Rachel menggenggam tangan Ronald dengan tangan gemetar seraya berkata, “Darahnya memang banyak, tapi lukaku nggak parah, kok. Bawa saja aku ke rumah sakit. Lukaku cuma perlu diperban saja."Ronald bergegas mengangkat Rachel dan membawanya ke rumah sakit. Di pipi kiri dan kanan Rachel terlihat ada dua buah luka sepanjang empat centimeter setelah dokter berhasil membasuh darah yang memenuhi wajahnya. “Kamu punya satu luka di wajahmu, sedangkan aku punya dua luka. Kalau begitu, kita impas. Kita nggak boleh membenci satu sama lain mulai sekarang,” ujar Rachel santai setelah melihat Ronald yang merasa sangat bersalah. Ronald langsung memeluk Rachel erat tanpa melontarkan sepatah kata pun. Lebih baik Ronald dibenci daripada melihat Rachel terluka seperti ini. Bagaimana mungkin Rachel bisa menerima kecacatan wajahnya saat ini? Dia adalah perempuan yang sangat suka bercermin dan merasa bangga dengan penampilan wajahnya. “Nggak akan ... aku nggak akan pernah lagi, Rachel ....”Suara lirih R
Kepala keamanan masih merasa tidak bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya. Pada awalnya, dia hanya ingin agar Michelle bisa menyentuh pistol itu. Namun, entah bagaimana pistol itu justru berakhir di tangan Michelle.Kepala keamanan buru-buru mengambil pistol itu dari tangan Michelle. Jika tidak, bisa saja dia memberikan pistol itu sebagai hadiah untuk Michelle karena dia benar-benar terpukau dengan Michelle yang sangat menggemaskan. “Kamu harus segera naik pesawat. Orang tuamu sudah datang,” ujar Kepala Keamanan sambil tersenyum. Keempat anak itu langsung menoleh dan menemukan kedua orang tua mereka sedang berjalan menghampiri mereka. Suasana di dalam ruang tunggu yang tadinya santai berubah menjadi sedikit menegangkan. “Mama terluka, ya?” tanya Michael cepat.“Mama nggak apa-apa, kok. Mama cuma jatuh tadi sampai wajah Mama terluka. Tapi tenang saja, lukanya sudah diobati, kok. Beberapa hari lagi juga akan sembuh,” jawab Rachel tenang. Eddy memperhatikan perban yang cukup teba
Rachel bisa mengerti mengapa Ronald menolak untuk menemui ibunya. Hal ini pasti ada kaitannya dengan peran penting ibunya untuk menyusupkan saudara kembarnya ke dalam rumah ini. Ronald tidak perlu lagi memedulikan ibunya karena ibunya sudah memilih untuk memihak Rendy. “Sekarang kita ke rumah sakit, yuk! Lukamu itu harus diperiksa ulang,” ajak Ronald sambil berjalan keluar dengan tangan yang melingkar di pinggang Rachel.Rachel tidak tahu bagaimana harus menanggapi perselisihan di dalam keluarga ini. Jadi dia hanya bisa mengerutkan bibirnya dengan ekspresi wajah bingung. Tidak lama kemudian, terdengar suara langkah yang sangat cepat ketika mereka berdua sudah berada di ambang pintu keluar. “Kalian sudah kembali?” Terdengar suara lemah Farah dari belakang mereka. Rachel dan Ronald bergegas menoleh dan melihat Farah sedang berdiri di atas tangga dengan kaki telanjang. Farah langsung membeku ketika melihat sosok Ronald yang mengenakan topeng di wajahnya. “Kamu ... kamu Ronald .... K
Ronald bergegas membawa Rachel menuju sebuah rumah sakit besar di Suwanda ketika Farah berbicara dengan anak-anak.“Tidak ada masalah serius di wajah pasien. Kurang lebih satu minggu lagi sudah bisa sembuh. Operasi penghilangan bekas luka bisa dilakukan satu bulan setelah masa penyembuhan ....” Dokter mengganti obat, perban serta memberikan instruksi mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam masa penyembuhan luka di wajah Rachel. Rachel menyentuh wajahnya lalu bertanya, “Kenapa aku merasa lukaku ini gatal ya, Dok? Apa mungkin di dalamnya ada sesuatu?”“Saya sudah memeriksanya, tapi tidak ditemukan residu apa pun di dalam luka Ibu. Kalau Ibu merasa gatal, mungkin karena peradangan. Kalau begitu, saya akan memberikan sebotol infus anti peradangan sebelum Ibu pulang,” jawab dokter.Kemudian Rachel berbaring sambil diinfus setelah dokter meresepkan sebotol obat infus anti peradangan. Rachel merasa bekas luka di sebelah kanan wajahnya sangat gatal dan tidak nyaman. Dia selalu ingin
