“Brak!”Rashel mengangkat kakinya lalu menendang Jefri sampai dia terpental dan jatuh tersungkur di atas lantai. “Kurang ajar!” seru Jefri sambil memegangi dadanya dengan wajah penuh rasa tidak percaya.“Berani sekali kamu ....”Rashel menepuk tangannya lalu membersihkan debu di bahunya seraya berkata, “Aku sudah kasih kamu kesempatan. Tapi kamu yang cari mati sama aku.”“Kak Jefri, kamu kenapa?” tanya Ivone yang muncul dari koridor dan langsung menghampiri Jefri yang masih tersungkur di atas lantai dengan panik.“Kak Rachel kenapa, sih? Kenapa Kakak nyerang Kak Jefri? Kak Jefri itu kan pewaris keluarga Subekti. Kakak tahu nggak kalau apa yang sudah Kakak lakukan ke Kak Jefri pastinya akan membuat keluarga Subekti marah. Keluarga Subekti pasti nggak akan lepasin Kakak!” seru Ivone kesal. “Aku akan lapor polisi atas masalah ini. Kita akan bertemu di pengadilan. Jadi, ke depannya masalah ini nggak akan merugikan keluarga Rolando,” ujar Rashel tenang. “Bagaimana mungkin Kakak bisa lapo
Sania mengangkat kepala dan menatap putrinya dengan tenang. “Kenapa Ibu lihatin aku begitu? Ucapanku nggak salah, kok. Perempuan itu memang selalu bersikap sombong seakan dia selalu hidup di atas orang-orang dan nggak pernah hidup di bawah,” ujar Ivone.“Apa kamu penyebab Jefri menghina Rashel? Ibu sempat mendengar Jefri mengatakan kalau Rashel adalah perempuan yang sudah melahirkan. Apa kamu yang bilang sama Jefri kalau Rashel sudah pernah melahirkan?” tanya Sania. Ivone terlihat panik seakan dia takut ketahuan oleh ibunya. Namun, dia tetap berusaha untuk tidak terlihat bersalah dengan berkata, “Aku nggak asal ngomong, kok. Ibu sendiri yang bilang sama aku kalau Rashel sudah pernah melahirkan, benar kan?”“Plak!”Sania langsung menampar Ivone dengan keras. “Ibu kenapa nampar aku?” tanya Ivone sambil memegangi wajahnya. “Aku cuma bilang yang sejujurnya sama Kak Jefri. Memangnya salahku di mana? Aku dan Kak Jefri kan tumbuh besar bersama, tapi Ibu malah misahin kami. Bahkan Ibu juga
Total harga perhiasan yang dikenakan Rashel sama dengan total semua barang yang dimiliki Ivone. Terlebih lagi, Heart Of The Ocean yang merupakan perhiasan yang sangat langka. Orang-orang di Kota Abrha hanya pernah mendengar namanya saja tanpa pernah melihatnya sama sekali secara langsung. “Dia bukanlah orang biasa. Selama ini, aku menyembunyikan semua ini karena dirimu. Ibu takut keluarganya berhasil menemukannya dan mengambilnya ketika kamu belum sembuh. Tapi sekarang kamu sudah sembuh. Jadi, sekarang sudah waktunya Ibu bantu Rashel untuk menemukan keluarganya,” ujar Sania. “Apa mungkin semua barang ini adalah barang curian?” tanya Ivone ragu.“Siapa yang akan pakai barang curian dengan terang-terangan? Lagi pula, kamu lihat saja bagaimana dia bersikap. Dia benar-benar terlihat bukan berasal dari keluarga biasa,” jawab Sania. “Kalau memang begitu, kita nggak boleh sampai menikahkannya sama keluarga Subekti ataupun keluarga lain yang memiliki status lebih tinggi. Keluarga Rashel pas
Rashel berbaring di ranjang pemeriksaan dan mengizinkan dokter untuk memeriksa kandungannya. “Tubuh Ibu sehat, kok. Tidak ada masalah yang serius,” ujar dokter itu.Kemudian Rashel mengangkat pakaiannya dan menunjukkan bekas luka di perutnya. “Apa luka ini karena operasi usus buntu?” tanya Rashel penasaran. Dokter itu mendorong kacamatanya naik lalu menyentuh daerah bekas luka yang ditunjukkan oleh Rashel. “Bekas luka operasi usus buntu biasanya tidak berada di sini. Bekas luka operasi ini seperti bekas operasi Caesar untuk melahirkan bayi,” jawab dokter itu sambil mengerutkan keningnya. Rashel langsung tersentak setelah mendengar perkataan dokter itu. Jadi, dia memang sudah pernah melahirkan bayi sebelumnya. Keluarga Rolando pasti tahu akan hal ini. Namun, Sania tidak pernah menceritakan masalah itu kepadanya. Rashel langsung menarik napas panjang lalu berkata, “Apa Dokter bisa tahu kapan operasi Caesar ini dilakukan dari bekas luka saya?” Dokter itu tampak ragu. Selama ini, d
