“Kenapa kamu menyimpulkan hal itu?” tanya Bhuvi pada Tommy yang masih menatap lurus ke layar lcd.
Tommy menoleh dan tersenyum tipis. “sederhana Pak, karena mereka memiliki kesamaan visi dan misi.”
“Visi dan misi?”
“Robert ingin menghancurkan Pak Louis sedangkan Damian ingin menyingkirkan Pak Louis karena igin merebut bu Glara lagi.” Bhuvi termenung mendengar penjabaran Tommy tentang analisanya. “kalau kita melihat ke beberapa kejadian sebelum ini, kita bisa melihat betapa Damian itu bisa meloloskan diri dari penjara. Saat sidang pertama? Pelariannya sangat tersusun rapi.”
“Saya setuju, Pak,” ujar Leo menyetujui ucapan rekan kerjanya itu. “selain dari pelarian, kita bisa lihat akses yang Damian punya. Contohnya, menggunakan geng motor? Sabotase data perusahaan Bu Martha?”
“Kita harus tetap me
“Di salah satu venue, Bu. Kami kurang tahu nama daerahnya, tetapi kami tahu tempatnya.” Glara menatap Tommy ragu. “Kami hanya menjalankan perintah, Bu,” imbuh Tommy kala mendapatkan tatapan curiga Glara.“Tetapi aku harus datang ke launching produkku sendiri. Aku tetap harus datang apapun kondisinya,” ujar Glara pasrah. “Dewan direksi menolak usulanku untuk menunda launching,” lanjut Glara menyampaikan kenyataan yang ada.Tommy mengangguk, ia lantas berkata, “Kita hanya datang sebentar saja bu, setelah itu kami akan mengantarkan anda ke lokasi launching produk anda.”“Kamu yakin aku bisa sampai tepat waktu?” tanya Glara memastikan jawaban dari anak buah Bhuvi itu.Tommy dan Boy mengangguk yakin. Glara akhirnya mengangguk, walau sebenarnya ia masih berat dengan keputusannya itu. “Oh iya, Tommy aku ada sedikit pertanyaa
Tommy hanya mengangguk tanpa mengucapkan apapun. Ia mempersilakan Glara untuk masuk ke dalam. Dengan ragu Glara mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat acara. Kening Glara berkerut kala melihat sebagian dekorasi tertutup kain putih yang menjuntai dan tamu undangan yang menatap ke arahnya dengan senyum yang tak bisa diartikan.“Tom, apa ada yang salah dengan penampilanku?” bisik Glara pada Tommy yang berada di belakangnya.“Tidak ada, bu.” Glara masih saja gelisah walaupun sudah mendengar jawaban dari Tommy.Baru maju beberapa langkah secara tiba-tiba musik berhenti bermain dan lampu di sekitarnya padam. Glara memekik tertahan, ia mencari Tommy yang hanya diam tak mengamankannya atau melakukan sesuatu. Cukup lama Glara menyesuaikan netranya dan mencari keberadaan Tommy yang mendadak hilang dari dekatnya.“Tommy‼ Tommy‼ di mana kamu?” Glara mencoba berjalan
Bhuvi hanya tersenyum dan tak merespon apapun. “Pertanyaan selanjutnya.” Sikap Bhuvi menunjukkan jika ia tak mau membahas permasalahan asal usul Ishara.Beragam pertanyaan mulai mereka sampaikan pada Glara dan Bhuvi, dua pebisnis muda yang sedang naik daun itu menjawab seluruh pertanyaan di luar urusan pribadi mereka. Hingga serangkaian acara pun sudah selesai mereka lalui, produk yang dirancang oleh Glara sudah siap didistribusikan ke seluruh penjuru dunia.Bhuvi pulang bersama dengan Glara, sedangkan ketiga anaknya bersama dengan Tomny juga Leo. Di dalam mobil, Glara tak berhenti-henti bertanya pada Bhuvi tentang acara yang pria itu buat tadi.“Bhuvi, bagaimana bisa kamu merancang itu semua?” tanya Glara menuntut jawaban pada Bhuvi yang hanya tersenyum di balik stir kemudinya.“Bhuvi, ayolahh jangan hanya diam saja!” rengek Glara karena Bhuvi tak kunjung menjawab
