Mendengar seruan tersebut, sontak semua orang yang ada di tempat tersebut langsung berpaling ke arah Feng Guang. Semua mata tertuju pada sosok pemuda tampan yang baru saja turun dari kudanya. "Siapa pemuda ini? Kenapa dia sangat berani sekali menghentikan aksi kedua pria itu?" gumam salah seorang warga yang menyaksikan detik-detik penganiayaan yang dilakukan oleh dua orang pria tersebut. "Entahlah, mungkin pemuda ini adalah seorang pendekar," sahut yang lainnya dengan mata tertuju ke arah Feng Guang. Dua orang pria itu langsung berpaling ke arah Feng Guang. Mereka tampak geram sekali terhadap Feng Guang yang sudah berani menghentikan aksi mereka. "Kau ini siapa? Kami sedang menyelesaikan masalah dengan orang ini, apakah kau tidak merasa terlalu ikut campur dengan urusan orang lain?" tanya salah seorang dari mereka dengan sikap sinis. Sikapnya sangat angkuh sekali, ia bertolak pinggang dengan mata membulat menatap tajam ke arah Feng Guang. "Aku tidak suka melihat orang yang sudah
Setelah berdamai dengan orang yang baru saja dianiaya oleh anak buahnya, Hung Lue dan putranya langsung meninggalkan tempat tersebut dengan diikuti oleh dua orang anak buahnya.Feng Guang menangkupkan kedua telapak tangannya, kemudian berkata, "Aku meminta maaf kepada semua orang yang ada di tempat ini, karena aku sudah turut andil dalam persoalan ini, sehingga terjadi kegaduhan di sini.""Tidak, Pendekar. Justru kami sangat berhutang budi kepadamu, kau telah menyelamatkan aku," kata pria paruh baya yang menjadi korban penganiayaan. "Sebaiknya kau singgah dulu di rumah makanku ini. Kau harus menikmati makanan lezat yang akan aku dihidangkan.""Tidak perlu, Paman. Aku tidak mengharap imbalan apa-apa, aku ikhlas menolongmu," jawab Feng Guang menangkupkan kedua telapak tangannya penuh hormat."Jika kau menolak tawaranku, tentu kami semua yang ada di tempat ini akan kecewa padamu.""Iya, Pendekar. Sebaiknya kau singgah saja dulu, kami sangat berterima kasih kepadamu," timpal pria senja ya
Sambil mengendap-endap, Feng Guang meraih beberapa pisau yang terselip di pinggangnya. Kemudian melempar pisau-pisau tersebut ke arah orang-orang yang sedang berbincang santai di teras rumah itu.Slep! Slep!Empat orang roboh seketika dengan pisau menancap di kening dan leher mereka.Melihat kawan mereka mendapatkan serangan mendadak, sontak yang lainnya langsung bangkit dan berhamburan keluar. Tetapi, mereka pun berjatuhan ketika pisau-pisau tersebut menancap di kening mereka."Keluar kau, Pengecut!" teriak salah seorang pendekar yang berhasil menghindari serangan dari Feng Guang.Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian melompat ke arah pendekar itu. Seiring demikian, puluhan pendekar lainnya sudah berdatangan, mereka langsung mengurung Feng Guang."Bedebah! Kau telah membunuh kawan kami, kau harus bertanggung jawab atas kematian mereka!" bentak salah seorang pendekar.Feng Guang hanya tersenyum-senyum saja mendengar perkataan pendekar tersebut. Namun tanpa sepengetahuan lawannya,
