Arnold, Aaron, dan Andy sering kali menemui Anthony tanpa pemberitahuan. Althon sangat jengkel karena ia tidak bisa melakukan apa pun selain bersembunyi di tempat aman. Setelah kunjungan ketiga pamannya, kondisi Anthony akan memburuk. Althon menyalurkan amarahnya dengan belajar dan berlatih sangat keras. Ia nyaris tidak pernah mengambil libur.Althon tengah berlatih bela diri di halaman luas bersama beberapa pengawal. Ia nyaris frustrasi karena tidak pernah bisa mengalahkan mereka. Pertarungan tiba-tiba berhenti ketika Alan memasuki arena. “Tuan Muda, Tuan Aaron berkunjung bersama Tuan Andrew dan Tuan Aldhen siang ini. Mereka masih dalam perjalanan sekarang. Master Anthony memintaku untuk membawa Anda ke tempat yang aman.” Althon mendengkus kesal. “Mereka membuatku sangat jengkel.”Althon bergegas bersembunyi di dalam hutan, meneruskan latihan di arena. Sepuluh menit kemudian, sebuah rombongan menepi di depan teras. Aaron, Andrew, dan Aldhen keluar dari mobil, memeluk Anthony berg
Althon dan Anthony makan malam dalam keheningan. Hujan mengguyur sangat deras. Petir beberapa kali menggelegar, dan angin berembus dengan sangat kencang. Althon merasa sangat marah dengan keadaannya saat ini. Ia merasa menjadi sosok yang tidak berguna di saat Anthony tertekan dengan kedatangan putra dan cucunya. “Althon, aku memiliki informasi penting untukmu,” ujar Anthony setelah meneguk minuman. “Kau harus mendengarnya baik-baik.”Althon meletakkan alat makan. “Tentu, Kakek.”“Aku tahu kau tertekan dengan keadaanmu saat ini. Akan tetapi, kau harus ingat jika semua hal di dunia ini memiliki waktunya. Jangan berpikir jika usahamu dalam berlatih dan belajar tidaklah berguna. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar dibandingkan saat kau pertama kali datang ke mansion ini.”Althon menyimak saksama. “Althon, aku sudah mendapatkan laporan mengenai pelatihan dan pembelajaranmu. Kau menunjukkan hasil yang sangat luar biasa. Aku sejujurnya tidak menduga jika kau mampu berubah sejauh i
Althon memeluk Anthony sebelum berangkat menuju lokasi tugasnya. Ia sangat mengkahawatirkan kakeknya, tetapi ia tahu keadaan Anthony akan semakin buruk ketika ia terus berada di rumah. “Kakek, aku akan sangat merindukanmu. Kita akan bertemu setelah aku berhasil menyelesaikan tugas,” ujar Althon. “Aku yakin kau bisa melakukannya, Althon.” Anthony menoleh pada Alan sejenak. “Alan akan bersamaku selama kau menjalankan tugas. Seseorang akan menggantikan tugasnya selama dia berada di rumah. ”Seorang pria tiba-tiba mendekat dan membungkuk pada Althon. “Aku adalah Ali, asisten kepercayaan baru Anda, Tuan Muda. Aku akan menggantikan tugas Alan sebaik mungkin.”“Ali adalah sepupu Alan. Dia merupakan putra salah satu kepercayaan ayahmu, Althon. Alan menunjuk langsung Ali untuk menggantikan tugasnya. Dia bekerja di luar negeri selama ini. Dia bergegas pulang setelah aku memintanya untuk menjagamu. Apa kau keberatan?”“Tentu saja tidak, Kakek. Kau dan Alan mempercayai Ali, dan aku tidak memili
