Para anggota keluarga Rolando kembali masuk ke dalam rumah, sedangkan Rashel kembali ke kamarnya untuk mulai mengepak barang. Tidak lama kemudian, Sania masuk ke dalam kamar Rashel lalu menghela napas seraya bertanya, “Kamu nggak mau tinggal di sini dulu sampai bulan depan?”“Aku masih ada urusan di kantor yang harus kuselesaikan sebelum pindah ke Suwanda. Jadi, aku harus tinggal di sana sementara waktu,” jawab Rashel sambil mengemas barangnya tanpa menoleh ke arah Sania sama sekali. Sekarang Rashel tidak perlu lagi merasa sungkan untuk pindah dari rumah ini. Karena masalah besar dalam keluarga Rolando sudah berhasil terselesaikan. Lagi pula, dia tidak bisa lagi tinggal di sini setelah tahu kalau Sania sudah pernah menipunya. “Rashel, Ibu nggak akan menahanmu di sini. Tapi Ibu harap kamu mau menerima pemberian Ibu sebelum kamu pergi,” ujar Sania sambil mengeluarkan sebuah kotak kayu perhiasan. Rashel mengenal kotak itu karena sepasang anting yang diberikan Sania kepadanya 2 hari ya
Raut wajah Sania seketika berubah kesal. Kemarin Sania merendahkan dirinya dan pergi ke kediaman keluarga Subekti ketika keluarga Rolando sedang mengalami masalah yang cukup besar. Namun, Anna justru menyuruh pelayan untuk mengusirnya dari rumah mereka. Dia sama sekali tidak mengizinkan Sania masuk ke dalam rumahnya. Sania akhirnya bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah sebenarnya dari orang-orang itu setelah apa yang terjadi kepada keluarganya selama beberapa hari belakangan. “Bilang saja aku sibuk,” ujar Sania ketus. “Bu, biarin saja mereka masuk. Kemarin mereka sudah mengabaikan kita. Sekarang waktunya kita membalas mereka,” ujar Ivone sambil mencibir. Si pelayan langsung bergegas mempersilakan Anna dan Jefri untuk masuk setelah melihat Sania yang tidak menolak perkataan putrinya. Anna hari ini mengenakan rok berwarna gelap yang membuat aura kekayaannya terlihat meredup. Kemudian dia berkata kepada Jefri yang ada di sebelahnya, “Keluarga Rolando yang hari ini berbeda jauh s
Jefri langsung diseret keluar dari kediaman keluarga Rolando oleh ibunya. Namun, dia masih sempat untuk melirik ke arah Rashel yang sejak tadi hanya duduk diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Walaupun perempuan ini pernah melahirkan, semua itu sama sekali tidak mempengaruhi aura dan kecantikannya. Kalau saja Jefri bisa hidup bersama perempuan itu ....“Lihat apa kamu! Walaupun keluarga Rolando telah menjadi keluarga kuat dan kaya, mereka tetap saja tidak sebanding dengan keluarga kita. Bahkan Ibu dengar, mereka sampai menjual anak angkat mereka biar bisa dapat bantuan dari Tanjaya Group. Mereka benar-benar konyol!” ujar Anna geram di dalam ruang tamu keluarga Rolando.Kemudian kedua ibu dan anak itu bergegas keluar dari rumah keluarga Rolando tanpa banyak basa-basi lagi. Rashel mendengar semua perkataan Anna. Namun, ekspresi wajahnya tetap saja sama. “Bu, aku pergi dulu,” ujar Rashel lalu memasukkan kopernya ke dalam mobil dan bergegas pergi dari rumah itu dengan
Rashel membanting pintu mobil lalu bergegas menghampiri gadis kecil itu. Gadis kecil itu langsung menoleh dengan matanya yang berbinar ketika mendengar suara pintu mobil dibanting. “Tante tahu nggak jalan menuju Panti Suhan Golden Sun?” tanya gadis kecil itu dengan suara yang terdengar sangat manis. Hati Rashel seketika meleleh lalu dia membungkuk dan berkata, “Tante tahu, kok. Kamu mau Tante antar ke sana?”Gadis kecil itu langsung mengangguk lalu berkata sambil tersenyum, “Makasih, Tante!”Rashel langsung menggendong gadis kecil itu dengan hati-hati lalu meletakkannya di kursi belakang dan memasangkan sabuk pengaman seraya bertanya, “Nak, kenapa kamu pergi sendirian dari Panti Asuhan Golden Sun?”“Kak Gani bilang dia mau makan permen kapas, makanya dia kasih aku uang dan suruh aku keluar untuk beli permen kapas itu,” jawab si gadis kecil itu dengan mata berbinar. Kemudian dia kembali berkata, “Tante, kita bisa kan pergi beli permen kapas dulu sebelum pulang ke panti asuhan?”Rashe
