“Kamu Lincoln, kan?”Vrilla bisa mendengar nada tidak sabar pria itu. Karena itu, dia bertanya dengan sangat lembut.Lincoln yang berada di ujung lainnya tertegun sesaat, lalu dia berkata, “Benar, aku Lincoln. Kalau boleh tahu kenapa ponsel Shania ada sama kamu?”“Aku mamanya Shania.” Vrilla menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. “Shania lagi dalam masalah sekarang. Dia nggak bisa ngomong sama kamu. Dia minta aku untuk beri tahu kamu kalau dia lagi hamil sekarang. Sudah satu setengah bulan. Kamu adalah papa kandung anaknya.”“Apa?!” Lincoln terkejut bukan main. Dia mengira dia yang salah dengar, karena itu dia pun bertanya perlahan, “Kamu bilang Shania sedang mengandung anakku?”“Iya, dia lagi di rumah sakit sekarang. Hasil pemeriksaan kehamilan sudah keluar. Anak di dalam perutnya memang anak kamu. Jadi, apa yang akan kamu lakukan?”Lincoln hanya merasa ada suara dengungan di dalam otaknya. Dia menoleh ke belakang, lalu melihat istrinya yang sedang duduk di ruang tamu. Istrinya tentu
“Lincoln, kamu benar-benar datang ke sini ....”Shania mengedipkan mata. Bulir air mata besar seketika jatuh dari pelupuk mata dan membasahi wajahnya. Dia mencengkeram selimutnya dengan wajah memelas, “Aku dijebak, makanya aku ditangkap polisi dan ditahan di rutan. Kalau aku nggak hamil, aku sama sekali nggak bisa hubungi kamu. Tap sekarang, aku sudah hamil. Aku nggak mau anakku tahu kalau mamanya pernah dipenjara. Lincoln,bantu aku cari cara untuk keluarkan aku dari penjara.”Lincoln memperhatikan Shania dengan tatapan yang rumit, “Kamu jadi kurus.”“Iya, berat badanku turun. Seenggaknya turun tiga atau empat kg. Nutrisi untuk anak juga nggak tercukupi,” ratap Shania yang tangisannya semakin menjadi.“Aku bawakan bubur udang untuk kamu. Kamu makan dulu sekarang. Selesai makan baru kita bicarakan lagi.” Lincoln meletakkan kantong di tangannya lalu mengeluarkan semangkuk bubur dari dalam kantong itu.Lincoln membuka tutup wadah sekali pakai itu. Kemudian, dia menyendok bubur dan menyuap
Setelah pekerjaannya selesai, Rachel duduk bersandar di kursi kantornya sambil memainkan ponselnya.Tiba-tiba, sebuah berita menarik perhatiannya. Rachel melihat nama yang dikenalnya. Karena itu, dia mencoba membuka berita itu.“Menurut laporan tindak lanjut reporter kami, tersangka kasus penculikan anak yang berinisial SH baru diketahui sedang dalam kondisi hamil kemarin lusa. Hal ini merupakan kejadian pertama tersangka hamil sebelum proses pengadilan. Namun siapa sangka, keesokan harinya SH mengalami keguguran yang tidak disengaja karena makan bubur yang diantarkan oleh kekasihnya.”Rachel seketika duduk tegak di kursinya. Dia terus memikirkan masalah ini kemarin. Apabila Shania hanya perlu masuk penjara selama tiga tahun karena anak dalam kandungannya, apakah itu adil untuk keempat anaknya?Rachel bahkan belum mendapatkan cara, Shania sudah mengalami keguguran. Apakah Langit yang mencabut hak Shania untuk menjadi seorang ibu karena telah melihat Shania begitu kejam terhadap keempat
Rachel masuk ke dalam tanpa hambatan. Sesaat kemudian, dia melihat Melvin di koridor depan pintu ruang pribadi.Seorang perempuan yang modis sedang memeluk lengan Melvin. Wajah perempuan itu penuh dengan air mata, “Melvin, kamu pernah bilang kalau kamu akan mencintaiku selamanya. Kamu nggak boleh begini sama aku. Aku sudah tunggu kamu selama bertahun-tahun, akhirnya aku bertemu denganmu lagi. Artinya kita memang berjodoh. Kita ditakdirkan untuk bersama. Aku nggak akan menyerah.”“Hanna, kamu jangan ngomong yang nggak masuk akal kayak begini, oke? Hubungan kita sudah berakhir enam tahun yang lalu. Lagi pula, kita pacaran juga nggak sampai sebulan. Siapa juga yang mau bertanggung jawab atas hubungan yang nggak sampai sebulan itu?” tukas Melvin yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.“Aku nggak mau tahu!”Hanna memeluk Melvin dengan erat-erat. Raut wajahnya tampak senang seperti telah mendapatkan kembali sesuatu yang sudah lama hilang darinya.Melvin benar-benar tidak tahan lagi dengan si