Para berandal datang berbondong-bondong dari ujung jalan. Mereka mengikuti pemimpin mereka yang berjalan paling depan. Para pejalan kaki seketika menjauh dari lokasi. “Dasar brengsek! Jangan sampai kalian membunuh seseorang! Aku tidak ingin kerepotan!” teriak seorang polisi di pos yang dekat dengan lokasi pertarungan. Ia memasuki pos, menonton televisi bersama teman-temannya. “Para berandal itu berjumlah enam puluh orang.” Althon mengamati layar hologram, menoleh pada Ali. “Ali tampak sangat tenang.”“Dasar brengsek! Aku mendengar kau sudah menghajar anak buahku hingga tidak sadarkan diri.” Pria berambut botak meludah, menatap tajam Ali. Para berandal mencibir Ali di belakang pemimpin mereka. “Aku adalah penguasa jalanan Lovatown. Aku tidak akan memaafkan seseorang yang sudah membuat kekacauan di tempatku.” Pria botak itu kembali meludah, mengeluarkan pisau dari saku celana, tersenyum bengis. “Meski begitu aku bukanlah orang yang jahat. Aku akan membiarkanmu pergi setelah kau mem
Althon sudah tiba di kantor setengah jam sebelum waktu kerja dimulai. Akan tetapi, ia tidak melihat satu pun karyawan hingga satu jam kemudian. Para karyawan mulai muncul satu jam setelah waktu kerja. “Jadi, kau adalah petugas kebersihan yang baru?” ujar seorang pria kisaran tiga puluh tahunan, mengamati Althon dari ujung kepala hingga kaki. “Kau terbilang tampan dan gagah untuk seorang petugas kebersihan. Kau mungkin bisa bekerja sebagai model atau pria penghibur. Wajah tampan tidak berguna jika kau tidak memiliki uang dan kedudukan.”“Kau benar, Tuan.” Althon memang sependapat dengan ucapan pria itu karena ia mengalaminya selama bertahun-tahun.Pria bernama Jay itu tertawa. “Ikuti aku. Aku akan memperkenalkanmu pada pegawai yang lain. Aku harap kau bekerja dengan baik.”“Baik, Tuan.” Althon berjalan di koridor, mengamati para pegawai yang tampak santai di setiap ruangan. “Mereka mengobrol bahkan menonton film di jam kerja.”Jay menoleh sesaat, tertawa. “Aku memberitahumu suatu hal.
Seminggu berlalu dengan sangat lambat dan membosankan bagi Althon. Ia semakin kesal dengan sikap para pekerja di perusahaan ini dari hari ke hari. Mereka mengabai peraturan dan melakukan pekerjaan sesuai keinginan mereka. Akan tetapi, ketika lembaga pemerintah berkunjung, mereka berubah drastis menjadi pegawai teladan. Althon memeriksa kantor dan setiap ruangan setiap malam untuk mencari petunjuk dan bukti kejahatan para pegawai. Ia melakukan tugasnya tanpa bantuan Ali dan para pengawal. Mereka hanya memantaunya dari jarak jauh dan mendekat ketika ia membutuhkan bantuan dan berada dalam bahaya. Althon berusaha membina hubungan baik dengan Jay dan beberapa pegawai. Akan tetapi, mereka tampak menjaga jarak dengannya meski beberapa pegawai wanita terus menggodanya. Di saat yang sama, beberapa petugas kebersihan semakin tidak menyukainya dan mulai terang-terangan mengerjainya dengan mengotori hasil pekerjaannya, memfitnahnya hingga mengurungnya di toilet dan ruangan kantor. Althon mem
“Dia membuatku sangat kesal.” Pegawai wanita yang lain menyahut.“Itu karena kau miskin dan jelek. Jika kau memberikan lebih banyak uang dan berdandan dengan lebih baik, dia pasti akan tertarik.”“Mereka sedang mabuk. Ini kesempatanku untuk mendengar pembicaraan mereka,” gumam Althon seraya mendekat ke dinding. “Asghar tidak cocok berada di perusahaan kita. Dia tampaknya pria yang jujur. Dia akan menjadi masalah bagi kita jika kita tidak bisa menutup mulutnya.”“Ya, aku setuju denganmu. Dia membuatku kesal.”“Aku mendapatkan laporan dari beberapa petugas kebersihan bila Asghar memungut beberapa kertas di tong sampah. Mereka juga melihatnya berbincang dengan orang-orang asing di gerbang depan dan belakang.”“Kita tidak tahu tujuannya bekerja di perusahaan kita.” Jay meneguk minuman hingga habis. “Aku menduga jika dia adalah penyusup.”Semua pegawai seketika menoleh pada Jay.“Apa maksudmu, Jay?”“Pria itu terlalu tampan dan gagah untuk menjadi seorang petugas kebersihan di perusahaan
