“Rachel, tunggu sebentar. Nanti aku antar habis aku cuci piring.”Ronald langsung melepas celemek, mengambil piring dan peralatan makan yang sudah kotor dan mencucinya di wastafel. Rachel masih duduk di meja makan sambil bertopang dagu menyaksikan sosok Ronald yang begitu menggoda. Tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat Rachel tiba-tiba memiliki pikiran vulgar.Mereka berdua tidur pisah kamar semenjak pindah ke vila ini. Bahkan duduk berdekatan juga mereka tidak berani berciuman, paling banter hanya pelukan saja karena mereka sama-sama takut keintiman itu akan mengaktifkan chip yang bersarang dalam tubuh Rachel. Ketika Ronald membalikkan badan, dia dihadapkan dengan tatapan Rachel yang tergila-gila padanya.“Jangan lihat aku kayak begitu,” kata Ronald sambil berusaha meredam nafsu mulai muncul.Wajah Rachel pun seketika memerah dan sesegera mungkin mengalihkan matanya ke tempat lain. Ronald sudah cukup menderita selama ini ,dia tidak ingin menambah bebannya lagi ….Ronald pun mengelua
“Kakek, Pa, Tante,” sapa Rachel tersenyum .“Kak, Rachel,” sapa Zico.“Aku yang anak haram ini saja paling nggak masih tahu sopan santun menyapa orang yang lebih tua, tapi kamu kenapa malah nggak punya sopan santun,” tandas Rachel kepada Hanna. “Kamu yang punya orang tua saja nggak tahu sopan santun. Kalau kamu tumbuh sebatang kara kayak aku, bisa-bisa kamu lebih kurang ajar lagi.”Sharon langsung naik pitam ucapannya tadi dikembalikan mentah-mentah oleh Rachel. Itu berarti dari tadi Rachel sudah sampai, tapi dia menunggu kesempatan yang pas untuk masuk di luar.“Tante Sharon jangan marah. Mau seburuk akhlak Hanna, dia tetap sepupuku. Lain kali biar aku saja yang ajarin dia sopan santun.”“Siapa yang mau diajarin sama kamu, dasar anak haram. Memangnya kamu punya hak apa?” balas Hanna.“Hanna, sapa sepupumu yang benar,” tegur Deddy.Bukannya tidak tahu sopan santun, tapi Hanna enggan menyapa Rachel. Namun karena kakeknya sudah memberikan ultimatum, mau tidak mau Hanna harus menurutinya.
Sekali lagi Rachel tersenyum lebar. Kali ini senyumannya terus memanjang sampai ujung matanya.“Dua triliun itu aku dapat dari investorku sendiri, nggak ada hubungannya sama proyek petrokimia kalian.”“Kamu masih berani bilang nggak ada hubungannya? Dua triliun itu bukan angka yang kecil. Orang yang sanggup ngeluarin uang sebanyak itu sekaligus di satu Suwanda nggak lebih dari sepuluh orang. Coba kasih tahu, siapa yang kasih uang sebanyak itu?” tanya Hanna.Dua triliun memang bukan jumlah yang bisa dipandang remeh. Para pemegang saham bisa saja menyuntikkan uang pribadi mereka sebanyak itu, tapi pada kenyataannya, siapa yang benar-benar berani menjual saham mereka dan mengubahnya jadi uang cair?“Untung saja aku bawa semua surat penting soal proyek resor. Kalau nggak, aku bakal difitnah terus,” ujar Rachel, lantas dia mengeluarkan sebuah map coklat berisi berbagai macam berkas dan menaruhnya di depan Deddy. “Ini surat kontrak investasi proyek. Ini belum sempat aku laporin. Coba Kakek
Karena ditatap oleh Deddy dan Hendo, wanita itu menundukkan kepalanya dan berkata, “Rachel, maafkan aku.”“Nggak apa-apa, aku nggak ambil hati,” Rachel melambaikan tangannya dengan santai dan berkata, “Masih ada yang harus kuurus, jadi aku pergi dulu, ya.”Dia berbalik badan, lalu melangkah dan meninggalkan ruang kerja.Hendo segera mengejarnya dan berkata, “Rachel, kamu nggak tinggal dulu untuk makan?”“Aku sudah makan sebelum datang ke sini. Masih belum sepenuhnya tercerna, loh. Mana bisa aku makan lagi? “Rachel tersenyum dan berkata, “Pa, nggak usah antar aku ke pintu. Aku pergi dulu.”Hendo mengantar putrinya itu ke pintu dengan hati enggan.Meskipun dia sudah menemukan putrinya, kesempatan bagi mereka berdua untuk bertemu terlalu sedikit. Kasih sayang seorang ayah dari dalam dirinya tidak bisa sepenuhnya dia lepaskan.“Rachel, tunggu sebentar,” kata Hendo, “Papa membelikanmu sesuatu kemarin. Kamu sekaligus bawa pulang.”Rachel ingin mengatakan tidak, tapi Hendo sudah masuk, dan ta
