“Rachel, Kakek ada dua orang manajer kepercayaan. Mereka selalu mengurus usaha lainnya milik Adijaya Group. Keduanya sangat pintar dan hebat, Kakek minta mereka membantumu. Dengan adanya bantuan mereka, kamu bisa mengetahui keunggulan dari resor ini,” ujar Deddy.Rachel terlihat sedikit terkejut. Dia tidak menyangka kalau Deddy yang tidak begitu menyukainya justru sikapnya berubah. Dia tersenyum dan berkata, “Kakek, untuk seleksi pemilihan harus adil. Kalau aku menerima bantuan dari dua orang, berarti aku memberikan kesempatan buat Hanna membicarakanku di belakang. Dengan begitu, kalau pun nanti menang, aku juga nggak akan puas.”“Kalau begitu memangnya sekarang mereka menang dengan memuaskan?” tanya Zico. Usianya yang masih muda membuatnya tidak sanggup menahan emosinya.“Petinggi yang totalnya ada 50 orang, 40 orang di antaranya memilih mereka. Aneh kalau mereka kalah.”Melihat pemuda itu yang emosian membuat Rachel terkekeh dan berkata, “Jadi kamu merasa mereka nggak akan bisa kalah
Pak Umar dan Pak Juan berusia sekitar 50 tahunan, aura mereka terlihat sangat berwibawa sekali. Gandhi dan Wira yang berusia 30 tahun terlihat terintimidasi dengan aura kedua lelaki tersebut.Akan tetapi Rachel tidak terlihat perubahan emosi yang begitu jelas. Perempuan itu hanya tersenyum dan berkata, “Pak Umar dan Pak Juan merupakan orang kepercayaan kakek saya. Silakan saja kalau ada yang ingin dikatakan. Saya pasti akan mempertimbangkannya dengan baik.”“Proyek resor harus dikerjakan dengan baik karena akan sangat berkembang. Akan tetapi kalau dibandingkan dengan proyek petrokimia, maka ada sedikit terkesan mempermalukan diri sendiri,” ujar Pak Umar dengan suara berat.“Saya sarankan Bu Rachel menjadikan proyek ini sebagai sebuah sarana pembelajaran saja. Jangan terlalu memikirkan atau berharap jauh. Dengan begitu maka pikirannya nggak ter-“Senyuman Rachel lenyap dan berkata, “Maksudnya Pak Umar, saya harus menyerah menjadi calon penerus?”“Bu, apa yang dikatakan Pak Umar sebenarn
Kalau sampai masalah ini didengar oleh Deddy, mereka berdua pasti akan diinterogasi oleh kakeknya. Meski keduanya tidak menerima keuntungan apa pun dari Sharon, mereka tidak sanggup menanggung amarah Deddy.“Pak Hendo, Bu Rachel, kami masih ada urusan dan pamit undur diri dulu.” Juan dan Umar pergi dari sana dengan senyuman di bibirnya.Sharon tersenyum dan berkata, “Rachel, anak muda emosinya nggak boleh terlalu meledak. Pak Umar dan Pak Juan adalah orang lama di kantor. Nggak seharusnya kamu menggunakan nada bicara seperti itu untuk berbicara dengan mereka.Ucapan perempuan itu mengatakan kalau Rachel telah kurang ajar dan tidak menghargai kedua karyawan senior itu. Rachel menghela napas dan berkata, “Mereka memang sangat sempurna dan pintar, aku juga ingin sekali belajar sesuatu yang bermanfaat dari mereka. Tapi sepertinya mereka lebih ingin ikut proyeknya Tante. Sungguh sangat sayang sekali.”Sharon memicingkan matanya. Rachel tengah menyindirnya? Bagaimana kalau sampai tersebar hi
Rachel duduk di karpet ruang baca sambil bersandar di dada seorang lelaki sambil mengetuk buku catatannya dan berkata, “Ronald, aku ingat kalau aset keluarga Tanjaya juga ada proyek properti dan pariwisata. Menurutmu rencananya proyek resor Adijaya Group ada yang harus direvisi?”Ronald menjawabnya dengan serius, “Aku sudah pernah melihat proposal perencanaan resor. Secara menyeluruh kesempatan untuk mendapatkan profit cukup besar. Akan tetapi kalau dibandingkan dengan proyek petrokimia, berarti harus menciptakan sebuah rencana yang unik. Titik kemenangan kamu ada di poin ini.”Lelaki itu menunjuk gambar di kertas dan berkata, “Di sini sebenarnya bisa dijelaskan dengan pembagian tiga daerah. Yang pertama adalah pariwisata laut hotel dan juga kegiatan adat lokal. Bagian ini bisa dimanfaatkan menjadi wisata di atas laut. Dengan memanfaatkan luas perairan laut serta berbagai, setidaknya bisa mendapatkan keuntungan sebesar 50 persen.”Rachel mendengarnya dengan serius. Dia harus mendengar