“Albert, apa kau sudah gila?” tanya Alex ketika Albert akan memasuki kamarnya. Albert memasuki kamar, melepaskan jaket, berbaring di ranjang. Ia menonton video pertarungan Alan dan para berandal untuk kesekian kalinya. “Apa yang kau inginkan, Alex? Katakan sekarang sebelum aku tidur.”“Apa yang sebenarnya dalam otakmu, Albert? Kau bergurau di saat ayah menjelaskan rencananya. Kau seharusnya tahu jika rencana itu sangat penting untuk ayah.”“Aku mendengar semua ucapan Ayah, Alex.” Albert berdecak, memunggungi Alex. “Pergilah, kau menggangguku.”Alex merampas ponsel Albert, melemparnya ke lantai. “Kau masih saja kekanak-kanakan, Albert. Sampai kapan kau akan tertarik dengan perkelahian jalanan itu?”“Apa yang sebenarnya kau inginkan, Alex?” Albert mendengkus kesal, mengambil ponselnya. “Keluar dari kamarku sekarang!”Alex mengembus napas panjang. “Dengarkan aku baik-baik, Albert. Kita sedang mendapatkan masalah besar yang mengancam keluarga kita, Albert. Aku ingin kau fokus untuk menye
Althon merasa sangat lega setelah presentasi berakhir. “Aku merasakan ketegangan yang sama seperti kandidat lain. Ini pengalaman yang luar biasa,” gumamnya. Althon, Lily, Reynald, dan Randy kembali ke tempat duduk masing-masing. Beberapa kandidat menatap mereka nyaris tidak berkedip, saling berbisik. “Sial! Mereka tampil dengan sempurna. Mereka tahu jika pulai ini berada di wilayah Sema Town dan termasuk ke dalam beberapa pulau tanpa nama dan penduduk. Selain itu, Aku tidak menduga jika Asghar juga tampil dengan sangat baik,” batin Philip geram.Reynald bergumam, “Dasar bajingan! Asghar tampil dengan penuh percaya diri. Tuan Sean dan beberapa bawahannya terus mengamatinya saat dia presentasi. Sikap mereka sangat berbeda padaku dan kandidat lain.”“Asghar sepertinya menampilkan kemampuannya sebenarnya di ujian keempat.” Lily mengembus napas panjang. “Dia memang layak menjadi salah satu kandidat.”“Aku sempat khawatir dengan penampilan Asghar, tetapi dia menampilkan penampilan yang sa
Jimmy terperangah selama beberapa waktu, menatap Raka tidak berkedip. Semua kenangannya bersama Arthur dan teman-temannya dahulu seketika bermunculan. Ia mengingat sesosok bayi mungil yang berada dalam pangkuan Arthur dan Adele. “Kita tidak memiliki waktu banyak sekarang. Kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin teman-teman kita dalam waktu kurang dari satu bulan,” ujar Raka. Jimmy menggelengkan kepala berkali-kali, menatap tajam Raka. “Apa kau serius dengan kata-katamu, Raka?” “Apa kau melihatku sedang bergurau sekarang? Aku datang hanya untuk menemuimu dan mengajakmu bergabung.”Jimmy tercenung sesaat. “Berikan aku bukti jika Tuan Muda masih hidup.”Raka melemparkan ponselnya pada Jimmy. “Jangan membuang-buang waktu.”Jimmy tercekat saat melihat foto Althon. “Pria ini ... adalah Tuan Muda?”Jimmy menggeser layar ke samping, mengamati satu per satu foto Althon hingga akhirnya berhenti di sebuah foto Althon dan Anthony. “Alan dan pasukannya bertemu dengan Tuan Muda di Asthonia. Tu
