Sontak, rona wajah Karl langsung berubah dan berkata dengan ketus, “Terus, kamu sendiri punya apa? Atas dasar apa kamu memaksa Melvin untuk terus sama kamu? Cuma karena kamu sayang sama dia, apa itu berarti dia harus menerima kamu? Kalau begitu, apa kamu nggak merasa jijik sama cowok yang sembarangan bilang sayang ke kamu? Aku dan Melvin sama-sama nggak suka sama kamu, pergi sana!”“Brak!”Karl membanting pintu gerbang vila dengan sekuat tenaga.“Melvin, aku bakal bikin kamu membayar atas semua perbuatan kamu! Aku bakal kasih lihat apa akibatnya kamu dekat-dekat sama Rachel!” bentak Hanna sembari menunjuk-nunjuk hidung Melvin.“Oke, aku tunggu,” balas Melvin.Setelah itu, Melvin kembali ke dalam meninggalkan mantan kekasihnya di luar sendirian.“Si Ronald yang dia maksud itu nggak bisa diremehkan juga. Kalau dia sampai benar-benar datang kemari, bisa-bisa kita juga yang bakal kewalahan,” ujar Karl.“Ronald yang asli sekarang sudah jadi pemimpin di Kelompok Hitam. Mereka bisa melakukan
Sesudah berbelanja bahan makanan di supermarket bersama dengan anak-anak, Rachel menenteng semua barang yang mereka beli pulang ke vila.Anak-anak asyik menonton kartun di ruang tamu, sedangkan Rachel pergi ke dapur untuk mencuci dan memotong sayur. Di saat itu pula Melvin datang dan berkata, “Aku sudah ngusir Hanna pergi. Maaf, ya, Rachel. Aku nggak memantau pengeluaranku sehari-hari, makanya Hanna jadi bisa melacak keberadaanku. Untung saja dia nggak ketemu kamu langsung.”“Sebenarnya ketemu pun nggak jadi masalah. Aku cuma nggak mau bikin masalah, jadi sebaiknya aku menghindar darinya. Tapi kalau dia masih terus cari ribut, aku nggak bakal segan …. Hanna bukan orang yang bodoh. Kemungkinan dia bakal menghubungi Rendy. Aku sudah mengerjai Rendy ke sana kemari, aku yakin kali ini dia pasti bakal langsung datang.”“Kalau dia berani datang, kamu dan Ronald bakal dapat mangsa yang enak. Sekalian saja beresin dia.”Saat ini Ronald sedang dalam kondisi hilang ingatan. Melihat seseorang yan
Saat Rachel menoleh ke belakang, dia melihat keempat anaknya, termasuk Melvin, Karl, dan Peter sedang mengelilingi komputer mendengarkan percakapannya.Sontak wajahnya pun memerah dan berkata, “Sudah cukup, jangan bahas soal itu lagi. Aku tutup dulu.”“Kalau begitu nanti malam aku mampir sebentar. Rachel, aku kangen, aku mau ketemu kamu ….”Rona wajah Rachel makin memerah dan detak jantung berdebar makin kencang mendengar gombalan yang sungguh memalukan itu. Khawatir jantungnya bisa-bisa berhenti berdetak, dia langsung mematikan teleponnya.“Eh, kenapa ditutup?”“Ma, Papa masih belum selesai ngomong. Kenapa sudah ditutup?”Rachel menarik napas panjang sambil berjalan ke ruang tamu dengan menggosokkan wajahnya. Dia memasang raut wajah tegas dan menegur anaknya, “Lain kali nggak boleh menguping pembicaraan Mama.”“Ma, telinga Mama merah,” kata Michelle.“Waah, Mama malu, ya?” tanya Darren.“Papa bilang kangen sama Mama. Mama pasti malu,” ujar Eddy.Rachel, “….”“Jadi hari ini Papa bakal
Rachel dapat mencium aroma tubuh pria yang sangat kental. Respons pertama Rachel adalah berasumsi bahwa orang itu adalah Ronald, tapi kekuatan cengkeramannya terlalu kuat dan nyaris saja membuat pergelangan tangan Rachel patah.Baik sebelum atau setelah kehilangan ingatannya, Ronald tidak mungkin bersikap sekasar itu kepada Rachel. Rachel menendang kursi yang ada di ujung ranjang, tapi orang itu berhasil menghindarinya dengan baik. Pria yang sosoknya masih tertutup oleh gelapnya malam marah dan melempar tubuh Rachel ke atas ranjang.“Rachel, hidupnya nyaman juga sekarang. Apa kamu sudah lupa siapa aku?”Suara berat yang menggema di telinga Rachel membuat kedua matanya langsung terbuka lebar. Dia pun menekan leher pria itu dengan ujung sikutnya dan berkata, “Kamu tahu kekuatanku jauh lebih hebat dari kamu. Jadi, jangan memaksaku.”“Oh, begitu?”Rendy tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari saku dan menempelkannya ke antara kedua mata Rachel, “Kamu pikir sekarang kamu bisa melawanku?”Sesuat
