah rumah beroda itu. Ia menuntunnya ke kursi kayu sederhana sebelum melepaskan mantel birunya yang kini berdebu, lalu melangkah menuju dapur kecil untuk merebus ramuan obat.Di dapur, Junjie menyalakan tungku kemudian mengambil obat yang ada di lemari penyimpanan. Yingying dan Dewa Obat telah menyiapkan berbagai ramuan untuk mereka, bahkan ramuan untuk penyakit musiman yang sering muncul akibat cuaca ekstrem di gurun. K

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Di Pasar Hóngshā

    Junjie membawa Ren Hui ke pusat kota Hóngshā, tak jauh dari Oasis Merah. Mereka tiba di pasar yang masih ramai meskipun sudah lewat dari puncak kesibukannya. Pedagang dan pembeli masih sibuk bergerak, dengan suara tawar-menawar yang bergema di udara panas siang itu."Nuansa yang jauh berbeda dengan kota-kota lain di Kekaisaran Shenguang," gumam Ren Hui, matanya tertuju pada keramaian di sekelilingnya. Wajahnya tampak antusias, menikmati suasana yang baru."Kau benar! Kondisi alam yang berbeda menghasilkan budaya yang berbeda pula," sahut Junjie santai, berjalan di samping Ren Hui.Mereka melewati tenda-tenda sederhana para pedagang. Sesekali, mereka berhenti untuk melihat-lihat atau membeli barang-barang yang menarik perhatian. Pasar ini hidup dengan aroma rempah-rempah yang tajam dan segar, kilauan batu permata yang memikat mata, dan suara pedagang yang menawarkan dagangan mereka dengan nada cepat. Di sana, penduduk lokal dan musafir dari berbagai penjuru berkumpul untuk berdagang, b

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Pesona Ren Hui

    Beberapa hari berlalu, Ren Hui dan Junjie mulai merasa seperti bagian dari kehidupan di Oasis Merah. Mereka telah beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari di sana, meskipun tidak lagi menjadi pusat perhatian seperti ketika pertama kali tiba. Hari-hari mereka kini penuh dengan kebiasaan sederhana, membaur bersama penduduk kota Hóngshā sambil menunggu kedatangan Song Mingyu.Di bawah langit biru yang terik, Ren Hui baru saja kembali dari oasis, membawa gentong berisi air segar. Seperti biasanya, beberapa prajurit tampak berlari mendekat, dengan senyum lebar dan semangat membara."Tuan Ren, biar kami yang membawakan airnya!" seru mereka, seolah berlomba-lomba untuk membantu.Ren Hui tertegun sejenak. Setiap kali dia datang untuk mengambil air, para prajurit itu selalu sigap membantu. Tak pernah ada yang membiarkannya mengangkat sendiri beban itu.“Eh, tidak perlu! Aku masih sanggup membawanya sendiri, kalian jangan repot-repot!” jawab Ren Hui, selalu

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Aku Akan Kembali Untuk Diriku Sendiri

    Miu Yue memandang sekeliling ruangan rumah beroda itu dengan penuh perhatian. Matanya menelusuri setiap sudut, mulai dari ukiran bunga bi’an hua pada tiang kayu hingga rak buku kecil di sudut ruangan. Cahaya matahari pagi masuk melalui jendela kecil, memantulkan kehangatan pada lantai kayu yang dipoles mengilap. Suasana di dalam rumah itu terasa sederhana, tetapi penuh nilai seni, seolah-olah setiap elemen memiliki cerita yang tersembunyi.Namun, kerutan kecil di kening Miu Yue menunjukkan pikirannya tidak sepenuhnya terfokus pada keindahan ruangan itu. Ada sesuatu yang sedang dipertimbangkannya, sesuatu yang mungkin tidak mudah untuk diungkapkan."Sudah puas berkeliling?" Suara Junjie yang malas namun santai memecah keheningan. Ia duduk di meja ruang makan, menyandarkan tubuhnya pada kursi dengan gaya yang sangat santai. Mantel biru yang ia kenakan tampak kusut, seolah-olah baru saja dikenakan tanpa peduli pada penampilan.Miu Yue mengalihkan pandangannya

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Ren Hui Dan Bi'an Hua

    Keesokan paginya, Ren Hui membawa Baihua untuk berburu kelinci sembari berkeliling oasis yang memancarkan keindahan di tengah gersangnya gurun merah. Sementara itu, Junjie memilih untuk tenggelam dalam buku tebal yang diperolehnya dari Dongfang Yu. Buku itu, konon diperoleh dari seorang tamu asing pada sebuah pelelangan, menyimpan banyak rahasia."Aku masih tidak mengerti," gumam Junjie, membuka kembali bagian terakhir buku tersebut.Tulisan mantra kuno memenuhi halaman terakhir, meski Dongfang Yu sudah menerjemahkan keseluruhan isi buku ke dalam huruf yang lazim dipakai sehari-hari. Namun, maknanya tetap menjadi teka-teki bagi Junjie."Ini hanya dongeng. Entah apakah bunga es abadi itu benar-benar ada atau tidak. Tetapi Dongfang Yu yakin jika bunga itu ada di Kota Es. Bahkan Dewa Obat pun mengatakan hal yang sama," desah Junjie sembari memijat pelipisnya yang berdenyut.Dia menutup buku itu perlahan, menyimpannya ke dalam laci kayu di ujung ruang

