….Di kediaman keluarga Hutomo.Shania membanting barang ke lantai.“Sampah!”Dadanya naik-turun karena marah. Rasanya dia bisa menghancurkan semua yang ada di ruangan itu.Mengapa selalu tidak berhasil?Bukannya Rachel hanya seorang wanita? Apakah begitu sulit untuk membunuh seorang wanita?“Sudahlah, Shan, jangan marah lagi.” Vrilla datang dan menepuk punggungnya, “Yang kali ini itu karena lagi di kantor Winata Group, ada petugas keamanan di sana, jadi memang susah untuk melakukannya. Jangan salahkan mereka. Kita seharusnya memikirkannya dengan baik sekarang, bagaimana caranya menutup mulut keempat orang itu, supaya nggak merepotkan keluarga Hutomo.”Shania mendengus dingin, “Kalau mereka ingin anak mereka mati, coba saja cari masalah dengan keluarga Hutomo!”Sebelum mencari orang-orang ini, Shania menahan anak-anak mereka terlebih dahulu. Jadi, orang-orang ini tidak akan berani sembarang bicara.Dia berkata dengan dingin, “Rachel ini terlalu panjang umur. Kita harus menggunakan car
Eddy menatap Shania dengan dingin.Shania merasa seperti ada hawa dingin yang merayapi tulang punggungnya. Tatapan itu sangat menyeramkan.Untuk pertama kalinya, dia merasa Eddy lebih menakutkan daripada Ronald.Dia menggigit bibirnya yang memucat dan berkata perlahan, “Eddy, kamu sepertinya salah paham … Rachel dan Mama itu saudara kandung. Sebenci apa pun Mama padanya, Mama juga nggak mungkin akan membunuhnya. Mama ….”“Ma, aku sudah datang untuk menanyakan ini padamu. Itu berarti aku sudah mengetahuinya,” ujar Eddy sambil berjalan menuruni tangga, “Aku hanya ingin mendengar kebenarannya. Mengapa Mama ingin membunuhnya?”Shania tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya.Bahkan ketika Ronald berbicara dengan nada dingin padanya, pria itu tidak menatapnya dengan sorot mata seperti Eddy saat ini.Mengapa seorang anak yang baru berusia empat tahun bisa begitu mengerikan?Dia menekan kepanikan di hatinya dan berkata pelan, “Eddy, Mama bukannya … Mama nggak pernah berpikir untuk menyakiti
“Ma, aku nggak mau Mama berdosa, makanya aku berkata seperti itu barusan.” Eddy mengerucutkan bibir tipisnya, “Maaf, perkataanku tadi agak keterlaluan. Jangan dibawa ke hati.”Shania menghela napas lega.Dia takut Eddy akan mengusirnya.Untungnya, bocah kecil ini tidak berani melakukannya.Dia meredakan emosinya dan berkata dengan lembut, “Jangan khawatir. Mama nggak akan pernah menyerang Rachel lagi.”Dia baru saja menyuruh orang untuk menghabisi Rachel hari ini, tapi ketahuan Eddy. Itu berarti ada orang di keluarga Tanjaya yang sedang mengawasinya.Dia benar-benar tidak bisa lagi memerintahkan hal-hal yang akan memengaruhi citranya secara langsung.Kalau tidak, sikap Eddy terhadapnya akan semakin buruk.“Kenapa kamu datang ke sini lagi!”Darren turun dari lantai dua. Ketika melihat Shania, ekspresi di wajahnya langsung tidak senang.Shania yang baru menenangkan diri jadi kembali kesal.Namun, dia tahu bahwa dia tidak boleh kehilangan kendali akan emosinya lagi.Dia tersenyum dan berk
Darren mengangkat dagunya dan ada tatapan tidak peduli di wajahnya.Dia mendengus pelan, “Kalau Papa nggak mau menikah dengan Tante Rachel, aku saja yang menikah dengannya ketika aku sudah besar nanti. Yang jelas, aku ingin bersama Tante Rachel setiap hari.”Raut wajah Eddy sangat masam.Dia awalnya tidak ingin memberi tahu Darren mengenai hal-hal ini, tapi kalau tidak diberi tahu, dia takut Darren akan semakin menyukai wanita itu.Dia berkata perlahan, "Kamu tahu Mama punya kakak perempuan, ‘kan?” Darren mengerutkan kening dengan sedih, “Untuk apa Kakak membicarakan wanita itu denganku. Dia punya kakak atau nggak, aku nggak tahu, juga nggak ada hubungannya denganku. Jangan ungkit-ungkit tentang dia.”“Hal ini ada hubungannya denganmu. Mama punya Kakak satu ayah beda ibu. Namanya Rachel.” Eddy menggunakan ponselnya untuk mencari sebuah berita di internet dan menyodorkannya pada Darren, “Rachel yang orang kira sudah meninggal 4 tahun kembali, dan dia kembali untuk membalas dendam pada