Kalung itu juga tidak pernah lagi muncul di pelelangan setelah Anna menjadi kaya raya seperti saat ini. Harga pasaran 100 miliar untuk kalung itu bisa dibilang teralu rendah. Karena siapa pun tidak ada yang bisa membelinya, bahkan dengan harga penawaran sebesar 200 miliar sekalipun. “Kamu bilang kalau kalung itu ada di leher anak angkatmu?” tanya Anna sambil mengambil kalung itu. Sania mengangguk lalu berkata, “Aku berniat menjodohkannya dengan Jefri karena anak angkatku ini pastinya memiliki latar belakang yang nggak biasa. Hanya keluarga Subekti saja yang sepadan untuk meminangnya.”Anna mengetukkan tangannya di atas meja mencoba berpikir selama beberapa saat. Sebenarnya, dia ingin menikahkan putranya dengan kalangan kelas atas di Kota Suwanda. Namun, orang-orang Suwanda selalu saja menganggap remeh orang-orang dari Kota Abrha. Bahkan Anna masih saja tidak bisa bergaul dengan kalangan atas Kota Suwanda setelah cukup lama berusaha sekuat tenaganya. Sekarang pilihan keluarga Subekt
Kalimat dari Bu Anna seketika langsung membuat Sania bisa bernafas lega."Sudah aku bilang ‘kan, aku nggak mau," wajah Rashel memerah, "Bu Anna, silakan pergi. Mohon jangan ungkit masalah ini lagi di kemudian hari."Mata Bu Anna semakin menyipit, "Kamu sadar nggak sih kamu nolak siapa?" Rashel hanya menarik sudut bibirnya. Anna adalah orang yang suka sok tinggi, merasa diri lebih unggul, merasa semua orang ingin mendekati keluarga Subekti.Rashel tidak mau lagi berdebat dengan Anna. Dia juga tidak mau diganggu terus-menerus.Rashel membuka tas kecilnya, mengambil selembar kertas dan menyodorkan pada Anna, "Bu Anna, silakan baca laporan pemeriksaan ini, kalau Bu Anna masih mau saya jadi menantumu, ya sudah, saya terima saja."Bu Anna dengan curiga mengambil kertas itu, mengamati sebentar. Dia kaget dan bertanya, "Ini beneran atau bohong?""Siapa yang mau bikin fitnah tentang diri sendiri?" Rashel tersenyum sinis, "Sekarang, Bu Anna bisa ninggalin saya?"Wajah Anna tampak pucat, dia men
"Kenapa ini nggak diceritain ke aku?"Rashel makin menekan Sania, tatapannya terasa begitu menusuk.Sania menundukkan matanya sejenak, "Pas kamu pertama kali datang, tiap malam kamu selalu mimpi buruk. Kamu sering mengigau, ngomong-ngomong sendiri, 'anakku, jangan sakiti anakku …' Ibu jadi mikir, mungkin kamu dikejar sambil gendong anakmu dan terakhir terpaksa loncat ke laut … Kamu berhasil selamat, tapi mungkin anakmu nggak seberuntung itu ... Rashel, Ibu nggak mau kamu sedih, makanya Ibu nggak pernah ngomongin ini."Bibir Rashel seketika pucat.Dia menutup mata, jari-jarinya mengerat.Di perjalanan pulang ke keluarga Rolando dari rumah sakit, Rashel memikirkan berbagai kemungkinan. Hanya saja, dia tidak pernah membayangkan bahwa anaknya sudah meninggal."Rashel, jangan sedih, kamu masih bisa punya anak lagi kok …." Sania dengan cemas memandanginya, "Ibu akan carikan kamu suami yang baik, kamu masih muda, pasti bisa punya anak lagi ….""Aku nggak mau nikah." Rashel berkata dengan nada
Zendy memicingkan matanya. Dia menatap tanaman merambat yang menghias halaman rumahnya. Memang, keluarga Rolando memiliki banyak hutang budi pada anak angkat mereka yang satu ini. Jadi, saat Sania memutuskan untuk mengadopsi Rashel, Zendy tanpa ragu setuju. Tapi, setelah tinggal bersama gadis itu selama tiga tahun, Zendy baru menyadari bahwa ternyata karakter Rashel tidak semudah itu untuk diatasi. Pada pertemuan keluarga, ketika matanya bertemu dengan mata Rashel, ada rasa tidak nyaman yang muncul di kepala Zendy.“Bayi itu sudah nggak ada, dan itu adalah kenyataan yang nggak bisa kita ubah. Sekarang, kita harus membuatnya menikah, punya anak lagi. Kalau dia sudah punya anak baru, dia nggak akan peduli lagi sama masa lalunya,” kata Zendy dengan nada tegas. "Dua sepupu Ivone lagi cari istri, ‘kan? Gimana kalau kita jodohkan Rashel dengan salah satu dari mereka?"Sania terdiam, "Tapi …."“Kalau dia jadi bagian dari keluarga Rolando dan punya anak kandung dari keluarga ini, maka dia p