Setelah membentak, Le Tu Hua kembali menyerang dengan begitu ganasnya, terjangan angin kencang disertai kilat dan suara dentuman keras menggelegar. Hal itu terjadi karena bentroknya dua kekuatan tenaga dalam dari kedua belah pihak.Tubuh Feng Guang mulai terguncang hebat, kemudian terpental beberapa tombak ke belakang. Dari mulut dan hidungnya mengalir darah segar akibat tekanan tenaga dalamnya sendiri yang bentrok dengan kekuatan tenaga dalam Le Tu Hua."Hahaha ... malam ini kau pasti akan menemui ajal di tempat ini!" teriak Le Tu Hua sesumbar dengan sikap jemawa.Serangan ganas kembali dilakukan oleh Le Tu Hua terhadap Feng Guang yang sudah mulai kehilangan arah dalam menentukan serangan. Dalam kondisi demikian, dimanfaatkan dengan baik oleh Le Tu Hua, ia bergerak cepat dan kembali melakukan serangan terhadap Feng Guang."Rasakan ini!" teriak Le Tu Hua melesat terbang sambil mengerahkan pukulan tenaga dalam andalannya.Feng Guang sangatlah pandai dalam mengantisipasi alur serangan m
Law Sien hanya menganggukkan kepalanya saja menanggapi perkataan Le Tu Hua. Dua bola matanya bergulir ke arah Feng Guang."Hahaha ...." Pria itu tertawa dingin menatap wajah Feng Guang yang kini sudah kembali menginjakkan kakinya di atas tanah."Kau adalah seorang pendekar muda yang memiliki kepandaian yang sangat luar biasa. Nyalimu sangat besar sekali, Pendekar," ujar Law Sien. "Tapi sayang, semua kepandaian yang kau miliki tidak kau pergunakan dengan baik. Justru kau malah membunuh banyak pendekar dari kelompok Sekte Iblis Merah.""Lantas, apa urusannya denganmu?" sahut Feng Guang dengan sikap sinis.Pria paruh baya itu kembali memperdengarkan suara tertawa yang semakin memancing amarah Feng Guang."Selama ini, kelompokku memang selalu bertentangan dengan kelompok Sekte Iblis Merah. Tapi, aku tidak suka dengan caramu, dan hari ini aku akan ada di pihak mereka." Law Sien menoleh ke arah Le Tu Hua yang sedari tadi hanya diam berdiri."Sebaiknya kau diam saja! Kau tidak perlu ikut mel
Le Tu Hua merupakan seorang pendekar yang berpengalaman dan memiliki kesaktian yang begitu hebat. Namun, ia mulai kehilangan pamor di hadapan anak buahnya sendiri, kini mereka tak mau lagi tunduk dan mematuhi perintah Le Tu Hua."Bedebah kalian!" bentak Le Tu Hua segera menghunus pedangnya dan langsung menyerang secara membabi-buta.Tetapi, serangannya kali ini tidak tertuju kepada Feng Guang, melainkan kepada anak buahnya sendiri yang sudah mengabaikan perintahnya.Law Sien tertawa lepas melihat sikap Le Tu Hua, "Hahaha ... rasakan sendiri olehmu Le Tu Hua! Ini balasan akibat kau tidak menghargai aku yang sudah membantumu!" teriak Law Sien merasa puas melihat konflik di kubu kelompok Sekte Iblis Merah.Demikian pula dengan Feng Guang, ia hanya berdiri sambil tersenyum mengawasi pertarungan para pendekar Sekte Iblis Merah. Feng Guang sangat cerdas, ia telah mengatur siasat sedemikian rupa. Sehingga, para pendekar itu mulai terpengaruh oleh hasutannya."Aku akan menunggu sampai mereka
Feng Guang tersenyum-senyum sendiri melihat tubuh kekar yang selama ini sangat ditakuti oleh para penduduk yang ada di daratan Tionggon."Akhirnya dendam ini sudah aku tuntaskan. Kini tak boleh ada lagi pendekar jahat yang menguasai rimba persilatan, apalagi menindas rakyat. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" tekad Feng Guang.Setelah itu, ia langsung kembali ke rumah orang yang sudah memberi petunjuk kepadanya tentang kediaman Le Tu Hua. Ketika dirinya baru saja tiba di halaman rumah pria itu, Feng Guang mencium gelagat tidak baik.Pintu rumah tersebut terbuka lebar, di atas kursi yang ada di teras terlihat bercak darah yang sudah hampir mengering. Feng Guang menghentikan langkahnya, dua bola matanya bergulir mengamati sekitaran tempat tersebut."Apa yang terjadi dengan orang yang sudah membantuku? Apakah mungkin dia sudah tewas? Tapi, di mana mayatnya?" Feng Guang bertanya-tanya sendiri sambil melanjutkan langkah memasuki rumah tersebut.Sesampainya di dalam, rumah tersebut tam