Hanna harus melakukan sesuatu dengan foto-foto ini. Kemudian dia berdiri dan hendak pergi ke kantor ketika Zico muncul di depan pintu masuk rumah mereka. Hanna langsung tersenyum licik karena sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. “Zico, sini! Ada yang mau aku bicarakan sama kamu,” ujar Hanna memanggil Zico.“Kenapa?” tanya Zico sambil sedikit mengangkat alisnya. “Waktu itu kan Om bilang kalau Rachel memiliki darah keluarga Adijaya. Tapi kayaknya Om nggak tahu kalau Rachel sudah kembali, iya kan?” tanya Rachel berpura-pura khawatir. “Memang apa hubungan masalah ini sama kamu?” tanya Zico acuh tak acuh. “Tentu saja ada hubungannya, dong. Rachel kan sepupuku juga. Lagi pula orang-orang juga sudah tahu mengenai Rachel yang tiba-tiba saja menghilang. Tapi keluarga Tanjaya berhasil menyembunyikannya sampai nggak ada orang-orang yang bisa membahasnya. Kamu tahu nggak sih kalau sebenarnya Rachel itu nggak ke mana-mana. Dia masih di Suwanda, kok. Tapi ....” Rachel melontarkan kata-katany
Ronald dan Rachel tiba di kediaman keluarga Tanjaya ketika matahari mulai tenggelam. Ronald berjalan masuk ke dalam rumah sambil membawa dua buah koper di tangannya, sedangkan Rachel terlihat melingkarkan tangannya di lengan Ronald. Mereka melihat Peter yang sudah datang ketika mereka tiba di halaman. “Ronald, aku ada urusan sebentar. Tolong, bawa koperku ke atas, ya. Jangan lupa, taruh baju-bajuku di lemari,” ujar Rachel sambil tersenyum. Ronald menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke lantai atas. Dia menggantung pakaian Rachel di lemari, sedangkan pakaian anak-anak diletakkan di kamar anak-anak mereka. Rachel melihat Farah dan anak-anaknya sedang bermain menumpuk balok di ruang bermain. Mereka semua terlihat sangat bahagia. Rachel berjalan menghampiri Farah lalu berkata, “Bu Farah, bisa bicara sebentar?” Farah langsung menoleh dan berhenti bermain balok. Kemudian dia bergegas keluar ruang bermain sambil memaksa untuk mengembangkan senyuman di wajahnya.“Rachel, gimana wajahmu?”
Ronald pastinya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengingat laporan keuangan Tanjaya Group, data berbagai macam proyek serata berbagai macam data lainnya. Walaupun Ronald sudah cukup familier dengan angka-angka tersebut, tidak semua hal cukup dengan familier saja. Terlebih lagi di dunia bisnis, di mana kekeliruan angka desimal saja bisa memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan. Jadi, Ronald harus benar-benar memastikan kalau dirinya tidak akan melakukan kesalahan yang akan merugikan perusahaannya. “Rendy sudah banyak mengganti posisi orang-orang penting di Tanjaya Group. Sekarang kamu memiliki kesempatan untuk menendang antek-antek Rendy keluar dari perusahaan,” ujar Rachel sambil melipat pakaian. Kemudian Ronald memeluk Rachel seraya berkata, “Kamu nggak usah khawatir. Aku punya rencanaku sendiri.”Rachel langsung berdiri kemudian melepas topeng yang menutupi wajah Ronald. Dia membelai bekas luka di wajah Ronald seraya berkata, “Besok kita pergi ke rumah sakit, y
“Bu Catherine!” panggil Hilmi ketika dia sedang berjalan di halaman. Catherine berteman baik dengan Farah. Namun, sepertinya beredar rumor kalau Catherine dan Ronald terlibat skandal. Hilmi pastinya tidak akan membiarkan Catherine masuk kalau Rachel tidak ada di rumah. Namun, keadaan di dalam rumah benar-benar sedang kondusif saat ini. Ronald dan Rachel terlihat saling menyayangi satu sama lain, jadi Hilmi ingin memperlihatkan kepada Catherine kenyataan yang akan membuat Catherine segera membuang niat buruknya terhadap Ronald. Hilmi berjalan menuju pintu gerbang lalu membukanya seraya berkata, “Bu Catherine sudah makan malam?”Tubuh Catherine gemetaran sambil terus menatap ke arah ruang makan. Catherine menarik napas dalam-dalam lalu berkata, “Pak Hilmi, tolong beritahu Bu Farah kalau saya harus segera pulang karena ada urusan mendadak.”Kemudian dia berbalik dan hendak pergi begitu saja. Hilmi langsung memasang ekspresi wajah mengejek. Dia mengira, kalau Catherine pasti pergi kare