“Nggak apa-apa. Bukannya kamu mau minum? Kenapa nggak pergi?” kata Ronald.Darren hanya membulatkan mulutnya dan berbalik pergi. Setelah itu dia menoleh dan berkata lagi, “Teman sekolahku bilang dia melihat papa dan mamanya berantem. Mamanya nangis karena dipukul papanya. Dia takut sekali dan mengadu ke guru di sekolah. Papa, Papa nggak boleh jahat sama Mama! aku nggak akan bilang ke guruku, tapi aku langsung lapor polisi!”Ronald dan Rachel terdiam, perempuan itu memaksakan seulas senyum dan berkata, “Darren, Mama dan Papa nggak akan berantem. Kamu jangan sembarangan berpikir. Ayo, Mama bawa kami minum. Setelah minum kamu bawa satu gelas lagi untuk diletakkan di samping tempat tidur. Kalau tengah malam haus, kamu nggak perlu turun lagi.”Setelah itu dia membawa Darren kembali ke kamarnya lalu masuk ke kamarnya lagi. Rachel menutup pintu dan mendengus sambil berkata, “Kamu nggak kunci pintu lagi. Kalau begitu lagi, aku nggak mau pedulikan kamu lagi.”Ronald menimpa tubuh perempuan itu
Ronald tahu kalau kalau Rachel menyukai salju karena perempuan itu pernah memainkan salju seperti anak kecil. Dia memandangi pemandangan luar yang dipenuhi salju es dengan sorot datar. Satu hingga dua jam kemudian, Rachel menoleh ke arahnya dan berkata, “Ronald, turun salju!”Jantung Ronald seperti berdegup normal kembali. Dia berjalan ke tepi balkon dan memeluk perempuan itu sambil berkata, “Iya, cuacanya juga semakin dingin. Besok kamu istirahat di rumah saja. pekerjaanmu kasih ke staff kamu saja.”Rachel bersandar dalam pelukan lelaki itu dan berkata, “Ada hal yang harus aku kerjakan sendiri.”Perempuan itu menguap dan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sambil bergumam, “Astaga, kenapa sudah jam dua subuh saja?”Ronald memeluknya lembut dan berkata, “Waktu kita ke kamar saja sudah larut sekali. Sudah waktunya tidur.”Dia membantu Rachel naik ke kasur dan menyelimuti perempuan itu dengan hati-hati. Setelah itu dia mematikan lampu. Rachel menenggelamkan dirinya dalam
terlihat ada puluhan orang pekerja yang sedang sibuk di daerah batas perairan. Rachel mengerutkan kening dan berkata, “Ada apa di sana?”“Saya tadi sudah tanya, katanya lagi memperbaiki pagar. Tapi di denah nggak ada pengerjaan pagar.”Wira mengangguk dan berkata, “Wilayah di denah merupakan kegiatan sewa menyewa kapal. Kalau ditutup dengan pagar, maka proyek ini nggak akan bisa berjalan.”Rachel berjalan ke arah yang ditunjuk. Di lantai terdapat banyak sekali peralatan pagar. Setidaknya wilayah tersebut akan dibentuk pagar sepanjang 300 hingga 400 meter. Nyaris memakan satu per tiga daerah perairan. Yang paling penting, di denah dan rencana pengerjaan tidak ada perencanaan tersebut.Sebelum Rachel berbicara, Zico sudah bersuara. “Siapa yang meminta kalian melakukan pengerjaan?”Kepala teknisi yang berusia 40 tahun dengan badan gempal dan tengah menghisap rokoknya berkata, “Tentu saja Adijaya Group yang memerintah kami melakukan pengerjaan proyek mereka. Kalau nggak, untuk apa kami ker
Lelaki itu memegang tongkat besi dan hendak menerjang Rachel. Zico yang tidak tahu mau berbuat apa langsung berlari dan berdiri di hadapan Rachel. Lelaki gempal itu tidak berpikir panjang dan langsung menyingkirkan sosok Zico hingga tersungkur di tanah.Sorot mata Rachel berubah dingin, dia mengangkat tangannya dan menangkap pergelangan tangan lelaki gempal tersebut. Setelah itu dia langsung membantingnya hingga tubuh lelaki gempal itu terangkat melewati bahunya. Para anak buahnya bergegas mengerumuni lelaki itu di tanah.Rachel tertawa dan berkata, “Kenapa? Semuanya mau ditangkap dan dikurung beberapa hari?”Semua karyawan buruh itu merupakan orang biasa yang masih memiliki orang tua serta anak kecil. Jika mereka dikurung, kerugian yang akan mereka rasakan akan sangat besar. Satu per satu dari mereka mulai mundur ketakutan.“Hari ini kalian kerja setengah hari, ambil bayaran setengah hari kalian dengan Adijaya Group. Sisanya nggak perlu diharapkan lagi!” kata Rachel.“Sore ini siapa p