Begitu mobil mereka berhenti di depan pintu vila, ada seorang kurir yang datang mengantar sebuah paket.Ronald melirik alamat tujuan di paket itu sekilas, segera menandatangani nota penerimaan barang, lalu masuk ke dalam rumah sambil menggendong Rachel.Rachel memperhatikan Ronald membongkar bungkusan itu, merobek kemasan luarnya lapis demi lapis, sampai akhirnya sebuah kotak kecil kelihatan. Suaminya itu membuka kotak kecil tersebut dan ada anting-anting emas dengan mutiara hitam tua di dalamnya.Ronald membongkar cangkang anting-anting itu dan menemukan rangkaian transistor yang tersusun dengan kompleks di dalamnya.Rachel mengambil sebuah barang dan berkata sambil tersenyum, “Ronald, beri aku waktu satu jam, aku akan mempelajarinya.”Ronald mengangguk. Dia tahu Rachel adalah seorang hacker yang handal, jadi meneliti hal semacam ini seharusnya tidak menjadi masalah bagi istrinya itu.Rachel memasuki ruang kerja sambil membawa anting-anting tersebut dan mulai mengoperasikan komputerny
Ronald berkata pelan, “Mama sangat sibuk dan benar-benar nggak punya waktu untuk menghabiskan waktu bersama kalian. Michael, Papa akan mengirimkan sesuatu kepadamu nanti. Kamu coba pelajari dan lihat apa kamu bisa memecahkannya.”Michael mengangguk dan berkata, “Oke, Pa.”Setelah menutup telepon, Ronald mengirimkan program yang sempat dipelajari oleh Rachel tadi pada Michael.Dia pernah bekerja dengan Michael sebelumnya dan tahu jelas betapa luar biasanya kemampuan hacking putranya.Bakat Rachel berada dalam bidang pemrograman, sedangkan Michael memiliki bakat dalam menerobos masuk ke dalam sistem informasi, yang tidak bisa dianggap remeh.Di rumah keluarga Tanjaya.Sebuah email masuk ke ponsel Michael.Eddy membungkuk dan bertanya, “Apa yang Papa kirimkan padamu?”Michael mengangguk ke email itu dan mengerutkan kening. “Ini sebuah program. Papa memintaku untuk mencoba memecahkannya.”Dia membawa ponselnya dan naik ke atas, mengeluarkan buku catatannya dari bawah tempat tidur, lalu dud
Eddy melirik ke layar komputer.Berbagai pikiran melintas di benaknya, lalu dia terkejut.“Michael, mungkin kamu yang terlalu banyak berpikir”“Aku juga berharap aku terlalu banyak berpikir,” kata Michael. “Tapi, nyatanya memang ada yang aneh dengan Mama.”Eddy tidak berani memercayai spekulasi adiknya itu.Dia berbalik badan, mengeluarkan laptop-nya, dan mulai mengetik untuk mencari informasi.“Orang yang ditanami biochip akan dipaksa untuk menerima instruksi dari program dan menyelesaikan instruksi itu seperti mesin tanpa emosi.”“Untuk menyelesaikan perintah tersebut, mereka rela menghalalkan segala cara. Menurut hasil penyelidikan, 30% korban membunuh istrinya dengan tangan mereka sendiri untuk menyelesaikan perintah.”“Pihak berwajib telah menyelamatkan puluhan korban yang dipasang chip. Setelah chip dalam tubuh mereka dimusnahkan, para korban masih mengalami gejala sisa.”Eddy cepat-cepat membaca informasi tersebut, mengangkat kepalanya dan berkata dengan tidak percaya, “Michael,
Rachel tersenyum tipis dan bertanya, “Bagaimana denganmu? Bagaimana menurutmu?”“Hanna nggak punya kemampuan nyata. Kalau Adijaya Group benar-benar diserahkan padanya, kinerjanya pasti akan menurun dalam tiga sampai lima tahun.”Rachel tidak bisa menahan tawa. “Kalau kamu tahu, kenapa kamu mundur?”Zico terdiam.Yang jelas, dia tidak akan pernah mengakui bahwa dia bodoh.“Kalau kita bisa menang, memang sangat bagus. Tapi, kalau kalah, nggak masalah juga,” ujar Rachel sambil tersenyum. “Lagian kamu dari awal sudah bertanggung jawab atas proyek resor. Setelah proyek ini selesai, kamu akan belajar lebih banyak hal daripada yang kamu bayangkan. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga dalam hidupmu. Dengan pengalaman ini, kamu mungkin saja bisa membangun bisnis besar lain untuk keluarga Adijaya.”Zico berkata dengan serius, “Kak, terima kasih telah memberiku kesempatan ini.”“Kenapa kamu berterima kasih padaku? Kamu harus berterima kasih kepada kakekmu.” Rachel berkata, “Dia itu peduli p