Rendy membungkukkan badanya dan hendak mencium bibir Rachel. Namun … Rachel segera memalingkan wajahnya dan berkata, “Jangan cium aku.”“Kenapa, kamu jijik? Rachel, makin kamu nggak suka, makin aku mau melakukannya. Karena cuma dengan begitu, kamu bisa mengingat aku selamanya.”“Dengan kamu berbuat begitu, apa kamu nggak merasa bersalah sama Ronald?”“Orang yang sudah mati biarlah tetap mati, kenapa aku harus merasa bersalah sama dia? Di saat kayak begini, mending kamu nggak usah bawa-bawa orang yang sudah mati.”Sepertinya, Rendy masih belum tahu kalau Ronald sebenarnya masih hidup. Berarti … Rachel bisa memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan sendiri.Rendy makin mendekatkan kepalanya ke Rachel, dan ketika Rendy sudah hampir menyentuh leher Rachel, tiba-tiba jendela balkon terbuka. Angin malam berembus kencang ke dalam membuat Rachel dan Rendy refleks menoleh. Rendy mendapati seorang pria yang memakai topeng emas sudah berdiri di balkon dan sedang berjalan masuk. Topeng emas, jubah
Suasana di kamar langsung sunyi senyap ketika Ronald selesai berbicara. Hanya ada suara embusan angin menembus kaca yang bisa terdengar jelas.“Di hari kita menikah, tiba-tiba kamu menghilang. Habis itu, dia datang ke rumah dengan menggunakan identitas kamu. Dia tinggal di rumah kita dan menjadi suaminya istrimu, menjadi papa dari anak-anak kamu, dan memimpin perusahaan kamu juga. Sedangkan kamu diusir ke sini, menanggung banyak hal yang seharusnya bukan jadi tanggung jawab kamu ….”Suara Rachel berdengung di telinga Ronald yang mana membuat potongan-potongan ingatan tiba-tiba membanjiri kepalanya. Semua ingatan itu terus merasuk ke dalam memorinya bagaikan ombak deras yang menerjang. Keringat dingin juga tak henti menetes dari kepalanya.“Ronald, kamu kenapa?”“Kepalaku sakit …. Banyak ingatanku yang terpendam, tapi aku nggak bisa mengingatnya ….”“Kalau begitu nggak perlu dipaksa. Kamu cuma harus ingat kalau kamu adalah suamiku, papa dari anak-anak kita. Kamu punya sebuah keluarga ya
Ronald pernah bertemu dengan anak-anak ini sebelumnya, tapi gejolak perasaan yang dia rasakan belum pernah sekuat saat mereka berempat muncul bersamaan seperti sekarang ini.“Maaf, Papa yang lalai karena nggak bisa melindungi kalian berempat dan Mama kalian,” kata Ronald.“Huhuhu, Papa jahat.” Michelle langsung berlari ke dalam pelukan Ronald dan menangis tersedu-sedu.“Papa, lain kali jangan menghilang tiba-tiba lagi, ya?” kata Darren.“Iya, Papa nggak bakal mengulangi lagi.”Ronald tidak akan membiarkan istri dan keempat anaknya berada dalam bahaya untuk kedua kalinya.“Pa, kapan kita pulang?” tanya Eddy dengan mata memerah.“Kalau urusan Papa di sini sudah selesai, baru Papa bawa kalian pulang.”“Pa, Mama sudah banyak menderita. Papa harus memperlakukan Mama dengan lebih baik lagi,” ujar Michael.“Itu pasti.”Rachel merasa terharu melihat keempat anaknya berpelukan bersama dengan ayah mereka. Adegan yang jelas terlihat biasa ini entah mengapa bisa begitu mudahnya membuat hati Rache
“Total ada berapa orang?”“Perwira tinggi 8 orang, perwira menengah 23 orang, sisanya sekitar 200-an orang.”Jumlah pasukannya ternyata lebih banyak 1/3 dari angka yang diberikan oleh Rachel. Tampaknya … mereka cukup pandai dalam menyembunyikan kekuatan mereka yang sebenarnya. Mereka bisa kapan saja menyerang, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menaklukkan mereka.“Tiga hari ke depan, bawa mereka semua ke Sungai Kana. Kita ketemu di sana,” kata Terry North.“Oke.”Setelah Terry North pergi, barulah terlihat amarah yang berkobar di mata Isabel. Sudah bertahun-tahun dia menjadi anak bos Kelompok Hitam, mana rela dia diperlakukan sebagai anak buah. Begitu masuk ke mobilnya, Isabel menghubungi seseorang, “Kumpulin semua anak buah. Kita ketemuan di Sungai Kana tiga hari lagi. Ingat, tangkap Terry North hidup-hidup.”Isabel ingin Terry North meminta pengampunan di depannya sendiri. Dia akan memperlihatkan kepada Terry North bahwa dia bukanlah orang yang boleh diremehkan!Langit gelap
