Suara laki-laki itu terdengar jelas di telinga Rachel. “Ronald, aku lapar,” ujar Rachel dengan suara parau sambil menyipitkan matanya. Ronald langsung tertawa kecil seraya berkata, “Buka matamu dulu. Kalau begitu, aku ke bawah dulu, ya. Aku mau masak buat kamu. Setengah jam juga selesai.”Rachel kembali menutup mata sambil mengangguk. Tiga puluh menit adalah waktu yang cukup baginya untuk tidur sebentar lagi. Namun, ternyata otaknya kembali aktif dalam keadaan Rachel setengah tertidur. Dia pun mulai bermimpi ....Rachel merasa dirinya sedang berjalan dengan tubuh lesu di sebuah lembah yang dikelilingi gunung dan pepohonan di sekitarnya. Namun, Rachel tidak tahu ke mana arah tujuannya. Dia juga selalu terjatuh setiap kali melangkah karena kakinya yang lemah. Rachel tahu kalau dirinya sedang bermimpi dan berusaha sekuat tenaga agar bisa segera keluar dari mimpinya ini. Rachel akhirnya berhasil berdiri dengan tubuh gontai lalu mulai kembali melangkah. Jalanan berawa di depannya sekara
“Rachel, tenang saja. Semua itu cuma mimpi. Nggak apa-apa, kok. Semua akan baik-baik saja,” ujar Ronald lembut sambil memeluk Rachel berusaha untuk menenangkannya. Rachel memeluk Ronald dengan sangat erat dengan perasaan yang perlahan runtuh. Ronald sebelumnya juga mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja setelah Rachel menghajar Sharon. Ronald juga mengatakan semua masalah ini bisa diselesaikannya. Bahkan Ronald juga mengatakan kalau apa yang dilakukan oleh Rachel tidaklah salah setelah Rachel menendang Shane dan semuanya akan baik-baik saja. Apa benar semuanya akan baik-baik saja?Apa semuanya benar-benar akan baik-baik saja untuk selamanya?Apa mungkin Rachel bisa menganggap kalau keadaan mentalnya adalah suatu hal yang normal setelah dua kejadian itu?Namun, dia tadi hampir saja membunuh anaknya ....Bagaimana mungkin bisa seperti ini ....Bagaimana semua ini bisa terjadi .....“Rachel, kamu cuma terlalu stres makanya bisa mimpi kayak gitu,” ujar Ronald sambil memeluk Rachel
Rachel tidak makan apa pun hari ini ....“Mungkin aku masuk angin, makanya nggak enak mau makan apa pun,” ujar Rachel sambil berdiri dengan gontai. Ronald langsung menggendong Rachel lalu membawanya ke sofa yang ada di ruang keluarga seraya berkata, “Aku masak bubur dulu, ya. Kamu tunggu di sini.”“Nggak usah repot-repot. Aku nggak mau makan. Kamu temani Darren saja dulu. Aku mau menenangkan diri sendirian,” ujar Rachel. “Aku maunya temani kamu di sini. Aku nggak akan ngomong ataupun ganggu kamu. Jadi, jangan coba suruh aku pergi lagi,” balas Ronald bersikeras sambil duduk di hadapan Rachel dengan tatapannya yang dalam dan sedikit menyakitkan.Rachel merasa tidak nyaman dengan semua ini, tapi Ronald terlihat semuanya baik-baik saja. Laki-laki ini sudah berusaha untuk menahan semua yang ada di hatinya. “Ronald, aku mau keluar jalan-jalan. Aku nggak mau di sini,” ujar Rachel sambil menundukkan kepalanya. “Aku ikut juga,” ujar Ronald lalu buru-buru berdiri dan mengenakan mantelnya.Ke
“Kita tidur bersama saja,” ujar Eddy lalu mengambil selimut dari dalam lemari dan meletakkannya di atas kasur. Akhirnya keempat anak itu tidur terlelap bersama di kamar tidur Darren. Matahari mulai muncul ke atas langit setelah melewati malam yang gelap. Hari pun akhirnya berganti dengan hari baru. Darren adalah orang pertama yang bangun di antara keempat anak itu. Dia bergegas melompat dari tempat tidur lalu berteriak, “Mama sudah pulang!”Kemudian dia membuka pintu kamar dan menemukan tidak ada siapa pun di lantai satu, kecuali Hilmi yang sedang membersihkan meja.“Kakek Hilmi, Mama sudah bangun belum?” tanya Darren setelah keluar dari kamarnya. “Ibu dan Bapak tadi malam pergi dan belum kembali sampai sekarang,” jawab Hilmi setelah mengangkat kepalanya. Wajah Darren langsung tampak pucat, dia pun berkata, “Mama belum pulang ....”Darren buru-buru pergi ke kamar tidur utama. Di sana dia menemukan selimut yang masih terlipat dengan rapi. Itu artinya ibu dan ayahnya belum kembali