Feng Guang hanya tersenyum saja setelah mendengar perkataan pendekar berjubah hitam. Dirinya mulai mengerti bahwa pendekar tersebut sama saja dengan para pendekar lainnya."Apakah mungkin pendekar itu tahu kalau aku membawa mustika naga?" gumam Feng Guang menduga-duga.Apa yang dipikirkan oleh Feng Guang memang benar, pendekar itu memilik tujuan untuk mendapatkan mustika naga yang beberapa waktu lalu sempat ia tunjukkan kepada orang-orang dari kelompok Sekte Iblis Merah.Pendekar tersebut dikenal sebagai pendekar yang luar biasa licik. Hal itu diketahui oleh para pendekar dari kelompok Sekte Iblis Merah. Namanya Siom Lie, ia memiliki kecepatan tinggi dalam mengambil sesuatu dari jarak jauh. Setiap kali tangannya bergerak dan menempel di tubuh lawan, sudah barang tentu benda apa pun yang ada di tubuh lawannya akan otomatis pindah ke tangannya."Apa pun alasan yang kau berikan, sebaiknya kau menyingkir dari hadapan kami!" bentak salah seorang dari kelompok Sekte Iblis Merah.Pendekar be
Para pendekar itu kembali mengerahkan kekuatan mereka dan kembali melakukan serangan secara brutal terhadap Feng Guang. Namun, Feng Guang dengan gerakan yang sangat cepat langsung menangkis setiap serangan yang dilancarkan oleh lawan-lawannya.Setelah dapat menghindari setiap serangan yang mengancam dirinya, Feng Guang langsung membalasnya dengan serangan yang lebih ganas dari serangan lawan-lawannya.Demikianlah, pertarungan itu pun terus berlanjut dan menjadi semakin sengit saja. Dari kedua belah pihak terus melakukan serangan-serangan yang sangat berbahaya. Terlebih lagi, serangan-serangan yang dilakukan oleh Yao Ming dan para pendekar lainnya. Mereka benar-benar berambisi untuk membinasakan Feng Guang pada saat itu juga.Mereka menutup mata dan telinga, seolah tak peduli dengan penjelasan Feng Guang. Para pendekar itu yakin bahwa Feng Guang adalah pelaku utama yang sudah membantai para pendekar Sekte Tian Cu."Tak ada pilihan lagi, selain melumpuhkan mereka satu persatu untuk meny
Namun, dua orang pendekar berjubah hijau itu tidak mengindahkan pertanyaan Feng Guang. Mereka hanya tertawa dan terus melakukan serangan terhadap Feng Guang."Kurang ajar!" geram Feng Guang langsung melakukan perlawanan sengit.Saat dirinya terdesak, Feng Guang menghentakkan kakinya, kemudian meluncur ke udara. Saat dalam posisi mengambang di udara, maka Feng Guang segera mengerahkan jurus tenaga dalamnya."Sebenarnya aku tidak tega jika harus melukai kalian. Tetapi, anggap saja ini adalah sebuah pelajaran yang harus kalian terima," kata Feng Guang masih dalam posisi terbang di atas para pendekar itu.Tanpa terduga, gelombang panas tiba-tiba muncul dari kedua telapak tangan Feng Guang. Kemudian gelombang panas itu meluncur ke arah dua pendekar berjubah hijau itu, serangan yang sangat dahsyat dan sulit dihindari, sehingga dua orang pendekar itu langsung jatuh bergelimpangan. Mereka benar-benar terkejut dan tak dapat mengantisipasi serangan tersebut.qFeng Guang hanya tersenyum dan lang