Pria itu justru tertawa meremehkan dan menatap Damian serius. “Jangan berharap banyak. dan jangan percaya ucapannya, sayangnya anda terjebak di dalam keduanya. saya tidak bisa membantu banyak. kecuali anda mau mengikuti ucapan petugas kepolisian.”“Anda mendukung kepolisian? Sebenarnya anda ada di pihak mana?” Pria itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan Damian.Jika Damian sedang sibuk dengan pemikirannya dan pengacara itu, Glara justru sedang sibuk dengan urusan dapur. Pagi ini ia ingin mengadakan makan-makanan untuk perayaan launching produknya serata penjualan produk yang mulai mendekati target pertama.Tentunya Glara tak sendirian, ia ditemani oleh Tasha, Willi dan Erina yang turut sibuk ke sana ke mari untuk membantu Glara. Sedangkan tim laki-laki sedang bermain bersama Gama, termasuk Bhuvi yang pagi-pagi buta sudah tiba di sana bersama dengan Tommy dan Leo.Bhuvi
“Kamu akan terkejut kalau tahu perusahaannya dan siapa orang yang memimpin perusahaan itu,” ujar Glara dengan raut wajah serius.Bhuvi menatap Glara dengan menaikkan sebelah alisnya. “memangnya siapa?”Glara menarik napas dalam-dalam lantas menatap Bhuvi dalam-dalam dan berkata, “Robert.”Bhuvi tersenyum. “jadi benar dugaanku selama ini. Pria ini yang memanipulasi keadaan dan menjadikan Damian pelakunya.”“Kamu sudah tahu?” tanya Glara masih dengan tatapan yang sama.Bhuvi mengangguk, “tidak semuanya. aku hanya tahu sosok Robert yang menyuruh Damian dan menghasut pria itu. kalau tujuannya melakukan itu, aku baru tahu sekarang.” Bhuvi menatap Glara dan berkata, “seperti yang aku katakan tadi. Beberapa hari lalu aku menyelidiki semuanya bersama Tommy dan Leo. Dan aku menemukan nama Robert tetapi tid
Sudah lebih dari seminggu Damian dilanda kegelisahan dan kebingungan. Berulang kali Damian membaca surat perjanjian yang diberikan Bhuvi padanya. Dan sesuai jadwal yang diberikan, hari ini Damian akan mendapatkan kunjungan dari pengacaranya.“Ayo!” ujar polisi seraya membukakan pintu sel tahanan dan menuntun Damian bertemu pengacaranya di ruangan khusus.Damian masuk ke dalam, ia menatap sosok pria paruh baya yang duduk di salah satu kursi. Damian pun mendekatinya dan duduk di depan pria itu. “Bagaimana keadaanmu?” tanya pengacara itu ketika Damian duduk di depannya dan Pak polisi menutup pintu meninggalkan mereka berbincang berdua.“Tidak terlalu baik,” balas Damian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kayu yang ia duduki.Pengacara itu menganggukkan kepala. “kenapa?”“Kapan aku bisa bebas?” tanya Damian lugas d
“Mungkin kau bisa bebas atau memperingan hukumanmu,” balas tim penyidik tenang dan sorot mata tajam. “jadi benar ada orang dibalik anda?”Damian terdiam, ia tak bisa menjawab ucapan pria itu. entah apa yang membuat Damian begitu berat untuk berkata yang sebenarnya. “bolehkah aku menghubungi seseorang?”“Aduh, kamu ini membuang waktu.”“Hanya 10 menit. Setelah itu aku akan mengatakan yang sebenarnya,” ujar Damian mencoba membujuk petugas penyidik. Akhirnya pria itu memberikan ponselnya, Damian segera menekan angka-angka di layar ponsel penyidik dan menempelkannya pada telinga.Terdengar nada sambung panggilan namun Damian tak kunjung mendapatkan jawabannya. Damian tak menyerah ia terus mendial nomor tersebut hingga beberapa kali. Hingga petugas penyidik kesal dengan sikap Damian. “sudahlah kamu ini, membuang waktu. Kembalikan!” be
“Damian sudah mengatakan siapa orang yang menyuruh dan membiayai perbuatannya.” Manik coklat Glara membulat sempurna kala mendengar ucapan Bhuvi.“Kok bisa?”Bhuvi tersenyum tipis. “Mungkin dia sudah sadar kalau perbuatannya salah.”“Bagaimana dengan hukumannya?” tanya Glara masih menatap serius ke arah Bhuvi.Bhuvi menggeleng. “untuk bebas kemungkinannya kecil. Tetapi untuk meringankan hukuman munngkin bisa. Apapun itu, yang terpenting sekarang ini dia sudah memutuskan hal yang tepat.”Glara pun mengangguk. “Setelah sidang putusan nanti. Entah dia bebas atau tidak, dia meminta untuk bertemu dengan anaknya Martha.”Kening Glara berkerut mendengar ucapan Bhuvi. “Beberapa hari lalu aku dan Leo mendatanginya. Dan menawarkan kerja sama. Bagaimana pun juga, Damian adalah saksi kunc