Lagi pula, permintaan sebelumnya itu diajukan untuk menutupi tujuan sebenarnya. Sekarang, tujuannya telah terungkap.Setelah Ronald keluar dari rumah sakit, masih tidak tahu apa yang akan terjadi.*** Hari cerah dan udara kering.Sinar matahari masuk dari jendela dan mengenai kelopak mata Eddy. Kelopak matanya bergetar, lalu matanya terbuka.Hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Darren yang sedang tersenyum.“Kak, akhirnya Kakak bangun juga!” Darren tersenyum senang.Dia diam-diam menyelinap ke kamar kakaknya tadi malam, lalu tidur dengan kakaknya sepanjang malam.Eddy gampang terbangun saat tidur. Dulu, setiap kali dia datang, kakaknya ini pasti akan terbangun. Namun, kakaknya tetap tidur nyenyak tadi malam.Ketika Eddy pulang ke rumah tadi malam, bagian belakang kepalanya berlumuran darah. Darren benar-benar takut kakaknya tidak akan bangun lagi setelah tertidur, makanya dia terus berjaga di kamar ini.“Kak, apa kepala Kakak masih sakit? Mau nggak aku bantu ganti obatnya?” ujar D
Berita mengenai Hutomo Group mendominasi halaman depan koran di Suwanda hari ini.Begitu Eddy menyalakan komputernya, berbagai berita muncul. Dia pun mengklik salah satunya tanpa banyak berpikir.“Saham Hutomo Group Terjun Bebas dalam Semalam. Banyak Pemegang Saham Berebutan Ingin Menjual Tapi Tidak Bisa. Kantor Hutomo Group Dikepung oleh Pemegang Saham!”“Unsur Kimia dalam Jumlah Berlebihan Ditemukan di dalam Produk Hutomo Group. Pihak Berwenang Telah Turun Tangan dalam Penyelidikan dan Menarik Semua Produk Bermasalah dari Pasaran.”“Investor Hutomo Group Beramai-ramai Tarik Modal. Beberapa Proyek Besar Tertunda, yang Mungkin Dapat Menyebabkan Hutomo Group Bangkrut dalam Waktu Singkat.”Banyak media yang fokus pada menyajikan berita bisnis dan ekonomi turut menganalisis alasan penurunan harga saham Hutomo Group yang sangat mendadak tersebut.Eddy membaca berita-berita itu sekilas dan langsung mengerti inti permasalahannya. Ada banyak bandar yang memanipulasi harga saham dengan dana da
Untungnya, Darren ada menanyakan hal ini. Kalau tidak, kakaknya akan memberi ibu mereka hadiah tanpa dia ketahui.Hadiah apa yang harus dia berikan pada ibunya?*** Di rumah sakit.“Ronald, kamu benar-benar luar biasa kali ini!” Yohanes duduk di sofa dan berkata dengan santai, “Caramu menolongnya ini sangat bagus. Sedingin apa pun hati Rachel, pasti akan tetap tersentuh karenamu. Lalu, dia akan memberikan hatinya untukmu!”Ronald sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan ekspresi tenang. Entah apa yang sedang dia pikirkan.Christopher menarik Yohanes ke samping, memberinya isyarat mata, lalu berkata, “Sudah, jangan sembarang ngomong lagi. Yang penting kita sudah datang menjenguk dia. Ayo pergi. Jangan ganggu Ronald beristirahat.”Yohanes tidak ingin pergi. Dia kan dari sananya memang anak orang kaya yang setiap hari tidak ada kerjaan. Kerjaannya kalau bukan menggoda wanita, ya balapan mobil. Dia punya banyak waktu.Kehidupannya sehari-hari selalu sama. Sekarang lagi ada hal menar
Mata Ronald tertuju pada wajah Michael terlebih dahulu, lalu pada Michelle.Selama ini, dia bukan hanya sekali pernah berpikir, alangkah baiknya kalau Michelle adalah putri kandungnya.Ternyata, anak ini benar-benar putrinya.Pantas saja dia sama sekali tidak bisa menolak Michelle. Pantas saja Michelle bisa memanggilnya “Papa”.“Michelle, sini ke tempat Papa.” Ronald melambaikan tangannya.Gadis kecil itu pun melepaskan tangan ibunya dan berjalan menuju ranjang pasien.Matanya yang besar menatap lengan Ronald, yang dibungkus kain kasa dan ada darah yang merembes sedikit keluar. Kelihatannya agak mengerikan.Gadis kecil itu mengulurkan jari-jarinya yang lembut, menyentuh luka Ronald dengan pelan, lalu meniupnya dan bertanya dengan lembut, “Pa, apa masih sakit?”Hati Ronald seolah meleleh. “Nggak sakit, kok. Nggak sakit sama sekali.”Dia menarik gadis kecil itu ke dalam pelukannya, lalu matanya tertuju pada Michael yang berada di dekat pintu.Dulu, dia sering merasa bahwa anak itu sangat