Rendy membungkukkan badanya dan hendak mencium bibir Rachel. Namun … Rachel segera memalingkan wajahnya dan berkata, “Jangan cium aku.”“Kenapa, kamu jijik? Rachel, makin kamu nggak suka, makin aku mau melakukannya. Karena cuma dengan begitu, kamu bisa mengingat aku selamanya.”“Dengan kamu berbuat begitu, apa kamu nggak merasa bersalah sama Ronald?”“Orang yang sudah mati biarlah tetap mati, kenapa aku harus merasa bersalah sama dia? Di saat kayak begini, mending kamu nggak usah bawa-bawa orang yang sudah mati.”Sepertinya, Rendy masih belum tahu kalau Ronald sebenarnya masih hidup. Berarti … Rachel bisa memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan sendiri.Rendy makin mendekatkan kepalanya ke Rachel, dan ketika Rendy sudah hampir menyentuh leher Rachel, tiba-tiba jendela balkon terbuka. Angin malam berembus kencang ke dalam membuat Rachel dan Rendy refleks menoleh. Rendy mendapati seorang pria yang memakai topeng emas sudah berdiri di balkon dan sedang berjalan masuk. Topeng emas, jubah
Suasana di kamar langsung sunyi senyap ketika Ronald selesai berbicara. Hanya ada suara embusan angin menembus kaca yang bisa terdengar jelas.“Di hari kita menikah, tiba-tiba kamu menghilang. Habis itu, dia datang ke rumah dengan menggunakan identitas kamu. Dia tinggal di rumah kita dan menjadi suaminya istrimu, menjadi papa dari anak-anak kamu, dan memimpin perusahaan kamu juga. Sedangkan kamu diusir ke sini, menanggung banyak hal yang seharusnya bukan jadi tanggung jawab kamu ….”Suara Rachel berdengung di telinga Ronald yang mana membuat potongan-potongan ingatan tiba-tiba membanjiri kepalanya. Semua ingatan itu terus merasuk ke dalam memorinya bagaikan ombak deras yang menerjang. Keringat dingin juga tak henti menetes dari kepalanya.“Ronald, kamu kenapa?”“Kepalaku sakit …. Banyak ingatanku yang terpendam, tapi aku nggak bisa mengingatnya ….”“Kalau begitu nggak perlu dipaksa. Kamu cuma harus ingat kalau kamu adalah suamiku, papa dari anak-anak kita. Kamu punya sebuah keluarga ya
Ronald pernah bertemu dengan anak-anak ini sebelumnya, tapi gejolak perasaan yang dia rasakan belum pernah sekuat saat mereka berempat muncul bersamaan seperti sekarang ini.“Maaf, Papa yang lalai karena nggak bisa melindungi kalian berempat dan Mama kalian,” kata Ronald.“Huhuhu, Papa jahat.” Michelle langsung berlari ke dalam pelukan Ronald dan menangis tersedu-sedu.“Papa, lain kali jangan menghilang tiba-tiba lagi, ya?” kata Darren.“Iya, Papa nggak bakal mengulangi lagi.”Ronald tidak akan membiarkan istri dan keempat anaknya berada dalam bahaya untuk kedua kalinya.“Pa, kapan kita pulang?” tanya Eddy dengan mata memerah.“Kalau urusan Papa di sini sudah selesai, baru Papa bawa kalian pulang.”“Pa, Mama sudah banyak menderita. Papa harus memperlakukan Mama dengan lebih baik lagi,” ujar Michael.“Itu pasti.”Rachel merasa terharu melihat keempat anaknya berpelukan bersama dengan ayah mereka. Adegan yang jelas terlihat biasa ini entah mengapa bisa begitu mudahnya membuat hati Rache
“Total ada berapa orang?”“Perwira tinggi 8 orang, perwira menengah 23 orang, sisanya sekitar 200-an orang.”Jumlah pasukannya ternyata lebih banyak 1/3 dari angka yang diberikan oleh Rachel. Tampaknya … mereka cukup pandai dalam menyembunyikan kekuatan mereka yang sebenarnya. Mereka bisa kapan saja menyerang, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menaklukkan mereka.“Tiga hari ke depan, bawa mereka semua ke Sungai Kana. Kita ketemu di sana,” kata Terry North.“Oke.”Setelah Terry North pergi, barulah terlihat amarah yang berkobar di mata Isabel. Sudah bertahun-tahun dia menjadi anak bos Kelompok Hitam, mana rela dia diperlakukan sebagai anak buah. Begitu masuk ke mobilnya, Isabel menghubungi seseorang, “Kumpulin semua anak buah. Kita ketemuan di Sungai Kana tiga hari lagi. Ingat, tangkap Terry North hidup-hidup.”Isabel ingin Terry North meminta pengampunan di depannya sendiri. Dia akan memperlihatkan kepada Terry North bahwa dia bukanlah orang yang boleh diremehkan!Langit gelap