Tiba-tiba saja, terdengar seseorang menyahut dari arah timur tempat Feng Guang berdiri."Kudamu ada padaku, kau tenang saja, Anak muda!"Feng Guang sedikit kaget mendengar suara sahutan seorang pria. Lantas, ia pun segera membalikkan badan dan langsung meluruskan pandangannya ke arah timur tempat munculnya suara tersebut.Tampak seorang pria paruh baya dan seorang wanita muda berwajah cantik sedang berdiri sambil tersenyum ke arah Feng Guang."Siapa mereka," bisik Feng Guang terus mengawasi dua orang yang berdiri menghadap ke arahnya."Marilah ikut dengan kami!" ajak pria paruh baya itu sambil tersenyum lebar memandang ke arah Feng Guang."Mohon maaf, kalian ini siapa?" tanya Feng Guang."Aku Hu Gou dan ini anakku namanya Vie Yui. Kami berasal dari distrik Yamse dan sekarang kami tinggal di desa ini. Ikutlah ke gubuk kami, kudamu ada di sana!" jawab pria paruh baya itu dengan sikap ramah.Tampak jelas Feng Guang masih terlihat ragu, dirinya masih belum percaya terhadap dua orang yang
Tanpa disadari oleh Hu Gou, diam-diam ada dua orang pria tengah mengawasinya di balik semak-semak yang ada di pinggiran sungai tersebut. Posisi mereka berjarak sekitar empat tombak dari posisi Hu Gou.Mereka adalah kaki tangan Tuo Hang yang kini sudah menjabat sebagai seorang perdana menteri di kerajaan Tionggon. Mereka diutus oleh sang perdana menteri untuk mengawasi para pendekar yang ada di wilayah tersebut. Bukan tanpa alasan, Hu Gou menjadi target pengawasan karena dicurigai sebagai seorang pendekar yang pro terhadap Yang Mulia Raja Hao Xiong Han.Sudah hampir dua Minggu, mereka melakukan pengintaian terhadap Hu Gou dan Vie Yui. Akan tetapi, mereka tidak menemukan bukti kuat kalau Hu Gou dan putrinya adalah orang-orang dari kelompok pendekar yang pro terhadap Yang Mulia Raja Hao Xiong Han yang kini belum diketahui keberadaannya.Selama melakukan pengintaian, mereka tidak bertindak apa-apa terhadap Hu Gou dan Vie Yui. Mereka hanya mengawasi saja di tempat persembunyian. Selain itu
Vie Yui menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab pertanyaan ayahnya, "Kawanku yang beberapa bulan lalu pernah datang ke sini, Ayah.""Maksudmu Lien Lie putri kepala suku itu?" tanya Hu Gou menatap wajah putrinya."Benar, Ayah. Dia tahu semuanya."Hu Gou terdiam sejenak, lalu berpaling ke arah Feng Guang. "Bagaimana, Feng Guang? Apakah kau akan menemui Lien Lie?" tanya pria paruh baya itu meluruskan pandangannya ke arah Feng Guang yang duduk bersebelahan dengannya."Tidak perlu, Paman. Semua informasi yang diberikan oleh Lien Lie kepada Vie Yui sudah cukup bagiku untuk mencari keberadaan Yang Mulia Raja Hao Xiong Han," jawab Feng Guang lirih."Baiklah kalau memang seperti itu," kata Hu Gou. Setelah itu, ia kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Vie Yui.Informasi yang Vie Yui dapatkan dari kawannya yang bernama Lien Lie disampaikan semuanya kepada Hu Gou, dan itu menjadi modal yang sangat berharga bagi Feng Guang untuk melakukan penelusuran lebih lanjut lagi terkait keberadaan Raja
