“Mama, kami baik-baik saja.”“Mama, aku sudah terima barangnya.”Kedua anak itu membuka mata mereka yang hitam berkilau dan menatap Rachel dengan patuh. Hati Rachel yang sedari tadi seperti menggantung tinggi akhirnya kembali ke tempatnya dengan aman.Rachel menggendong kedua anak itu masing-masing dengan tangan kiri dan kanannya. Kemudian, dia membawa mereka ke dalam rumah.Karl mengganti sepatunya di depan pintu. Tiba-tiba dia mengendus hidungnya dan berseru dengan berlebihan, “Wah, baunya enak banget. Ini masakan Indonesia, ya? Kelihatannya enak banget.”Pada saat kedua anak pergi menemui Terry, Rachel memasak satu meja penuh makanan. Empat anak dan tiga orang dewasa duduk bersama di meja makan.Karl terus makan sambil memuji, “Rachel, keterampilan memasakmu hebat bangat. Pantas saja anakmu pintar-pintar. Pasti karena masakanmu sangat enak.”“Makanan sebanyak ini masih saja nggak bisa tutup mulutmu.” Sudut bibir Melvin berkedut. Karl kelihatannya berusia hampir 30 tahun. Mengapa pri
“Aku nggak mau melibatkan kamu. Kamu bantu aku jaga anak-anak saja.”Rachel tidak menghiraukan protes Melvin lagi. Dia pun berjalan keluar dari ruang tamu dan menutup pintu dengan rapat. Dia berjalan ke pintu pagar besi vila dan menatap dua penjaga berwajah dingin.“Ada apa?” tanya Rachel.“Bos kami, Terry, ingin bertemu denganmu. Kamu ikut kami pergi sebentar.”Mata Rachel berkedip. Terakhir kali mereka bertemu, pria itu mengatakan kalau dia perlu mempertimbangkan apakah akan bekerja sama dengan Rachel. Apakah pria itu sudah mempertimbangkannya dengan jelas?Cara dengan menggunakan anak-anak jelas telah menemui jalan buntu. Oleh karena itu, Rachel hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.Rachel melengkungkan senyum manis di wajahnya dan berkata, “Oke, aku kembali ke rumah dan ganti baju dulu.”Kedua penjaga itu tahu kalau Rachel adalah rekan kerja sama bos mereka. Oleh karena itu, dia tidak berani terlalu mendesak perempuan itu. Mereka menunggu Rachel dengan hormat di depan pintu.Beg
Seorang pria yang mengenakan mantel berwarna hitam turun dari lantai dua dengan tubuh yang memancarkan aura yang tidak biasa. Wajah tetua seketika menjadi dingin ketika melihat Terry yang seperti itu.Pada saat Agustinus yang memimpin, tetua itu sangat dihormati setiap kali dia berbicara di rapat. Namun setelah Terry menggantikan Agustinus sebagai pemimpin, tetua itu selalu diabaikan saat bicara di rapat.Tidak peduli pendapat penting apa pun yang tetua itu katakan, Terry sama sekali tidak memberikan tanggapan. Contohnya hari ini, usulannya untuk pembangunan ekonomi sama sekali tidak mendapat perhatian dari Terry, apalagi umpan balik. Tetua itu semakin lama semakin merasa dirinya yang sebagai tetua dianggap remeh.Tetua itu memandang pria yang baru datang, lalu dia berdiri tegak sambil bertopang pada tongkatnya dan berkata, “Perempuan ini jelas punya maksud lain. Aku hanya ingin bantu Pemimpin singkirkan bahaya tersembunyi. Apa aku salah?”Terry berkata dengan dingin, “Sebenarnya Tetua
Terry membuka laci meja yang terkunci dan mengambil sesuatu. Kemudian, dia melemparkan setumpuk buku catatan keuangan ke atas meja dan berkata, “Itu adalah catatan pendapatan Kelompok Hitam tahun lalu. Ada banyak bagian yang terdapat masalah. Kalau kamu bisa temukan sepuluh masalah di dalamnya, berarti kamu menang.”Rachel mengambil buku itu lalu dia duduk di sisi lain meja. Setelah itu, dia membolak-balik halaman buku dan membaca dengan teliti.Pada awal berdirinya Aurora Technology, perusahaan memang tidak merekrut akuntan. Rachel yang bertanggung jawab penuh atas pekerjaan bagian keuangan. Oleh karena itu, membaca catatan keuangan seperti ini sama sekali tidak sulit baginya.Apalagi catatan pendapatan itu bukan dibuat oleh orang profesional. Sepertinya ditulis oleh kerabat atau orang kepercayaan Agustinus. Boleh dibilang catatan keuangan itu terdapat banyak celah.Rachel telah menemukan setidaknya sepuluh kesalahan sebelum membaca sepertiga dari catatan keuangan tersebut. Rachel mem