Yao Ming tertawa dingin, lalu menjawab, "Kau memang pandai berbohong, sehingga rakyat negri ini sangat percaya dengan kebohonganmu, karena mereka bodoh. Sebenarnya kau adalah penjahat yang berlindung di bawah kekuasaan Raja Hao Xiong Han yang dianggap sebagai pahlawan karena sudah berhasil merebut kembali pemerintah kerajaan Tionggon dari tangan Perdana Menteri Tuo Hang. Tapi di mata kami, kau tetap seorang penjahat. Kami tahu kebusukanmu!""Kau telah menuduhku melakukan perbuatan yang tidak pernah aku lakukan!" Feng Guang membentak dengan penuh kegusaran. "Seharusnya kau percaya bahwa aku ini tidak pernah terlibat dalam kasus kematian para pendekar Sekte Tian Cu. Ini fitnah dan aku tidak terima atas tuduhan ini!"Yao Ming dan kedua anak buahnya tertawa lepas mendengar perkataan Feng Guang. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang Feng Guang katakan."Jangan berkelit lagi, Feng Guang. Percuma saja, kami memiliki bukti yang kuat!" kata Yao Ming. "Malam ini kau harus mempertangg
Setelah berada di luar penginapan, Feng Guang tampak terkejut sekali ketika melihat sebuah tulisan di dinding luar kamar tempatnya menginap. Tulisan tersebut merupakan sebuah tantangan dari seseorang yang tak dikenal yang meminta Feng Guang agar datang ke sebuah tempat."Gurun pasir Tio Sun," gumam Feng Guang setelah membaca tulisan tersebut.Entah siapa orang yang sudah menulis pesan tersebut, karena dalam tulisan itu tidak tertulis nama sang penulisnya.Feng Guang tampak bingung sekali. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata lagi, "Bagaimana mungkin ada seorang pendekar yang menantangku untuk bertarung, padahal tak ada orang yang mengetahui kalau aku menginap di sini. Bahkan para biksu yang baru melakukan pertemuan denganku tidak ada satu pun yang tahu?"Feng Guang termenung sejenak, memikirkan langkah selanjutnya. Apakah ia harus menerima tantangan tersebut atau mengabaikannya?Setelah itu, Feng Guang langsung bersiap untuk berangkat ke gurun pasir Tio Sun. Ia tampak penasaran
Dengan demikian, Feng Guang sudah mulai kehilangan kesabaran dan langsung mengerahkan jurus andalannya.Perdana Menteri Tuo Hang, saat itu masih dapat melakukan perlawanan meskipun dirinya sudah mengalami luka yang sangat parah. Namun, perlawanannya tidak berarti apa-apa, karena Feng Guang lebih unggul segalanya.Hanya dengan dua kali sabetan pedangnya, Feng Guang sukses menjatuhkan pria bertubuh kekar itu, sehingga Perdana Menteri Tuo Hang tewas dengan luka yang sangat parah di bagian leher dan perutnya.Sementara itu, pasukan Hu Yui Se sudah sepenuhnya menguasai pertempuran. Bahkan mereka sudah berhasil menangkap para prajurit kerajaan dan menewaskan Panglima Hui Su sebagai orang nomor satu di angkatan perang pasukan kerajaan Tionggon yang diperintah oleh Perdana Menteri Tuo Hang.Berkat keyakinan dan kegigihan para prajurit Hu Yui Se, akhirnya mereka mampu merebut istana yang sudah lama dikuasai oleh pasukan kerajaan yang pro terhadap Perdana Menteri Tuo Hang."Ini adalah sebuah ke
Dengan demikian, pertempuran besar pun kembali terjadi. Pasukan kerajaan melakukan perlawanan sengit atas serangan yang dilancarkan oleh pasukan Hu Yui Se."Jangan biarkan mereka masuk. Kalian harus bisa mempertahankan istana ini!" seru Panglima Hui Su.Feng Guang dengan gagahnya memacu derap langkah kudanya langsung masuk ke halaman istana disusul oleh Dui Mui dan Hok Shin. Dengan senjata masing-masing, mereka langsung menebas leher semua prajurit kerajaan yang coba-coba melakukan perlawanan.Saat demikian gentingnya, Perdana Menteri Tuo Hang pun sudah bersiaga penuh. Ia bersama para pengawalnya langsung menghunus pedang masing-masing demi mempertahankan diri.Beberapa saat kemudian, beberapa orang dari pasukan Hu Yui Se berhasil menerobos pertahanan pasukan kerajaan. Mereka berhasil memasuki istana, kemudian langsung mengepung Perdana Menteri Tuo Hang dan para pengawalnya."Menyerahlah, Perdana Menteri!" seru Dui Mui."Bedebah!" geram Perdana Menteri Tuo Hang. Kemudian memberikan pe