Vie Yui hanya mengangguk sambil tersenyum manis menatap wajah Feng Guang. Dari sorot matanya terpancar sebuah harapan, Vie Yui benar-benar jatuh hati pada Feng Guang."Nanti saja, aku masih ingin menemanimu di sini.""Ya sudah, terserah kau saja." Feng Guang tersenyum lebar memandang wajah Vie Yui yang sedari tadi terus memandanginya.Rasa kagum dan rasa cinta terhadap Feng Guang semakin membahana saja dalam jiwa dan pikiran Vie Yui.'Aneh sekali, baru bertemu saja aku sudah memiliki perasaan cinta terhadap Feng Guang. Semoga saja, perasaan yang ada padaku tidak melingkari sebelah tangan,' batin Vie Yui."Kau kenapa memandangku seperti itu, Vi Yui?" tanya Feng Guang mengerutkan keningnya."Ti-tidak apa-apa, Feng Guang," jawab Vie Yui gugup. “Aku hanya kagum saja atas kebaikan dan perhatianmu,” sambungnya lirih."Memangnya tidak ada pria lain yang menjadi perhatianmu?""Aku tidak memiliki kawan seorang pria. Semua kawanku wanita semua, dan baru kali ini aku bisa dekat dengan pria."“Ma
Hu Gou tersenyum sambil mengangguk pelan. "Kau harus waspada dengan orang-orang kepercayaan Cian Buke dan Jenderal Tuo Hang. Sebagian dari mereka adalah para pendekar sakti yang memiliki kepandaian tinggi," kata Hu Gou lirih."Iya, Paman." Setelah itu, Feng Guang berpaling ke arah Vie Yui. "Aku berangkat sekarang Vie Yui," kata Feng Guang pamit.Vie Yui yang sedari tadi menahan kesedihannya karena harus berpisah dengan Feng Guang tidak dapat berkata apa-apa, ia hanya mengangguk sambil tersenyum hambar. Tampak jelas dari raut wajahnya, ada rasa sedih yang cukup mendalam, dua bola matanya pun berkaca-kaca saat menatap wajah Feng Guang.Hanya dalam waktu singkat saja, Feng Guang sudah sukses menyuburkan benih-benih cinta di hati Vie Yui. Akan tetapi, perasaan cinta gadis itu harus kandas dengan pernyataan Feng Guang yang secara jujur mengatakan bahwa dirinya sudah memiliki seorang kekasih. Walau demikian, Vie Yui dapat menerima kenyataan pahit itu, sehingga dirinya berusaha mengubur semu
Feng Guang tampak semringah sekali mendengar kesiapan dua orang pria tersebut. Ia hanya mengangguk dan kembali duduk di tempat semula.Selesai makan, Feng Guang langsung ikut dengan kedua orang itu. Mereka mamacu kuda masing-masing menuju sebuah tempat yang berada di pinggiran ibu kota. Tempat tersebut merupakan tempat tinggal salah seorang dari kedua pria itu.Mereka adalah Dui Mui dan Hok Shin, keduanya merupakan penduduk asli ibu kota Yuanzi. Sedikit banyaknya mereka mengetahui apa saja yang terjadi di wilayah tersebut. Terutama tentang isu sakitnya Raja Hao Xiong Han.Setibanya di kediaman Dui Mui, Feng Guang memperkenalkan dirinya, karena di rumah makan tadi ia belum sempat berkenalan dengan Dui Mui dan Hok Shin. Setelah saling memperkenalkan diri masing-masing, mereka langsung melakukan pembicaraan penting."Mohon maaf sebelumnya, kami sudah merepotkan Tuan Pendekar dengan mengajak Tuan datang ke sini. Hal ini sengaja kami lakukan demi menghindari mata-mata istana yang banyak be
Sang raja tersenyum lebar menanggapi pertanyaan Feng Guang. Lalu menjawab, "Ya, aku masih mengenalimu. Kau adalah Feng Guang kesatria Shengcun yang selama ini menjadi harapan kerajaan ini," kata sang raja menatap tajam ke arah Feng Guang.Raut wajahnya yang pucat kini tampak semringah, hal itu menandakan bahwa sang raja merasa bahagia dengan kedatangan Feng Guang yang akan membebaskannya dari siksaan yang sudah berbulan-bulan ia alami di dalam penjara tersebut."Mohon maaf, Yang Mulia. Di mana Pangeran dan istri Yang Mulia?""Mereka sudah tewas di tangan Jenderal Tuo Hang dan aku disekap di tempat ini sudah hampir tiga bulan. Mereka menyiksaku dan memperlakukan aku seperti binatang. Aku hanya diberi makan dua hari sekali, itu pun hanya dengan makanan sisa." Sang raja berkata dengan wajah mendung dan mata berkaca-kaca.Feng Guang tampak terenyuh dan merasa iba melihat kesedihan yang terpancar dari wajah sang raja."Yang Mulia harap tenang! Hamba akan membantu Yang Mulia keluar dari temp