“Selamat malam semuanya. Aku sangat senang karena bisa menjadi juri utama dalam ujian keempat. Aku tidak sabar menunggu penampilan kalian semua. Aku datang bersama beberapa rekanku. Mereka juga akan menjadi juri. Aku yakin beberapa di antara kalian mengenal siapa mereka,” ujar Sean Ruild tersenyum. Dua orang wanita dan dua orang pria berdiri di belakang Sean, tersenyum. Beberapa kandidat mengenali keempat orang itu, termasuk Philip, Lily, dan Reynald. Sean Ruild dan keempat bawahannya duduk di kursi. Paul berkata, “Aku ingin mengingatkan kalian jika penilaian terdiri dari penilaian kelompok dan individu. Total poin kalian terdiri dari penilaianku dan timku serta penilaian Tuan Sean dan rekan-rekannya malam ini. Aku sangat berharap kalian menunjukkan penampilan yang luar biasa.”Para kandidat tampak semakin tegang, termasuk Althon. Althon ingin tahu sejauh mana kemampuannya. Ia meminta Sean dan Paul untuk menilainya secara jujur. “Aku memiliki tanggung jawab besar untuk menggantik
Arnold tiba di rumah Anthony. Sayangnya, ia tidak bisa menemui ayahnya. “Kenapa aku tidak bisa bertemu dengan ayahku sekarang, Alan?” Arnold mengepalkan tangan erat-erat. Ia memang tidak terlalu ingin bertemu dengan Anthony, tetapi ia marah karena usahanya sia-sia, dan Alan bertingkah semaunya.“Aku sungguh minta maaf, tuan. Aku hanya mengikuti perintah Master Anthony. Aku dengan senang hati akan menyampaikan pesanmu,” kata Alan. “Apakah ayahku baik-baik saja sekarang? Aku sangat mencemaskannya hingga aku menemuinya hari ini.” Arnold mengembus napas panjang. “Aku meminta Aaron dan Andy untuk menemaniku menjenguk ayah, tetapi mereka justru menolak. Mereka sangat fokus pada misi mereka.”“Kondisi Master Anthony semakin membaik, Tuan.”Arnold dan Alan berjalan di lorong. Beberapa pelayan membungkuk hormat saat mereka berjalan. “Aku mendengar jika pamanku dan sepupuku akan berkunjung akhir pekan nanti. Aku ingin memastikan kabar tersebut, Alan.” “Master Abraham dan Master Adam akan be
“Ya,” jawab Althon singkat.Reynald tertawa. “Kau sangat menarik. Kami ingin mendengar penjelasanmu.”Lily, Reynald, dan Randy saling bertatapan sesaat. “Tentu saja aku akan menjelaskannya pada kalian.” Althon tersenyum. “Aku sudah mencurigai Tuan Paul saat dia mengatakan kita akan berlibur. Dia dan para bawahannya sama sekali tidak mengatakan tujuan kita. Aku mengamati jalan dan berusaha mengingat semua rute sedetail mungkin selama perjalanan. Aku memotret banyak rute dan pemandangan untuk berjaga-jaga. Aku juga mencari informasi di internet mengenai lokasi-lokasi wisata yang kemungkinan akan kita kunjungi.”Lily, Reynald, dan Randy mendengarkan saksama. “Pulai ini berada di wilayah Sema Town. Kota ini merupakan wilayah kepulauan, dan menjadi salah satu kota yang memiliki dua puluh pulau tidak berpenghuni. Sekitar lima belas menit sebelum kita mendarat di pulau, aku memotret Sema Tower, salah satu ikon utama Sema Town. Aku kemudian mencari informasi mengenai kota tersebut, termasu
Lily mengamati semua kandidat di depannya saksama. “Aku harus memilih partner yang tepat untuk ujian ini. Aku tidak boleh sampai salah memilih,” gumamnya. Philip mengepalkan tangan erat-erat. “Sial, aku seharusnya mendapatkan keistimewaan itu. Lily kemungkinan besar akan memilih orang-orang yang berada di urutan tertinggi. Dia mungkin memilihku, tetapi aku merasa dia sudah mengalahkanku.”Lily mengembus napas panjang. “Aku memilih Reynald sebagai partnerku, Tuan.”Semua kandidat sontak menoleh pada Reynald.Reynald tersenyum, melirik Philip sekilas. “Bajingan!” Philip menahan amarah sekuat mungkin, mencibir Lily dan Reynald di dalam hati. “Kenapa Lily justru memilih Reynald? Pria itu berada di posisi kedua dalam ujian ketiga. Kemungkinan mereka untuk menang semakin besar di ujian keempat.”Philip mengamati para kandidat. “Aku tidak ingin mendapatkan partner yang bodoh seperti di ujian ketiga. Posisiku mungkin akan menurun jika aku berada di tim yang salah.”Althon tersenyum. “Aku t