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Jenderal Miu Mengunjungi Rumah Beroda

    Ren Hui menarik napas dalam dan melangkah menuju pintu rumah beroda. Ketika pintu terbuka, hembusan angin malam yang sejuk langsung menerpa wajahnya. Namun, yang membuatnya tertegun adalah sosok di depan sana.Berdiri tegak di teras yang sederhana, seorang wanita berhanfu merah darah, dengan pedang bersarung di pinggang, menatap mereka. Wibawa yang terpancar dari dirinya terasa begitu nyata, dan ada sesuatu yang membuat waktu seperti terhenti sejenak.“Jenderal Miu Yue!” Ren Hui menyapa dengan nada bingung, suaranya nyaris tercekat di tenggorokan.Tatapan sang jenderal beralih ke arahnya, tajam seperti ujung pedang yang siap menusuk. Mata hitam pekatnya menelusuri Ren Hui dengan saksama, seolah ingin mengungkap setiap rahasia yang tersembunyi di balik jubah putih sederhana dan rambut hitam tergerai pria itu. Ren Hui merasa tenggorokannya mengering, ia meneguk ludah dengan gugup.Junjie muncul di samping Ren Hui."Ren Hui, siapa mereka?" J

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Kaisar Yang Baik

    Di bawah langit yang berkilau bintang, rumah beroda Ren Hui dan Junjie berdiri anggun di tepi oasis yang sunyi. Diteduhi rumpun pohon palem dan kurma, rumah itu menjadi pusat perhatian para penghuni tenda di sekitar oasis, seolah-olah keberadaannya membawa kehangatan di tengah malam yang dingin. Bayang-bayang pohon bergoyang lembut, mengiringi gemericik air yang tenang.Di dalam rumah itu, suasana hangat terpancar. Sebuah meja kayu sederhana penuh keakraban menjadi saksi percakapan mereka. Di atasnya, arak dan kacang rebus tersaji, menambah kenyamanan malam selepas makan malam. Ren Hui duduk dengan santai, menyilangkan kakinya, sementara Junjie tampak lebih serius, tetapi tetap memancarkan ketenangan khasnya."Apa kau yakin, Jenderal Miu mampu mengatasi masalah dengan Pasukan Fēnghuǒ?" tanya Ren Hui, suaranya serak namun tenang, memecah keheningan.Junjie mengangguk dengan mantap, tidak ada keraguan sedikit pun dalam gerakannya. "Itu bukan masalah besar,"

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Drama Pedagang Arak Miskin

    Junjie dengan tenang mencabut anak panah yang menancap di tanah, di ujung kaki mereka. Jarinya yang ramping memutar anak panah itu, mengamatinya dengan seksama. Sambil memegang anak panah tersebut, dia melambai pada pasukan berkuda yang dipimpin Jenderal Miu."Jenderal Miu! Kami hanya pengelana yang singgah sebentar! Izinkan kami pergi!" serunya dengan penuh percaya diri, suaranya tegas tetapi tidak berlebihan.Namun, kedua pasukan itu bergerak mendekat, mengencangkan formasi hingga ruang gerak semakin sempit. Tatapan penuh curiga mengarah pada Junjie dan Ren Hui, seolah menyiratkan bahwa mereka menyembunyikan sesuatu.Ren Hui menghela napas panjang, sebelum memasang wajah memelas yang sangat meyakinkan. "Aiyo! Kami hanya pedagang arak miskin yang kebetulan lewat. Sungguh sial kami terjebak dalam kekacauan seperti ini!" rengeknya memelas, suaranya terdengar dibuat-buat tetapi mengundang simpati.Beberapa prajurit di sekitar mereka memandang dengan

  • Kembalinya Sang Dewa Pedang   Ikut Campur Atau Kabur?

    Suasana seketika menjadi hening. Angin gurun berdesir pelan, membawa aroma pasir dan dedaunan kering yang bergesekan di sekitar oasis. Beberapa prajurit segera bergerak cepat, melindungi teman-teman mereka yang tengah mengambil air. Ren Hui dan Junjie pun segera mengangkat kaki mereka dari air, mengeringkannya dengan tergesa-gesa sebelum mengenakan kembali sepatu bot.Tiba-tiba, desingan anak-anak panah memecah ketenangan. Kali ini, serangkaian anak panah meluncur deras ke arah mereka. Ren Hui bereaksi secepat kilat, mengeluarkan payung di punggungnya dan membukanya dengan gerakan gesit. Payung itu berputar, mematahkan setiap anak panah yang mengarah padanya dan Junjie.Gerakannya begitu lincah dan anggun, membuat para prajurit di sekitarnya tertegun. Mereka menatap pemandangan itu dengan kekaguman, bahkan sempat lupa dengan ancaman yang baru saja melintas.Ren Hui tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya. "Maaf, kam

DMCA.com Protection Status