Para tamu penting yang hadir sedikit tidak puas melihat Ronald dapat menjawab dengan mudah. Biasanya, pengantin pria di hari pernikahannya harus diberikan tingkat kesulitan yang tinggi sebelum akhirnya bisa bertemu dengan pengantin perempuannya.Sementara, pertanyaan yang ditanyakan Roy terlalu mudah.Hal ini dikarenakan Ronald adalah pemimpin dari Tanjaya Group, banyak tamu-tamu penting yang hadir di sana, sehingga tidak ada yang berani mengetes Ronald terlalu sulit.“Pertanyaan terakhir, kapan kamu dan Rachel berciuman untuk pertama kali?”Begitu pertanyaan ini terlontar keluar, orang-orang di sekitar mereka langsung tertarik mendengarkan.Hampir seratus pasang mata menatap wajah Ronald seolah ada sekuntum bunga yang terukir di wajah pria itu.Pria itu mengerutkan kedua keningnya, dibenaknya terlintas berbagai adegan ketika mereka berciuman. Sejujurnya, dirinya dan Rachel sudah berciuman sangat banyak.“Hah? Kamu nggak mungkin lupa dengan hal-hal seperti ini kan?” Yohanes menyenggol
Eddy akhirnya melangkah ke samping dan membiarkan Ronald lewat.Akhirnya Ronald bisa sampai di depan pintu kamar dengan aman. Baru saja pria itu ingin mengetuk pintu, tiba-tiba pintu tersebut telah dibuka dari dalam.Ronald langsung dapat melihat pemandangan di dalam kamar tersebut. Di atas sebuah kasur dengan ukuran yang tidak terlalu besar, duduk empat orang pengantin yang saling membelakangi dan keempatnya mengenakan gaun pengantin yang sama persis.Ronald mengangkat kedua alisnya, seharusnya rintangan yang ini memintanya untuk mencari pengantin perempuan yang sebenarnya. Rintangan ini juga tidak terlalu sulit baginya.“Papa, silakan pakai ini.”Michael menyodorkan sebuah penutup mata berwarna hitam.Ronald menyipitkan mata, “Ini …?”“Aku membuat sebuah sistem simulasi virtual, setelah mengenakan kacamata ini, barulah bisa masuk ke dalam adegan tersebut,” ucap Michael menjelaskan. “Silakan Papa menyelamatkan pengantin perempuan yang sebenarnya di dalam permainan ini.”Begitu Ronald
Ronald setengah berlutut di hadapan Michelle, lalu berkata, “Michelle, tes apa yang sudah kamu siapkan? Cepat katakan saja.”Michelle mengedipkan sepasang matanya yang jernih dan besar, “Cari sepatu pengantin, kalau sudah berhasil menemukannya, maka baru aku membiarkan Mama menikah dengan Papa.”“Mencari sepatu pengantin adalah rintangan yang terakhir!” ucap Yohanes dengan butiran keringat sebesar biji jagung yang menempel di keningnya akibat olahraga yang diberikan oleh Eddy. “Christopher cepat sedikit, jangan melamun lagi, cepat cari sepatu pengantin!”Baru saja mereka berdua menyelesaikan rintangan dari Eddy dengan berolahraga, mereka sudah harus menggeledah seluruh kamar untuk mencari sepatu pengantin.Di dalam tangki toilet, di balik kipas, di luar jendela balkon, di bawah tempat tidur, di dalam lemari, semua tempat di dalam kamar tersebut hampir diterbalikkan oleh Yohanes dan Christopher untuk mencari sepatu tersebut.Yohanes mengeluarkan sebuah permen dan membujuk gadis kecil it
“Astaga, masa nggak ada satu pun di antara kalian yang bertanya-tanya mengapa Ronald dan Rachel memiliki empat orang anak? Mereka semua terlihat mirip satu dengan yang lainnya, harusnya mereka adalah kembar empat!”“Aku hanya bisa menghela napas melihat mereka berempat, benar-benar sangat lucu dan menggemaskan. Ahh … bagaimana ini, aku jadi ingin punya anak juga melihat keempat bocah kecil itu!”“Sadar, sadar! Anak yang kamu lahirkan nanti lebih mirip beruang daripada keempat bocah tersebut, setiap hari kamu lebih ingin membunuhnya daripada merawatnya!”“Pemberkatan pernikahannya sudah dimulai …!”Terdengar lagu pernikahan dari dalam altar hotel, Rachel dan juga Roy berjalan berdampingan di atas karpet merah.Perempuan itu sudah memutuskan hubungan dengan keluarga Hutomo, sehingga Nenek Hutomo hanya mengirimkan doa dan juga angpau untuk sepasang mempelai tersebut, tapi Nenek Hutomo sendiri tidak menghadiri acara pernikahan cucunya. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa hari itu, tidak