Feng Guang tersenyum lebar, lalu menjawab pertanyaan sahabat barunya itu, "Kau jangan khawatir! Aku akan membicarakan semuanya kepada Tabib Cun, aku percaya dia tak mungkin membocorkan rahasia ini."Mendengar jawaban Feng Guang, Hok Shin bisa bernapas lega dan tidak khawatir lagi kalau Tabib Cun akan membocorkan keberadaan Raja Hao Xiong Han."Baiklah kalau memang seperti itu. Aku percayakan semuanya kepada Ketua," Hok Shin berkata sambil menjura penuh hormat.Feng Guang meluruskan pandangannya ke wajah Hok Shin, lalu berkata lagi, "Langkah selanjutnya, kita harus segera mempersiapkan diri dalam menghadapi para prajurit kerajaan. Beberapa hari ke depan, aku akan membawa sang raja ke desa Shengcun, kalau selamanya di sini terlalu berisiko.""Lantas, bagaiman dengan kami, Ketua?""Kau dan semua yang ada di sini boleh ikut denganku ke desa Shengcun. Di sana kita akan menghimpun kekuatan untuk segera melakukan perlawanan terhadap pasukan kerajaan.""Baik, Ketua. Aku akan membicarakan hal
Para pendekar itu kembali mengerahkan kekuatan mereka dan kembali melakukan serangan secara brutal terhadap Feng Guang. Namun, Feng Guang dengan gerakan yang sangat cepat langsung menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya.Setelah dapat menghindari setiap serangan yang mengancam dirinya, Feng Guang langsung membalasnya dengan serangan yang lebih ganas dari serangan lawan-lawannya.Demikianlah, pertarungan itu pun terus berlanjut dan menjadi semakin sengit saja. Dari kedua belah pihak terus melakukan serangan-serangan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, serangan-serangan yang dilakukan oleh Yao Ming dan para pendekar lainnya. Mereka benar-benar berambisi untuk membinasakan Feng Guang pada saat itu juga.Mereka menutup mata dan telinga, seolah tak peduli dengan penjelasan Feng Guang. Para pendekar itu yakin bahwa Feng Guang adalah pelaku utama yang sudah membantai para pendekar Sekte Tian Cu."Tak ada pilihan lagi, selain melumpuhkan mereka satu persatu untuk meny
Namun, dua orang pendekar berjubah hijau itu tidak mengindahkan pertanyaan Feng Guang. Mereka hanya tertawa dan terus melakukan serangan terhadap Feng Guang."Kurang ajar!" geram Feng Guang langsung melakukan perlawanan sengit.Saat dirinya terdesak, Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian meluncur ke udara. Saat dalam posisi mengambang di udara, maka Feng Guang segera mengerahkan jurus tenaga dalamnya."Sebenarnya aku tidak tega jika harus melukai kalian. Tetapi, anggap saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus kalian terima," kata Feng Guang masih dalam posisi terbang di atas para pendekar itu.Tanpa terduga, gelombang panas tiba-tiba muncul dari kedua telapak tangan Feng Guang. Kemudian gelombang panas itu meluncur ke arah dua pendekar berjubah hijau itu, serangan yang sangat dahsyat dan sulit dihindari, sehingga dua orang pendekar itu langsung jatuh bergelimpangan. Mereka benar-benar terkejut dan tak dapat mengantisipasi serangan tersebut.qFeng Guang hanya tersenyum dan lang