Sosok Rachel perlahan menghilang dari kamera CCTV dan menyatu dengan gelapnya malam. Ronald tiba-tiba mendengar asistennya berkata ketika Ronald akan berganti ke kamera selanjutnya, “Pak Ronald, jalanan itu ada bangunan terbengkalai yang belum selesai pembangunannya. Pemerintah juga sudah menyetujui untuk melakukan pembongkaran terhadap bangunan itu. Jadi, sekarang tidak ada lagi kamera CCTV di sekitarnya.”Tatapan mata Ronald berubah semakin gelap lalu dia berkata, “Apa ada kamera lainnya setelah jalanan ini?”“Ada sebuah desa nelayan kecil setelah jalanan itu. Desa nelayan itu juga sudah dibeli oleh keluarga Tarjoto. Para nelayan yang tinggal di sana sudah pergi dari desa karena sedang dilakukan pembongkaran di sana. Jadi, tidak ada kamera CCTV lagi,” jawab Randi yang mulai mengeluarkan keringat dingin setelah melihat tatapan gelap di mata Ronald. “Tapi ada beberapa kamera CCTV di kapal para nelayan yang ada di sana. Jadi, saya akan coba memeriksanya,” lanjut Randi dengan nada pani
Sosok perempuan cantik itu berhasil menarik perhatian orang banyak, bahkan ketika dia berada di sudut ruangan. “Bu, aku nggak mau menikah,” ujar si perempuan cantik itu. “Kamu ini ngomong apa, sih. Laki-laki dan perempuan kan sudah ditakdirkan untuk menikah satu sama lain. Hal ini sudah ditetapkan selama ratusan ribu tahun lalu. Kami mau bantuin kamu agar kamu bisa punya suami yang baik. Pak Jefri itu laki-laki yang sangat cakap buat kamu. Lebih baik kamu coba saja dulu sama dia,” balas Sania sambil menggenggam tangan perempuan cantik itu. “Ya ampun, Kak! Keluarga Subekti itu kan keluarga paling besar di Kota Abrha. Kamu tuh beruntung banget loh kalau bisa nikah sama Jefri,” ujar seorang gadis yang berada di dekat Sania sambil tersenyum dengan tatapan mata penuh rasa cemburu. Perempuan cantik itu adalah seseorang yang diangkat dan dirawat oleh keluarga Rolando sejak 4 tahun lalu. Walaupun perempuan ini hidup dengan penuh tekanan di dalam keluarga Rolando selama 4 tahun ini, dia mas
“Nelayan yang lewat pasti akan menyelamatkan dia kalau sampai papamu nggak menyelamatkannya. Dia pasti akan tetap hidup sekalipun kita nggak selamatkan dia. Berbeda sama kamu yang akan mati kalau nggak ada dia. Kamu pasti sudah mati kalau saja nggak ada darahnya yang cocok sama kamu. Kalau nggak ada dia, prosedur transfusi darahmu juga nggak akan bisa dilakukan,” jelas Sania. “Sudah, nggak usah ngomong lagi!” seru Ivone kesal. “Jangan pernah bilang sama dia kalau dia sudah menyelamatkan hidupku. Dia pasti akan semakin sombong padaku kalau sampai dia tahu itu,” ujar Ivone lalu pergi ke tempat acara. Sania hanya bisa menghela napas setelah melihat kelakuan anaknya. Keluarga Rolando sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putri mereka. Mereka akhirnya menemukan harapan setelah mencari selama 10 tahun lamanya tanpa lelah. Mereka berhasil menemukan Rashel yang memiliki darah yang sama seperti putrinya. Akhirnya mereka melakukan prosedur transfusi darah tanpa persetujuan Rashel.
Rashel merias wajahnya di kamar mandi sambil memperhatikan wajahnya melalui cermin. Entah mengapa, dia selalu merasa ada hal lain dari wajahnya yang tidak bisa dia lihat. Namun, dia tidak bisa melihat apa pun ketika berusaha untuk melihatnya dengan lebih teliti. Rashel sudah beberapa kali pergi untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Namun, dokter juga tidak tahu alasan kenapa dia bisa kehilangan ingatannya. Apa dia harus terus hidup dalam keadaan hancur seperti ini? Atau mungkin dia akan mengingat semuanya secara tiba-tiba?Dia selalu merasa kalau ada seseorang yang menunggunya untuk kembali pulang. Rashel keluar dari kamar mandi setelah selesai memoleskan lipstik di bibirnya. Rashel langsung melihat sosok Jefri sedang berdiri sambil memegang gelas anggur di tangannya ketika dia keluar dari kamar mandi. Rashel sudah bertemu banyak petinggi dan orang-orang besar yang ada di kota Abrha bersama Sania selama 3 tahun dia tinggal dengan keluarga Rolando. Rashel tidaklah bodoh, jadi dia ta