Dari subuh jam empat pagi, hingga sekarang, perempuan itu terus berkaktivitas tanpa henti. Rasa lelah yang tak tertahankan menjalar hingga ke sumsum tulangnya.Ronald tidak tega melihat perempuan yang disayanginya kelelahan, lalu mencium kening perempuan itu dengan lembut dan berkata, “Setelah kita membuka jamuan nanti, aku akan membawa kamu pulang untuk beristirahat.”“Lelah bagaimanapun, acara ini hanya sekali seumur hidup,” ucap Rachel sambil bersandar di dalam dada pria itu. “Kamu baru saja keluar dari rumah sakit, nanti kamu jangan minum terlalu banyak,” ucap Rachel dengan lembut.“Apa pun yang dikatakan istriku, pasti akan aku laksanakan dengan sepenuh hati.” Ronald kembali mencium wajah Rachel sebelum akhirnya berbalik dan pergi ke ruang ganti di sebelah.Gaun Rachel malam itu sangatlah rumit, perlu dua orang desainer yang membantunya, barulah akhirnya gaun tersebut dapat menempel sempurna di badan Rachel. Para perias wajah dengan sigap kembali merias wajah Rachel.Gaun Rachel p
“Maaf Rachel, urusannya sangat mendadak tadi, sehingga belum sempat untuk memberitahumu.”Suara Ronald terdengar dari balik telepon, disusul dengan latar belakang suara orang-orang yang berteriak panik dan juga reruntuhan balok kayu yang dilahap oleh api.Rasa khawatir Rachel semakin bertambah mendengar hal ini. Perempuan itu berkata dengan serius, “Kamu harus hati-hati, aula leluhur terbakar masih bisa diperbaiki lagi, tapi kalau kamu sampai ….”Perempuan itu menggigit bibirnya, “Pokoknya kamu harus berhati-hati, aku dan anak-anak menunggu kamu pulang.”“Oke, aku akan secepatnya pulang, kamu tenang saja.”Setelah perempuan itu menutup teleponnya, entah mengapa hati Rachel menjadi sangat berat. Seolah sebuah badai yang sangat besar akan menghempasnya.“Rachel, kamu sudah selesai meneleponnya? Ayo, kita harus segera keluar menyambut para tamu.” Farah berjalan keluar sambil meletakkan segelas sampanye ke tangan Rachel.Rachel kembali menyimpan ponselnya, lalu tersenyum dan berkata, “Baik
Tubuh lelaki itu tertutupi sebuah selimut bulu basah dan tidak terlihat terluka. Rachel menghela napas lega dan buru-buru menghubungi Ronald. Telepon tersebut berdering elama beberapa saat tanpa ada yang menerimanya.Rachel menoleh ke belakang dan melihat Farah yang baru selesai mengantarkan tamu berjalan mendekat sambil berkata, “Tadi Hilmu baru antar anak-anak pulang. Kita juga pulang saja.”“Ma, Ronald sudah pulang?” tanya Rachel sambil menggenggam ponselnya.“Dia lagi di kantor polisi untuk membuat pernyataan,” kata Farah mencoba menghindari mata Rachel.“Kebakaran kali ini sepertinya memang disengaja. Bahkan ruko-ruko di sekitar juga ikut terbakar. Kasus ini menjadi sangat besar dan Ronald harus ikut bekerja sama untuk diperiksa di kantor polisi.”Rachel mengangguk mengerti tanpa bertanya lagi. Suasana aula tersebut menjadi sangat sepi setelah acara resepsi berakhir. Saat kembali ke kediaman Tanjaya, kesunyian semakin menyerang mereka dengan hebat. Padahal teras rumah dipenuhi ber
Di bawah langit malam dan cahaya rembulan, sosok lelaki itu tampak tinggi dan tegap. Rachel menyingkap selimut dan turun dari kasur dengan perlahan. Di tangannya menggenggam belati yang disimpan dalam laci.Dia mendekat dengan perlahan dan kemudian langsung membuka pintu balkon. Dia melangkah dengan cepat dan dengan sebelah tangannya menahan bahu lelaki itu. Belati yang ada di tangan Rachel membentang di leher lelaki itu.Lelaki itu menoleh ke samping dan cahaya bulan membuat wajah tampannya terlihat jelas tetapi juga sedikit buram.“Ronald, ka-kamu kok berdiri di sini?”Rachel buru-buru melepaskan pegangannya dan melempar belati tersebut ke meja balkon. Perempuan itu memandangi lelaki di hadapannya dengan teliti. Ekspresi Ronald terlihat dingin dan seluruh tubuhnya memancarkan aura yang membuat Rachel menggigil.Mendadak Rachel seperti bertemu dengan Ronald yang awal dia temui dulu. Bahkan jauh lebih dingin dibandingkan Ronald yang dulu. Rachel menatapnya dan berkata, “Kebakaran hari