Rachel menatap pria itu dengan linglung, lalu berkata lagi, “Aku sudah punya suami. Aku nggak bisa jadi wanitamu. Kamu boleh buat permintaan lain. Aku hanya ingin lihat wajahmu.”“Nggak masalah kalau kamu sudah punya suami. Kalau begitu, kamu jadi kekasih gelapku saja.”Bibir Terry menyentuh cuping telinga Rachel, lalu berbisik di sana dengan lembut. Seluruh tubuh Rachel seketika bergetar.Adat istiadat rakyat setempat sangat keras, juga tidak ada batasan hukum. Banyak perempuan yang sudah memiliki suami tetap mengikat diri pada mereka yang kuat dan berusaha. Hal ini tidak mengherankan lagi di daerah setempat.Namun, Rachel sangat tidak menyukai bahkan membenci hal semacam itu. Sekarang bisa-bisanya ada orang meminta Rachel yang sudah bersuami ini menjadi kekasih gelapnya. Orang itu sudah pasti bukan Ronald. Pria yang dia cintai bukan orang yang tidak tahu malu seperti ini.Rachel segera mundur selangkah dan berkata, “Maaf, sekarang aku nggak mau lihat wajahmu lagi.”Namun, Rachel belu
Terry bertanya dengan sedikit kebingungan. Bukannya dia tidak pernah melihat seorang perempuan menangis. Lihat saja Isabel, perempuan itu sering menangis di depannya. Akan tetapi, dia hanya merasa jijik.Namun sekarang, begitu dia melihat air mata Rachel, hatinya seakan-akan melepuh karena air mata itu. Ada perasaan yang sangat mencekik di dalam hatinya.Begitu Terry bertanya, tangisan Rachel menjadi semakin keras. Dia telah menghadapi Rendy begitu lama di Kota Suwanda. Setiap kali berada dalam bahaya, dia sama sekali tidak pernah menangis.Rachel datang jauh-jauh ke Perbatasan Helios. Setiap kali dia harus kembali dengan kecewa. Dia harus melewati malam yang panjang tanpa tidur. Walaupun begitu, dia masih bisa menahan air matanya. Namun sekarang, dia sudah tidak sanggup menahannya lagi. Suaminya sepertinya tidak mengenalnya lagi.“Kamu nggak tahu siapa aku?” tanya Rachel dengan suara tercekat. Suaranya bergetar, ada sedikit harapan di suaranya itu.Rahang Terry seketika mengeras. Dia
“Bos, gawat. Ada kelompok pemberontak yang menyelinap ke perbatasan dan buat masalah di sana!” Penjaga itu masuk dan melaporkan situasi dengan panik.Ekspresi wajah Terry seketika berubah. Dia melirik Rachel sebentar, lalu berkata dengan suara rendah, “Cepat pergi dari sini.”Usai berkata, dia membuka laci mejanya. Kemudian, dia mengeluarkan dua senjata hitam dan memasukkannya ke ikat pinggangnya. Setelah itu dia mengikuti penjaga turun ke bawah dengan cepat. Sesaat kemudian, terdengar suara mobil yang melaju keluar dari bawah sana.Rachel berdiri di depan jendela, menyaksikan mobil itu menghilang dari pintu gerbang. Rasa cemas tiba-tiba membuncah di hatinya.Ronald, CEO Tanjaya Group, jelas-jelas seharusnya menjadi CEO di Kota Suwanda. Pria itu adalah seorang pemimpin dalam dunia bisnis. Sekalipun negosiasinya gagal dan bisnisnya terhambat, paling-paling bisnis keluarganya akan bangkrut.Namun sekarang, entah karena alasan apa pria itu bisa berada di tempat ini dan menjadi pemimpin ke
“Ada bekas luka yang sangat panjang di wajahnya. Dari ujung mata sampai ke samping bibir, yang membentang di separuh wajahnya. Meskipun begitu, aku masih bisa mengenali kalau wajahnya sama persis dengan wajah papa kalian.”“Apa?!” Melvin sangat terkejut, “Rachel, kenapa aku nggak mengerti maksud perkataanmu ini?”Mata Darren seketika melebar, “Maksud Mama, Terry adalah papa kami?”“Bagaimana mungkin?!” Karl yang duduk di pinggir sofa tiba-tiba berkata dengan lantang, “Bukannya papa kalian seorang pengusaha? Terry adalah seorang prajurit militer, apalagi sepertinya dia dari pasukan khusus.”Eddy yang sedari tadi hanya mengerutkan bibirnya akhirnya ikut bersuara, “Sewaktu aku pergi temui Terry kemarin, aku memang merasa suaranya sangat mirip dengan suara Papa. Saat itu, aku kira Terry adalah Papa. Tapi dia jelas-jelas nggak kenal aku dan Michael. Karena itu, aku nggak memikirkannya ke arah itu.”Michael juga menimpali dengan suara pelan, “Kalau dia benar-benar Papa, nggak mungkin dia ngg