Rashel berusaha menahan rasa pilu di hatinya lalu berkata, “Tante kan mau antar kamu ke panti asuhan, jadi Tante juga harus kasih hadiah dong ke teman-temanmu di sana. Anggap saja ini sebagai hadiah perkenalan dari Tante.”Panti asuhan sering sekali mendapat banyak hadiah dari berbagai macam orang.Oleh karena itu, Anggun langsung mengangguk seraya berkata, “Makasih, Tante!”Kemudian Rashel mengantar Anggun sampai ke depan pintu masuk panti asuhan. Panti asuhan ini masih berada di Kota Abrha dengan ukuran yang terbilang sedang. Terdapat dua buah bangunan kumuh di dalam panti asuhan yang dicat dengan warna kuning dan biru. Selain itu, ada banyak anak-anak yang sedang bermain di halaman. “Bu Kepala Panti, aku sudah pulang!” seru Anggun setelah keluar dari mobil lalu melemparkan tubuhnya ke dalam pelukan seorang perempuan yang berusia sekitar 40 tahunan. “Anggun, kamu ini pergi ke mana saja? Kenapa kamu nggak nurut sama Ibu? Kita semua nyari kamu sampai benar-benar pusing,” ujar kepala
Rashel membawakan banyak makanan ringan dan mainan untuk anak-anak panti asuhan yang membuat mereka semua melompat kegirangan.Rashel berniat untuk langsung pergi setelah mengantar Anggun. Namun, Rashel langsung merasa enggan untuk beranjak setelah melihat mata Anggun yang polos berbinar dengan terangnya. Kurang lebih, 30 menit lagi sepasang suami istri akan datang untuk mengadopsi anak dari panti asuhan ini. Kemungkinan Anggunlah yang akan mereka adopsi karena anak ini terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Sekarang Rashel sangat ingin tahu siapa orang tua yang akan mengadopsi Anggun untuk dijadikan putri angkat mereka. “Tante Rashel bisa temani aku di sini?” tanya Anggun polos sambil menarik lengan baju Rashel.Rashel langsung menggendongnya seraya berkata, “Tentu saja, bisa!”Di sudut ruangan yang tidak jauh dari tempat Rashel dan Anggun, Gani yang masih marah sedang memperhatikan kedua perempuan itu. Sebelumnya, Gani adalah kesayangan semua orang di panti asuhan. Namun, orang-oran
Anggun membuka matanya lebar-lebar dan berusaha untuk tidak menangis. “Drrrtt! Drrtt!”Ponsel Rashel tiba-tiba berdering. Kemudian dia bergegas menghampiri Anggun setelah selesai menerima telepon lalu berkata, “Anggun, Tante pergi dulu, ya. Tante tiba-tiba ada urusan mendadak. Anggun mau bilang sampai jumpa nggak sama Tante?”Anggun langsung memeluk leher Rashel lalu berkata, “Tante, aku nggak mau Tante pergi.”Anggun sama sekali tidak menangis ketika Gani mengambil kalung kesayangannya. Namun, dia langsung menitikkan air mata ketika teringat kalau Rashel akan pergi meninggalkannya. “Jangan nangis, dong. Kamu harus jadi anak baik, ya. Nanti Tante ke sini lagi,” ujar Rashel berusaha menenangkan Anggun. “Tapi kata Kak Gani, aku akan diadopsi dan punya orang tua baru hari ini. Kalau begitu, aku mungkin nggak bisa lagi ketemu sama Tante,” balas Anggun. “Tante kan bisa tanya sama Bu Kepala Panti di mana alamat orang tua barumu. Dengan begitu, Tante masih bisa mengunjungimu,” ujar Rashel
“Apa Tante mau mengadopsiku?” tanya Anggun sambil membuka matanya lebar-lebar.Rania sempat tertegun sejenak lalu tersenyum lembut seraya berkata, “Kalau begitu, apa kamu mau Tante adopsi?” Anggun langsung menunjuk ke arah Gani lalu berkata, “Kak Gani lebih pintar dan penurut daripada aku. Gimana kalau Om dan Tante mengadopsi dia saja?”Anggun rela memberikan kesempatan emasnya ini kepada Gani karena dia tahu kalau Gani sangat menginginkan sebuah keluarga dan memiliki orang tua. “Anggun, jangan asal bicara begitu! Kamu sudah cukup beruntung Om dan Tante ini suka sama kamu dan mau mengadopsimu. Jadi, jangan kamu sia-siakan kesempatan ini,” ujar Kepala Panti berusaha menasihati Anggun. Anggun hanya bisa terdiam sambil menundukkan kepalanya dan meremas jarinya dengan penuh kegelisahan di hatinya.“Kalian semua pasti benci sama aku!” seru Gani lalu berbalik dan pergi meninggalkan mereka semua. Fandi langsung berpikir kalau apa yang dikatakan istrinya ternyata benar adanya. Anak perempu