Yao Ming tertawa dingin, lalu menjawab, "Kau memang pandai berbohong, sehingga rakyat negri ini sangat percaya dengan kebohonganmu, karena mereka bodoh. Sebenarnya kau adalah penjahat yang berlindung di bawah kekuasaan Raja Hao Xiong Han yang dianggap sebagai pahlawan karena sudah berhasil merebut kembali pemerintah kerajaan Tionggon dari tangan Perdana Menteri Tuo Hang. Tapi di mata kami, kau tetap seorang penjahat. Kami tahu kebusukanmu!""Kau telah menuduhku melakukan perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Feng Guang membentak dengan penuh kegusaran. "Seharusnya kau percaya bahwa aku ini tidak pernah terlibat dalam kasus kematian para pendekar Sekte Tian Cu. Ini fitnah dan aku tidak terima atas tuduhan ini!"Yao Ming dan kedua anak buahnya tertawa lepas mendengar perkataan Feng Guang. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang Feng Guang katakan."Jangan berkelit lagi, Feng Guang. Percuma saja, kami memiliki bukti yang kuat!" kata Yao Ming. "Malam ini kau harus mempertangg
Setelah berada di luar penginapan, Feng Guang tampak terkejut sekali ketika melihat sebuah tulisan di dinding luar kamar tempatnya menginap. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan dari seseorang yang tak dikenal yang meminta Feng Guang agar datang ke sebuah tempat."Gurun pasir Tio Sun," gumam Feng Guang setelah membaca tulisan tersebut.Entah siapa orang yang sudah menulis pesan tersebut, karena dalam tulisan itu tidak tertulis nama sang penulisnya.Feng Guang tampak bingung sekali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang menantangku untuk bertarung, padahal tak ada orang yang mengetahui kalau aku menginap di sini. Bahkan para biksu yang baru melakukan pertemuan denganku tidak ada satu pun yang tahu?"Feng Guang termenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Apakah ia harus menerima tantangan tersebut atau mengabaikannya?Setelah itu, Feng Guang langsung bersiap untuk berangkat ke gurun pasir Tio Sun. Ia tampak penasaran
Dengan demikian, Feng Guang sudah mulai kehilangan kesabaran dan langsung mengerahkan jurus andalannya.Perdana Menteri Tuo Hang, saat itu masih dapat melakukan perlawanan meskipun dirinya sudah mengalami luka yang sangat parah. Namun, perlawanannya tidak berarti apa-apa, karena Feng Guang lebih unggul segalanya.Hanya dengan dua kali sabetan pedangnya, Feng Guang sukses menjatuhkan pria bertubuh kekar itu, sehingga Perdana Menteri Tuo Hang tewas dengan luka yang sangat parah di bagian leher dan perutnya.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se sudah sepenuhnya menguasai pertempuran. Bahkan mereka sudah berhasil menangkap para prajurit kerajaan dan menewaskan Panglima Hui Su sebagai orang nomor satu di angkatan perang pasukan kerajaan Tionggon yang diperintah oleh Perdana Menteri Tuo Hang.Berkat keyakinan dan kegigihan para prajurit Hu Yui Se, akhirnya mereka mampu merebut istana yang sudah lama dikuasai oleh pasukan kerajaan yang pro terhadap Perdana Menteri Tuo Hang."Ini adalah sebuah ke
Dengan demikian, pertempuran besar pun kembali terjadi. Pasukan kerajaan melakukan perlawanan sengit atas serangan yang dilancarkan oleh pasukan Hu Yui Se."Jangan biarkan mereka masuk. Kalian harus bisa mempertahankan istana ini!" seru Panglima Hui Su.Feng Guang dengan gagahnya memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke halaman istana disusul oleh Dui Mui dan Hok Shin. Dengan senjata masing-masing, mereka langsung menebas leher semua prajurit kerajaan yang coba-coba melakukan perlawanan.Saat demikian gentingnya, Perdana Menteri Tuo Hang pun sudah bersiaga penuh. Ia bersama para pengawalnya langsung menghunus pedang masing-masing demi mempertahankan diri.Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari pasukan Hu Yui Se berhasil menerobos pertahanan pasukan kerajaan. Mereka berhasil memasuki istana, kemudian langsung mengepung Perdana Menteri Tuo Hang dan para pengawalnya."Menyerahlah, Perdana Menteri!" seru Dui Mui."Bedebah!" geram Perdana Menteri Tuo Hang. Kemudian memberikan pe