Melvin menoleh dan memegang bahu Rachel. Bibir Rachel seketika berkedut. Si br*ngsek ini tidak mungkin benar-benar akan menciumnya, bukan?Rachel mau datang ke sini untuk membantunya saja sudah termasuk sangat setia kawan. Kalau Melvin berani menciumnya, Rachel akan mengajarinya bagaimana berperilaku dengan baik.Rachel spontan mengangkat tangannya untuk menutupi mulut Melvin. Sedangkan Melvin memegang tangan Rachel sambil tersenyum usil. Kemudian, Melvin mengecup ujung jari Rachel. Dia pura-pura mencium Rachel yang sebenarnya terhalang oleh ibu jarinya sendiri.Setelah itu, Melvin menoleh dan menatap Hanna, “Kami berdua bermesraan, kenapa juga harus tunjukkan ke kamu? Kamu ini hanya mantan yang ke ... sekian, aku nggak tahu lagi yang ke berapa. Kamu nggak usah cari perhatian lagi di depan kami, oke?”Hanna menggigit bibirnya dan menghentakkan sepatu hak tingginya dengan kesal. Kemudian, dia langsung pergi.Setelah Hanna pergi, Rachel memukul lengan Melvin dan berkata dengan dingin, “I
“Oke, aku yang pergi saja.” Melvin jadi seorang pengecut kalau sudah berada di depan Rachel. Dia berjalan sampai ke depan pintu ruang pribadi. Kemudian dia berbalik dan matanya tertuju pada Ronald dengan dingin.Setelah pintu ruang pribadi ditutup, koridor itu akhirnya menjadi sunyi. Rachel hanya merasa kepalanya seperti mengembang. Dia bahkan tidak tahu mengapa dia merasa bersalah seperti ini. Masalahnya, perasaan bersalah itu juga sangat kuat. Benar-benar aneh.“Hai, kebetulan banget ....” Rachel mengangkat wajahnya dan menyapa pria itu dengan kikuk.Ronald menatapnya dengan lekat, “Kamu punya pacar?”“Nggak, nggak ada.” Rachel segera menggelengkan kepala, “Aku hanya bantu dia. Pura-pura jadi pacarnya.”Pada dasarnya Rachel orang yang dingin. Selain anak-anaknya, tidak ada hal lain yang bisa menyebabkan emosinya naik turun seperti ini. Namun sekarang, dia bahkan tidak berani menatap Ronald.Rachel menundukkan kepalanya. Bulu matanya yang panjang menimbulkan bayangan di kelopak bawah
Melvin menghembuskan asap rokok dari mulutnya dengan pelan-pelan. Setelah itu, dia berjalan dua langkah ke depan, lalu berkata sambil tersenyum, “Pak Ronald, perlakukan Rachel dengan baik. Kalau kamu khianati dia, jangan salahkan aku rebut dia dari kamu.”Ronald tertawa pelan, “Kamu nggak akan pernah dapat kesempatan itu.”Usai berkata, Ronald melangkahkan kakinya meninggalkan klub. Melvin melemparkan puntung rokok ke lantai dan memadamkannya dengan ujung sepatu kulitnya.***Rachel langsung menuju ke taman kanak-kanak dengan mobilnya. Dia duduk cukup lama di depan pintu gerbang, sebelum kedua anaknya keluar sambil bergandengan tangan.Begitu sampai di depan Rachel, Michael langsung menatap ibunya dengan curiga, “Kenapa bibir Mama merah begitu?”“Itu ... mung-mungkin habis makan yang pedas-pedas,” jawab Rachel gelagapan.Setelah itu, Rachel berkaca sebentar. Bibirnya benar-benar merah, bahkan tampak agak bengkak. Dia spontan memarahi Ronald di dalam hatinya.Namun, dia tetap harus mene
Ronald mengatupkan bibirnya, lalu berkata, “Aku mau kasih orang.”Hilmi seketika menyadari apa yang terjadi. Pada detik berikutnya, dia malah memasang raut wajah meratap, “Kenapa Pak Ronald kasih bunga lili? Seharusnya kasih mawar. Harus mawar merah menyalah. Sekalipun nggak ada 999 tangkai, juga harus ada 99 tangkai. Kalau mau kasih ke perempuan ya harus kasih itu. Biar aku saja yang urus bunga lili ini.”Hilmi langsung mengambil bunga lili itu tanpa berkata apa-apa lagi.Ronald, “....”Ronald sudah berkonsultasi dengan penjual bunga di toko bunga tadi. Akhirnya dia baru memutuskan untuk membeli bunga lili. Satu, karena hubungannya dan Rachel belum pasti. Dua, karena cinta yang diungkapkan bunga mawar merah terlalu serta-merta. Ronald takut dirinya akan membuat Rachel takut.Hilmi baru berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba dia berhenti, lalu berbalik, “Oh ya, Bu Rachel hari ini nggak datang ke sini, Pak. Den Eddy dan Den Darren sudah kemas-kemas baju mereka dan pergi ke rumah Bu Rachel