“Bu Rachel, ada masalah dengan proyek Yelitos Group,” ujar Jenny dengan suara kelelahan dari balik telepon. Rachel tahu, Jenny tidak mungkin meneleponnya kalau masalah ini tidak sangat serius. “Kenapa? Apa masalahnya? Jangan panik! Coba pelan-pelan jelaskan padaku,” ujar Rachel cepat. “Direktur Utama Yelitos Group di kota Suwanda diganti minggu kemarin. Pak Bara memiliki hubungan yang dekat dengan Adijaya Group. Oleh karena itu, dia meminta Bu Sharon untuk menjadi salah satu kepala perancang chip untuk proyek ini. Mereka akan bekerja sama dengan perusahaan kita untuk menyelesaikan pemrograman dan desain chip,” lapor Jenny.Rachel langsung memicingkan matanya seraya berkata, “Adijaya Group?”“Ya, Adijaya Group! Nama Bu Sharon dan Bu Rachel ditulis berdampingan di surat proyek. Yelitos Group mengatakan mereka akan memperbaharui kontrak mereka. Mereka juga siap untuk memberikan ganti rugi akibat pembatalan kontrak,” jelas Jenny kembali. Rachel langsung tersenyum sinis seraya berkata,
“Kak, kamu itu benar-benar naif, ya? Cara licik seperti ini sudah biasa terjadi dalam dunia bisnis. Kalau kita tidak melakukannya, maka kitalah yang akan diinjak-injak,” ujar Sharon tenang. Hendo menggerakkan bibirnya seraya berkata, “Aku tidak pernah memerintahkanmu apa pun selama sepuluh tahun ini. Tapi sekarang, aku minta kamu segera mundur dari proyek ini!”“Memangnya kenapa aku harus mundur? Kak, kamu ini benar-benar aneh. Selama ini aku menggunakan cara seperti ini untuk menghadapi lawan bisnis kita. Selama itu juga kamu selalu menutup matamu. Tapi sekarang, kenapa kamu tiba-tiba datang dan mengkritikku? Oh ... aku tahu! Pasti karena si Rachel itu, kan?” Sharon terlihat benar-benar kesal ketika melontarkan kata-katanya.“Paman kenapa, sih? Waktu itu Paman sampai dua kali memarahiku hanya karena perempuan itu. Lalu sekarang, Paman juga berniat mempengaruhi bisnis Adijaya Group karena perempuan itu?” tanya Hanna kesal.“Sharon, sekarang katakan padaku! Kamu bersedia mundur atau ti
Rachel menyerahkan semua urusan perusahaan kepada Jenny karena dia terlalu sibuk untuk mengurus pernikahannya. Namun, hari ini mau tidak mau Rachel harus datang ke kantor untuk menyelesaikan masalah proyek Yelitos Group. Rachel sudah tiba di perusahaan pagi-pagi sekali. Ketika dia masuk tiba-tiba saja para karyawan langsung mengerubunginya. “Selamat atas pernikahan Anda, Bu Rachel!”“Aku harap pernikahan kalian berdua langgeng sampai tua nanti!”“Semoga Bu Rachel cepat punya momongan!”“Hei, jangan asal bicara! Bu Rachel sudah punya anak. Jangan kasih selamat yang kayak gitu!”“Banyak anak kan banyak rezeki!”Para rekan kerjanya langsung tertawa terbahak-bahak. Mereka hanya tahu kalau Rachel memiliki dua orang anak saja. Namun, mereka tidak tahu kalau ternyata Ronald juga memiliki dua orang anak. Jadi, Rachel sekarang sudah memiliki empat orang anak. Apa mungkin dia masih mau memiliki anak lagi? Rachel bukanlah induk kucing yang harus memiliki banyak anak. “Baiklah, sekarang semuany
Para karyawan yang mendengar perkataan Rachel langsung tercengang.Kemudian salah satu dari mereka berkata, “Tapi laporan pertama hasil dari proyek ini akan dibuat tiga hari lagi.”“Kita sudah menyelesaikan 80% dari semua total pekerjaan yang harus kita laksanakan. Biarkan saja Adijaya Group untuk menyelesaikan sisanya,” ujar Rachel tenang. “Jenny, kamu yang bertugas untuk berkomunikasi dengan departemen teknis Adijaya Group. Meeting ini selesai. Aku akan pergi ke sana sendiri setelah hasil laporannya keluar,” pungkas Rachel mengakhiri sesi rapat kali ini.Dia akan membuat Yelitos Group menderita setelah apa yang telah mereka lakukan pada Aurora Technology. Lagi pula, Pak Bara dari Yelitos Group sendiri yang sudah bekerja sama dengan Sharon untuk menipu Rachel. Jadi, pastinya Yelitos Group sudah tahu konsekuensi apa yang akan terjadi kepada mereka. Lagi pula, perusahaan sebesar Yelitos Group pastinya sanggup menghadapi badai kecil yang akan Rachel buat untuk mereka. Rachel kembali ke