“Nggak, bukan begitu. Aku cuma merasa kamu mirip sama seseorang yang aku kenal dulu,” ujar Mavis seraya menyentuh tangan Ronald. Namun, Ronald dengan segera menarik tangannya guna menghindari sentuhan Mavis.“Maaf, aku nggak bermaksud apa-apa.”Mavis menyeruput kopinya dan kembali menenangkan dirinya seperti semula. Percakapn mereka seterusnya berjalan cukup lancar. Keduanya membuat janji untuk bertemu dan kapan akan beraksi, dan bagaimana dinamika kekuasaan mereka nantinya apabila semuanya berjalan sesuai rencana.“Kalau begitu sampai bertemu lagi dua hari ke depan, Bu Mavis. Aku permisi dulu.”Ronald membungkukkan tubuhnya dan tak lupa untuk memasang kembali topengnya sebelum dia pergi meninggalkan gedung opera tersebut.Mendadak air mata Mavis berlinang ketika Ronald pergi. Dia sungguh tidak mengira wajah dari pemimpin baru Kelompok Hitam tampak nyaris sama persis seperti mendiang suaminya, terutama bekas luka di wajahnya. Suaminya Mavis harus pergi dari dunia ini karena melindungi
Foto masih menggunakan masker memang kurang enak dilihat, jadi Ronald pun melepas maskernya.Di saat si fotografer berjongkok dan hendak mengambil foto, dia merasakan sebuah tatapan mata yang tajam sedang menyorot ke arahnya. Bekas luka panjang yang terpampang di wajah Ronald membuatnya mengerikan bagi orang lain. Dan kedua matanya yang dingin itu juga terlihat bagaikan sebilah belati tajam.Sepertinya si fotografer pernah melihat mata itu sebelumnya. Terry North, ketua Kelompok Hitam, memiliki sepasang mata yang sama persis dengan ini. Orang-orang menjulukinya sebagai mata kematian. Alhasil, fotografer itu langsung melarikan diri sambil membawa kameranya, sementara mereka berenam yang sudah memasang wajah senyum hanya bisa kebingungan menatap satu sama lain.“Dia pasti ketakutan ngelihat muka Papa,” kata Darren. “Bekas luka di muka Papa seram banget. Aku juga takut waktu pertama kali ngelihat.”“Coba saja kalau sihir itu nyata, lukanya pasti bisa langsung hilang,” tutur Michelle.“Tek
Perbatasan Helios yang selama ini kacau balau tiba-tiba menjadi tenteram dan damai. Namun makin tenteram, makin panik pula orang-orang yang menempati wilayah itu. Tidak ada satu orang pun yang terlihat berjalan bebas di tengah jalan. Suasana sekitar Sungai Kana yang berada di dalam wilayah Perbatasan Helios berada dalam kondisi siaga.Terry North berdiri di tepi sungai lengkap dengan topeng emas dan jubah yang beterbangan tertiup angin. Di sampingnya sudah ada Thomas dan Charlie yang telah disiksa di penjara selama empat sampai lima hari.“Bos, Isabel dan kawanannya sudah datang,” kata Louis melaporkan situasi.Dari kejauhan tampak beberapa belas mobil militer datang disertai angin debu yang beterbangan. Isabel berada di mobil yang terletak paling depan. Dia membuka pintu mobil dan turun menginjak tanah dengan sepatu kulit hitam andalannya. Dalam hati dia tersenyum sinis sembari meraba pistol yang dia simpan di pinggangnya. Akan tetapi, senyum itu seketika sirna ketika melihat ayahnya
“Tapi kamu tetap masuk ke dalam perangkapku, ‘kan?”Isabel tersenyum puas dan berjalan mendekat. Di saat dia hendak melepas topeng Ronald, tiba-tiba Ronald menggenggam tangannya dengan erat.“Isabel, apa kamu pikir kamu sudah menang?”“Memangnya nggak?”Saat ini ada lebih dari dua ratus prajurit yang berada di bawah pimpinan Isabel, dan mereka tidak hanya membawa satu senjata saja. Di situasi seperti ini, dia sudah tidak mungkin kalah.”“Terry North. Aku cukup tertarik padamu. Kalau kamu menuruti apa kataku, mungkin aku bakal mengampuni nyawamu.”“Kalau aku nggak mau?”“Kalau nggak mau, kamu bakal kusiksa sampai mentalmu hancur dan menyerah.”Ketika Isabel baru selesai berbicara, tiba-tiba terdengar suara mesin yang berputar tepat di atas dia berdiri. Isabel mendongak dan mendapati ada beberapa pesawat jet yang sedang menuju ke arahnya. Situasi pun dalam sekejap menjadi tegang, dan di sisi selatan sungai juga tiba-tiba muncul bayangan orang yang jumlahnya cukup banyak. Yang berada pali