Lie Huang dan semua yang ada di tempat itu mengangguk dan menjura serempak, sebagai bentuk hormat mereka terhadap Feng Guang selaku pemimpin tertinggi pasukan Hu Yui Se.Beberapa saat kemudian, tiga orang agen pengintai yang ditugaskan oleh Feng Guang sudah kembali menghadapnya. Tiga orang agen pengintai itu adalah para prajurit khusus. Mereka melaporkan tentang kondisi istana dan juga peta kekuatan lawan yang akan digempur oleh pasukan Hu Yui Se. Semua berdasarkan hasil penyelidikan yang mereka lakukan."Apakah ada tanda-tanda bahwa pasukan kerajaan mendapatkan bantuan dari pihak asing atau tidak?" tanya Feng Guang meluruskan pandangannya ke arah tiga prajurit mata-mata yang baru saja kembali."Sepertinya tidak, Panglima. Semua jalur yang menuju ke istana sudah diblokade oleh pasukan kita. Jadi, tidak mungkin ada pihak asing yang berani memasuki wilayah ibu kota," jawab salah seorang dari ketiga prajurit itu.Feng Guang tersenyum lebar, lalu bertanya lagi, "Apakah saat ini mereka sud
Tan Miau dan para prajurit Hu Yui Se tampak semringah mendengar perkataan Caw Kyu. Pasalnya, dengan gabungnya Caw Kyu dan kawan-kawannya, tentu akan menjadi kabar baik dan menggembirakan bagi seluruh rakyat kerajaan Tionggon."Kami sangat senang sekali mendengarnya," kata Tan Miau tersenyum lebar. "Semoga pasukan Hu Yui Se akan menjadi semakin kuat dengan kehadiran kalian," sambungnya dengan raut wajah semringah.Selanjutnya, Tan Miau langsung menyerahkan Caw Kyu dan kawan-kawannya kepada ketua regu induk pasukan Hu Yui Se yang bertugas di sepanjang perbatasan kota Yuanzi Timur. Setelah itu, Tan Miau kembali masuk ke tendanya untuk beristirahat sejenak, karena malam sudah semakin larut dan hampir mendekati pagi."Malam ini kalian istirahat saja dulu, besok barulah kalian boleh bergabung dengan para prajurit lainnya," kata salah seorang prajurit yang menjadi ketua regu induk pasukan Hu Yui Se.Caw Kyu dan kawan-kawannya menjura hormat dengan membungkukkan badan ke arah prajurit tersebu
Semua prajurit yang ada di tempat tersebut saling berpandangan, mereka sependapat dengan prajurit senior yang merupakan ketua regu di dalam kubu pasukan kerajaan. Dia adalah Caw Kyu—orang kepercayaan Panglima Hui Su. Bagaimana yang telah Caw Kyu sampaikan bahwa solusi dan jalan keluar terbaik adalah kabur dari istana. "Melarikan diri memang jalan terbaik yang harus kita lakukan, agar kita semua selamat dari serangan pasukan Hu Yui Se," desis salah seorang prajurit. "Jujur saja, aku sudah lelah berada di di istana ini," sambungnya."Apa yang kau katakan memang benar, aku pun sependapat denganmu," sahut prajurit lainnya.Semua prajurit yang ada di tempat tersebut, kini mulai berani mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka alami. Para prajurit itu sudah tak mau lagi terlibat perang melawan pasukan Hu Yui Se.Selain takut terhadap lawan yang mereka hadapi, para prajurit itu pun berpikir bahwa perang tersebut sama dengan melawan saudara mereka sendiri. Karena di dalam kubu pasukan Hu