Lie Huang dan semua yang ada di tempat itu mengangguk dan menjura serempak, sebagai bentuk hormat mereka terhadap Feng Guang selaku pemimpin tertinggi pasukan Hu Yui Se.Beberapa saat kemudian, tiga orang agen pengintai yang ditugaskan oleh Feng Guang sudah kembali menghadapnya. Tiga orang agen pengintai itu adalah para prajurit khusus. Mereka melaporkan tentang kondisi istana dan juga peta kekuatan lawan yang akan digempur oleh pasukan Hu Yui Se. Semua berdasarkan hasil penyelidikan yang mereka lakukan."Apakah ada tanda-tanda bahwa pasukan kerajaan mendapatkan bantuan dari pihak asing atau tidak?" tanya Feng Guang meluruskan pandangannya ke arah tiga prajurit mata-mata yang baru saja kembali."Sepertinya tidak, Panglima. Semua jalur yang menuju ke istana sudah diblokade oleh pasukan kita. Jadi, tidak mungkin ada pihak asing yang berani memasuki wilayah ibu kota," jawab salah seorang dari ketiga prajurit itu.Feng Guang tersenyum lebar, lalu bertanya lagi, "Apakah saat ini mereka sud
Tan Miau dan para prajurit Hu Yui Se tampak semringah mendengar perkataan Caw Kyu. Pasalnya, dengan gabungnya Caw Kyu dan kawan-kawannya, tentu akan menjadi kabar baik dan menggembirakan bagi seluruh rakyat kerajaan Tionggon."Kami sangat senang sekali mendengarnya," kata Tan Miau tersenyum lebar. "Semoga pasukan Hu Yui Se akan menjadi semakin kuat dengan kehadiran kalian," sambungnya dengan raut wajah semringah.Selanjutnya, Tan Miau langsung menyerahkan Caw Kyu dan kawan-kawannya kepada ketua regu induk pasukan Hu Yui Se yang bertugas di sepanjang perbatasan kota Yuanzi Timur. Setelah itu, Tan Miau kembali masuk ke tendanya untuk beristirahat sejenak, karena malam sudah semakin larut dan hampir mendekati pagi."Malam ini kalian istirahat saja dulu, besok barulah kalian boleh bergabung dengan para prajurit lainnya," kata salah seorang prajurit yang menjadi ketua regu induk pasukan Hu Yui Se.Caw Kyu dan kawan-kawannya menjura hormat dengan membungkukkan badan ke arah prajurit tersebu
Semua prajurit yang ada di tempat tersebut saling berpandangan, mereka sependapat dengan prajurit senior yang merupakan ketua regu di dalam kubu pasukan kerajaan. Dia adalah Caw Kyu—orang kepercayaan Panglima Hui Su. Bagaimana yang telah Caw Kyu sampaikan bahwa solusi dan jalan keluar terbaik adalah kabur dari istana. "Melarikan diri memang jalan terbaik yang harus kita lakukan, agar kita semua selamat dari serangan pasukan Hu Yui Se," desis salah seorang prajurit. "Jujur saja, aku sudah lelah berada di di istana ini," sambungnya."Apa yang kau katakan memang benar, aku pun sependapat denganmu," sahut prajurit lainnya.Semua prajurit yang ada di tempat tersebut, kini mulai berani mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka alami. Para prajurit itu sudah tak mau lagi terlibat perang melawan pasukan Hu Yui Se.Selain takut terhadap lawan yang mereka hadapi, para prajurit itu pun berpikir bahwa perang tersebut sama dengan melawan saudara mereka sendiri. Karena di dalam kubu pasukan Hu