Dia mengambil sebuah dokumen dari nakas dan menyerahkannya pada Michael.Michael mengambilnya dengan bingung, membuka dan melihatnya, lalu seketika berkata dengan kaget, “Papa memberiku sebuah perusahaan?”“Seperti yang Papa katakan, apa yang Eddy dan Darren punya, kamu juga akan punya,” kata Ronald datar. “Papa akan memberikan satu asisten untukmu, jadi kalau ada apa-apa, kamu bisa memerintahkannya.”Mata Darren terbelalak.Dia sudah lama meminta sebuah perusahaan pada ayahnya. Bisa-bisanya ayahnya memberikannya langsung pada Michael?Ya ampun! Ayahnya tidak menyayanginya lagi!Darren merasa kedudukannya di hati ayahnya sangat terancam ….Rachel awalnya masih berdiri di depan pintu, tetapi ketika dia mendengar kata-kata Ronald, dia langsung berjalan menuju tempat tidur.Dia membaca dokumen-dokumen itu. Hanya melihat dari nama perusahaannya saja dia sudah tahu kalau perusahaan itu adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi perangkat lunak. Mana cocok untuk anak kecil.Selain i
Rachel merapikan rambutnya sebelum mengangkat video call tersebut.“Hei, Rachel, rambutmu kok berantakan begitu. Jangan bilang kamu baru bangun tidur?” Terdengar suara Melvin dari seberang telepon.Ronald yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit mengerutkan keningnya saat mendengar suara itu.Mengapa dia sepertinya pernah mendengar suara ini sebelumnya?Rachel berdiri di depan pintu dan berkata dengan tenang, “Siapa yang setiap hari bermalasan di tempat tidur sepertimu? Aku membawa kedua anakku ke rumah sakit untuk menjenguk orang hari ini. Kalau ada urusan, cepat bilang. Kalau nggak ada, aku akan mematikan teleponnya sekarang.”“Eh, eh, eh. Jangan dimatikan. Mana Michelle. Aku sudah lama nggak lihat putri angkatku.”Rachel mengerutkan bibirnya.Dia tidak pernah setuju Melvin menjadi ayah angkat Michelle, tapi pria ini selalu menyebut Michelle dengan sebutan anak angkatnya. Dia juga sudah malas mengoreksinya.Dia melambaikan tangan dan memanggil Michelle untuk datang mendekat.Putr
“Empat tahun lalu, bagaimana kamu melahirkan keempat anak itu?” tanya Ronald perlahan.Dia sudah membaca berita empat tahun lalu. Banyak wartawan yang telah menggambarkan apa yang terjadi malam itu dengan jelas, tetapi informasinya setengah benar dan setengah salah.Satu-satunya hal yang bisa dipastikan benar adalah, Rachel memang tidak pergi ke rumah sakit pada malam dia melahirkan itu. Dia melahirkan keempat anaknya di gudang rumah keluarga Hutomo.Orang yang melahirkan dengan cara seperti biasanya saja bisa dibilang berjalan di dekat pintu kematian. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Rachel melahirkan keempat anak itu.Selain itu, dia juga mendengar rumah keluarga Hutomo kebakaran malam itu.Rachel mengerutkan bibirnya dan berkata dengan tenang, “Aku melahirkan Eddy dan Darren duluan, tapi begitu dilahirkan, mereka langsung nggak bernapas. Aku mengira mereka sudah ….”Suaranya tercekat, tapi dia melanjutkan, “Shania membawa kedua anak itu pergi. Aku juga nggak tahu dia membawa me
Di koridor di luar kamar pasien Ronald.Michelle sedang menunggang mainan kuda, dikelilingi oleh tiga kakak laki-lakinya.Darren berada di depannya, tersenyum lebar dan berkata, “Michelle, coba panggil Kakak. Ayo cepat panggil aku Kakak.”Michelle memiringkan kepalanya dan berkata dengan lembut, “Kak Darren.”“Oh, salah, salah. Kamu seharusnya memanggilku Kakak Kedua,” koreksi Darren. “Aku ini kakak keduamu. Kakak Kedua. Ayo cepat panggil.”Michelle dengan patuh memanggil, “Kakak Kedua.”Eddy juga datang menghampiri Michelle, “Aku kakak pertamamu. Michelle, panggil aku Kakak.”“Kakak.”Michelle sangat penurut, diminta panggil apa langsung panggil apa.Michael merasa sangat sedih. Dia harus membagi ibu dan adiknya dengan yang lainnya sekarang. Sedih sekali.“Dia Kakak Ketiga,” kata Darren sambil menunjuk Michael.Raut muka Michael langsung menjadi cemberut. Dia mengerutkan bibirnya dan berkata, “Darren, aku lebih tua darimu. Kenapa kamu jadi Kakak Kedua dan aku jadi Kakak Ketiga?”“Papa