“Ehem!” Rachel memberikan isyarat dengan terbatuk.Kemudian dia menatap ke arah para karyawan seraya berkata, “Hari ini jangan ada yang lembur, ya. Aku akan mentraktir kalian bersenang-senang di bar. Jenny yang nanti akan mengurusnya.”“Bu Rachel baik sekali!”“Bu Rachel yang menikah, tapi kita yang mendapatkan berkahnya!”“Bu Rachel, sekarang Ibu pergi kencan saja dulu. Tenang saja, sebentar lagi kami pasti pulang, kok.”Rachel akhirnya masuk ke dalam lift sambil ditatap dengan penuh arti oleh para pegawainya. Dia merasakan banyak sekali mata yang menatapnya ketika dia berjalan menghampiri Ronald. Ketika Rachel menoleh, para karyawan yang tadi menatapnya sudah berada di lantai bawah. Namun, mereka berpura-pura sibuk dan beberapa di antaranya ada juga yang mengedipkan mata ke arah Rachel. Kenapa orang-orang di sini sangat senang bergosip?Ronald dengan cepat memeluk pinggang Rachel seraya berkata, “Kamu capek, ya?”"Jangan begini ...." Rachel berusaha menepis tangan Ronald."Kita masu
“Bu Rachel, bukannya itu Pak Ronald? Kenapa dia ada di sini?” tanya Jenny sambil menunjuk ke arah sebuah meja. Rachel langsung melihat ke arah meja yang ditunjuk oleh Jenny. Di sana dia melihat sosok laki-laki yang terlihat sangat mirip dengan Ronald sedang duduk menghadap ke arah Rachel. Kenapa Ronald berada di sini? Bukankah dia sedang pergi mencari Reihan? Ketika Rachel bangun dari tempat duduknya tiba-tiba saja dia melihat sosok yang terlihat familier sedang duduk di hadapan Ronald. Perempuan asing dengan rambut coklat keriting. Dia adalah perempuan yang mengunjungi Ronald waktu itu. Bukankah dia adalah si psikiater yang bernama Catherine? Apa yang mereka lakukan di sini?Keraguan di mata Rachel langsung menghilang. Dia pun dengan cepat berdiri dan berniat untuk menghampiri mereka.“Bu Rachel, ajak saja Pak Ronald ke sini untuk minum sama kita,” ujar Jenny sambil mengedipkan matanya. Walaupun mereka semua merasa tidak nyaman dengan aura yang dipancarkan oleh Ronald, mereka san
Ronald berjalan mengelilingi bar dengan aura dingin yang memancar dari tubuhnya. Dia yakin Rendy tidak akan bisa keluar dari bar ini karena semua pintu masuk dan keluar bar sudah dijaga ketat oleh para pengawalnya. Namun, tiba-tiba saja dia menemukan sosok perempuan cantik yang sangat dia kenal.Ronald bergegas menghampiri perempuan itu, lalu bertanya, “Rachel, kok kamu di sini?”“Aku kan sudah bilang kalau aku mau minum ke bar sama pegawai kantorku,” jawab Rachel. Kemudian dia mengerutkan bibirnya seraya bertanya, “Kamu sudah dari tadi di sini?”Ronald tidak mengerti kenapa Rachel tiba-tiba menanyakan hal itu padanya. “Aku baru saja masuk ke dalam bar, tadi aku sempat mencari jejak Reihan di luar. Memangnya kenapa?” tanya Ronald lagi. Rachel langsung berusaha mencium aroma alkohol dari tubuh Ronald, tapi dia tidak menemukannya. Rachel melihat dengan jelas kalau tadi Ronald sempat minum setidaknya dua gelas wiski. Apa mungkin tadi Rachel salah lihat?Ketika Rachel masih merasa curig
Ronald sulit untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin Rendy merusak keluarganya yang sudah terasa sangat bahagia ini. Kekhawatiran di dalam hatinya terus bergejolak. Bahkan dalam perjalanan pulang, wajah Ronald masih terlihat sangat dingin.Ketika mereka berdua sampai di rumah, Rachel memanggil Michelle untuk menghampiri mereka.Michelle langsung mengerti keadaan mereka setelah melihat mata ibunya. Kemudian dia menarik pakaian Ronald seraya bertanya, “Papa lagi sedih, ya?”Wajah dingin Ronald seketika langsung berubah hangat setelah mendengar pertanyaan Michelle. Kemudian dia langsung mengangkat Michelle dan menaruhnya di atas pundak seraya berkata, “Papa nggak sedih, kok. Cuma lagi mikirin kerjaan saja.”Michelle langsung tersenyum lebar seraya berkata, “Pa, angkat aku yang tinggi, dong.”Ronald langsung menuruti permintaan Michelle. Dia mengangkat dan melempar Michelle ke atas. Kemudian dengan cepat menangkap Michelle dengan kedua tangannya. Suara tawa Michelle bergema dengan riangny