Hujan hanya mengguyur selama dua jam. Althon dan para kandidat berkumpul di sebuah ruangan untuk makan siang. Para pelayan tampak sibuk membawa dan menata hidangan dan minuman. Alunan musik terdengar indah. Para kandidat lebih banyak berbincang karena jaringan internet tidak tersedia. Mereka mulai curiga dan menerka-nerka tujuan liburan sebenarnya, apalagi Paul dan para pengawalnya tidak terlihat sejak tadi. Althon dan beberapa kandidat memutuskan untuk berjalan-jalan di pulau, sedangkan beberapa kandidat lain memilih untuk tetap berada di ruangan mereka. “Kau tampak tenang meski yang lain mulai khawatir, Asghar,” ujar Lily seraya berjalan lebih cepat untuk menyusul Althon. Randy melirik Lily sekilas. “Aku tidak menduga jika Lily akan bertanya pada Asghar. Wanita itu lebih banyak diam sejak tiba di pulai ini. Dia pasti berusaha menerka tujuan Tuan Paul sebenarnya. Apa mungkin dia juga curiga jika Asghar adalah mata-mata Tuan Paul?”Althon dan sebagian kandidat tengah menaiki jalan
Althon dan beberapa pria bermain voli pantai. Beberapa wanita menonton di sisi lapangan, sedangkan kandidat lain memilih untuk berjalan-jalan di sisi laut. Lily duduk tak jauh dari kerumunan para wanita, menonton pertandingan. “Liburan ini bisa menjadi ujian khusus bagai semua kandidat. Tuan Paul ingin melihat bagaimana setiap kandidat membangun relasi dengan kandidat lain.”Lily mengamati Althon yang baru mencetak poin, mengamati pria itu saksama. “Sepeti yang Reynald katakan, Asghar kemungkinan berpura-pura menjadi kandidat paling lemah agar dia bisa tahu kemampuan semua kandidat. Meski dia berada di posisi terakhir dalam dua ujian, tetapi dia bisa melaju ke tahap keempat.”Lily mengepalkan tangan erat-erat. “Aku tidak boleh lengah sedikit pun. Aku harus kembali mendapatkan posisi pertama dalam ujian keempat.”“Hei, bukankah Asghar terlihat cukup keren saat di berolahraga? Dia terlihat berbeda sekarang,” ujar seorang wanita di depan Lily.Lily segera menoleh pada Althon, mengamati
“Nikmati makan malam kalian dengan baik. Aku akan kembali menemui kalian di halaman.” Paul tersenyum, meninggalkan rooftop bersama para pengawalnya. Semua kandidat membungkuk saat Paul melewati mereka. Keterkejutan masih terlihat jelas di wajah mereka. Para kandidat saling menatap satu sama lain, menerka-nerka maksud dari perkataan Paul sebenarnya. Mereka bergegas menghabiskan makan malam, kemudian meninggalkan rooftop untuk segera mempersiapkan diri. “Tuan Paul sama sekali tidak mengatakan apa pun soal ujian keempat. Aku yakin liburan ini tidak seperti liburan yang aku bayangkan.” Lily bergegas memasuki elevator. Philip dan Reynald mengikuti dari belakang, berdiri di samping Lily. “Kalian berdua tampak sangat tegang,” ujar Philip, tersenyum. “Dan kau terlihat masih kesal dengan hasil ujian ketiga tadi, Philip.” Reynald tertawa. “Ayolah, Philip. Kalah dan menang adalah hal yang biasa.” Philip tersenyum meski mengepalkan tangan erat-erat. “Bukankah kau merasa kesal karena