Kepala Rachel masih sedikit pusing. Setelah menghubungi Tanjaya Group untuk menjelaskan situasinya, dia hendak menghubungi Melvin.Dengan kondisinya yang seperti ini, dia mungkin tidak bisa pergi ke sekolah untuk sementara. Jadi, dia hanya bisa meminta tolong Melvin untuk menjemput anak-anaknya dari sekolah.Belum sempat dia menelepon Melvin, panggilan lain masuk.“Hai, Bu Hutomo. Saya sekretaris di Tanjaya Group. Kalau boleh tahu, ada yang terjadi pada Ibu sore ini?”Rachel memijat keningnya dan berkata, “Aku nggak enak badan, lagi diinfus di rumah sakit. Maaf sekali.”“Kalau begitu, beristirahatlah dengan baik, Bu. Kita masih bisa membicarakan perihal kerja samanya setelah Ibu sembuh.”Sekretaris itu menutup telepon dengan sopan, berbalik badan dan baru saja hendak mengetuk pintu kantor Ronald ketika dia melihat pria itu berdiri di belakangnya.Dia terkejut dan cepat-cepat melapor, “Pak, Bu Hutomo sedang berada di rumah sakit untuk diinfus. Dia mungkin tidak akan bisa datang hari ini
Michael mengepalkan tangan kecilnya, wajahnya memancarkan rasa jengkel yang tidak sesuai dengan usianya.Semua karena dia terlalu tidak berguna, dia tidak bisa melindungi ibunya.Andai saja dirinya bisa tumbuh lebih cepat ....Michael mengerutkan bibirnya, lalu berjalan menuju kamar ibunya selangkah demi selangkah.Namun, langkah kakinya tiba-tiba berhenti.Bukankah pria yang berjalan di depannya Ronald?Mengapa pria itu bisa muncul di rumah sakit?Selain itu, Ronald sepertinya sedang menuju kamar rawat ibunya.Apa mungkin pria itu sengaja datang untuk menjenguk ibunya?Sejak kapan hubungan ibunya dan pria itu menjadi begitu baik?Ronald melangkahkan kakinya yang panjang. Pria itu sudah sampai di depan pintu kamar Rachel hanya dalam beberapa langkah.Dia tidak terlalu banyak berpikir saat datang. Namun, begitu berdiri di depan pintu kamar, dia tiba-tiba merasa dirinya agak aneh.Dia tidak memiliki hubungan apa-apa dengan perempuan itu. Apa yang orang lain pikirkan saat melihatnya tiba-
Untuk hal seperti ini cukup dijelaskan melalui telepon. Pria itu mungkin tidak ada kerjaan, sampai-sampai datang langsung ke rumah sakit.“Kebetulan lewat,” jawab Ronald singkat dengan suaranya yang dingin. Wajahnya penuh dengan rasa tidak senang.Rachel mengerutkan bibirnya.Dia sudah berpikir bagaimana mungkin pria itu begitu luang sampai datang ke rumah sakit hanya untuk hal semacam itu.Rachel pun berkata dengan pelan, “Maaf, Pak Ronald. Aku ada sedikit masalah tadi sore, jadi aku nggak bisa datang tepat waktu.”Ronald memperhatikan Rachel dari atas ke bawah dan mendapati perempuan itu terlihat baik-baik saja. Sepertinya bukan hal yang serius.Di saat Ronald memperhatikan Rachel, Melvin juga terus memperhatikan Ronald.Melvin telah mengenal Rachel selama empat tahun. Dia lebih tahu berapa banyak pria yang mengejar Rachel daripada Rachel sendiri.Begitu seorang pria muncul di sekitar Rachel, ada kemungkinan sebesar 80 persen kalau pria itu sedang mengejar Rachel ....Melvin pun mend
Michael diam-diam merutuk dalam hati.Dia lupa kalau sikap adiknya pada Ronald sangat istimewa. Setiap kali Michelle melihat Ronald, secara otomatis dia akan tertarik.Kali ini, Michael yang salah perhitungan.Dia bergegas mengejar dan menarik tangan Michelle.“Michelle, jangan lari-lari, nanti Mama khawatir.” Michael membujuk adiknya dengan lembut, “Mama lagi sakit. Kalau Mama khawatirkan kamu lagi, penyakitnya nggak akan sembuh.”Michelle akhirnya berhenti berlari.Gadis kecil itu berjalan di pagar koridor rumah sakit dan melihat ke bawah. Sampai sosok Ronald menghilang, Michelle baru menarik kembali tatapannya.Michael menundukkan kepala dan mengepalkan tangan kecilnya erat-erat.Kemungkinan besar Ronald adalah ayah mereka.Namun pria itu menghamili dua perempuan sekaligus. Hal itu cukup membuktikan kalau Ronald tidak memenuhi syarat sebagai ayah.Kalau Michelle mengakui Ronald sebagai ayah, dia mungkin akan terluka lagi.Michael tidak ingin ibunya terluka, dia juga tidak ingin adik