Rachel menunduk dan membuat wajah perempuan itu terlihat semakin cantik dan indah. Kemeja putihnya yang dua kancing teratas terbuka mempertontonkan tulang perempuan itu serta kulit putihnya. Pemandangan tersebut tidak luput dari pandangan Ronald yang terpaku di sana.20 tahun lebih dalam hidupnya, Ronald selalu bisa mengendalikan dirinya. Meski ada perempuan tanpa busana di depannya, dia juga malas untuk merespons perempuan itu. Namun kenapa sekarang justru muncul imajinasi Rachel yang tengah melepaskan bajunya?Selama ini Ronald merasa dirinya lelaki yang berwibawa, detik ini juga dia menyadari ternyata di dalam dirinya juga ada sisi berengsek.“Aku bantu kamu pakai apron,” kata Ronald sambil mengambil apron dari laci dan mengikatnya di pinggang perempuan itu. Aroma lelaki itu yang begitu maskulin membuat Rachel seperti terperangkap dalam jaring tak kasat mata.Ketika pertama kali menghirup aroma tersebut, dia memang merasa takut. Akan tetapi setelah terbiasa, dia merasa baik-baik saj
“Papa, Mama suka makan kentang,” kata Michelle tiba-tiba. Dia menggunakan kedua tangannya untuk memangku dagunya dengan kedua matanya yang besar memandang Ronald dan Rachel bergantian.Rachel dibuat sedikit salah tingkah karena tatapan putrinya. Dia hanya berniat menjaga Eddy dan juga Darren, kenapa tiba-tiba menjadi bahan tontonan anak-anak ini?“Kentang yang aku cuci gimana? Cobain dulu rasanya,” kata Ronald sambil mengambil kentang dan meletakkannya di piring Rachel.Rachel hanya memilih menunduk dan memakan kentangnya. Entah kenapa dia merasa lima pasang mata yang ada di meja makan tengah menatapnya. Dia mengangkat wajah dan tertawa singkat sambil berkata, “Enak sekali.”Tentu saja masakannya enak, tidak ada hubungannya dengan lelaki ini yang hanya bertugas mencuci kentang. Setelah semua selesai makan, Rachel memutuskan untuk pulang karena mempertimbangkan perasaan Michael.Darren mendorong Ronald keluar dan berkata, “Papa, anterin Mama keluar. Jangan lupa kecupan perpisahan.”Suar
Alunan nada dari piano terdengar di balkon rumah. Rachel menggenggam tangan Michael dan dengan pelan berkata, “Setiap anak yang tumbuh dewasa seharusnya memiliki sosok seorang papa yang menemaninya. Kamu lihat Michelle setelah punya seorang papa, dia jauh lebih bahagia dibandingkan empat tahun terakhir-“Sebelum ucapannya selesai, Michael langsung memotongnya dan berkata, “Makanya Mama memilih bersama dengan Ronald demi aku dan Michelle?”Rachel melihat sikap anaknya yang sepertinya mulai berpikir yang tidak-tidak. Dia mengelus kepala Michael dan berkata, “Bukan, Mama hanya merasa Ronald itu sosok yang lumayan baik dan bisa bertanggung jawab. Dia juga sangat sayang anak-anak.”Mata Michael menggelap. Lelaki yang menghamili dua orang perempuan dalam waktu yang sama bisa dibilang bertanggung jawab? Lelaki seperti itu tidak pantas menjadi ayahnya dan juga Michelle.Akan tetapi, dia harus mengakui kalau penyakit adiknya sembuh karena lelaki itu.“Mama, aku dukung semua keputusan Mama. Aku
Shania sibuk memperkenalkan Kota Suwanda yang berubah selama dua tahun terakhir pada Farah. Sedangkan Farah hanya mendengarkan dalam diam dan sikap anggun serta elegannya. Terkadang dia juga bertanya pada Shania. Keduanya terlihat cukup dekat dan akur.Tanpa terasa mobil tiba di depan pintu masuk rumah Ronald. Pelayan langsung membuka pintu dengan sikap santunnya. Baru saja sebelah kaki Farah turun dari mobil, seorang lelaki tampan menhampiri perempuan itu dan berkata,“Nenek! Aku kangen sekali sama Nenek!”Darren menerjang masuk dalam pelukan Farah dan berkata dengan suara manja.Wajah dingin Farah langsung berubah lembut dan berkata, “Darren, kamu tambah tinggi dan sedikit gemuk. Akhirnya kakirumah buat kamu cocok dengan masakannya?”Darren nyaris mengatakan kalau masakan buatan Rachel yang rasanya sangat enak, tetapi ucapannya terhenti karena melihat satu sosok yang turun dari dalam mobil. Wajah mungilnya berubah keruh dan berkata,“Perempuan jahat! Kenapa kamu datang ke rumahku?!
Air mata Shania mengalir dengan deras. Dia membekap mulutnya dan sambil terisak berkata, “Kedua anak itu dari kecil sudah tumbuh di keluarga Tanjaya, aku juga jarang datang ke sini. Nggak heran kalau mereka nggak dekat denganku. Tante, jangan hukum Darren, dia akan semakin membenci aku. Sebaiknya aku pulang saja dan datang lagi besok untuk merayakan ulang tahun Tante.”“Tetap tinggal di sini,” ujar Farah dengan datar. Dia ingin melihat apa yang terjadi di antara Darren dan Shania. Kepala perempuan itu tertunduk dan sebersit senyum licik muncul di sana. Penantian selama empat tahun untuk bisa bermalam di rumah ini akan terwujud! Sepertinya sebentar lagi tujuannya akan tercapai.Di waktu yang sama, pintu ruang baca di lantai dua terbuka. Ronald keluar dari sana karena mendengar keributan di lantai bawah.“Ma, apa yang terjadi?” tanya Ronald sambil melirik Shania dengan sorot dingin.Farah menoleh ke arah Ronald dan berkata, “Apa yang terjadi dengan Darren? Sikapnya dengan ibunya sendiri
Apakah lelaki itu mengetahui sesuatu? Atau apakah Ronald tahu bahwa Shania membohonginya? Mendadak dia merinding membayangkan akibat yang akan dia terima karena berani membohongi Ronald.“Ronald, untuk apa kamu tanya hal ini?” tanya Farah dengan dingin.“Nggak sepantasnya kamu tanya hal ini pada seorang perempuan,” lanjut perempuan tua itu.“Aku mendadak merasa nggak enak badan. Bisakah aku istirahat dulu di atas?” tanya Shania sambil menunduk.“Hilmi, antar Shania ke kamar tamu,” perintah Farah.Selama di perjalanan, Hilmi sudah tahu bahwa Shania akan bermalam di sini malam ini. Dia sudah meminta pelayan untuk membereskan kamar. Mendengar perintah Farah membuat Hilmi bergegas mengangkat koper Shania dan membawanya naik ke lantai atas.Setelah Shania sudah masuk ke dalam kamar, Farah baru berkata, “Kita berdua sudah hampir setahun nggak bertemu. Kita ngobrol sebentar ya?”Ronald duduk di sofa bersiap mendengarkan ucapan ibunya.“Tiga hari terakhir Mama sudah memperhatikan Shania. Dia s
Malam ini Farah mengenakan gaun berwarna ungu yang membuatnya terlihat semakin elegan.“Tante, penampilan Tante hari ini membuat Tante kelihatan sepuluh tahun lebih muda,” puji Shania.Semua orang suka dipuji terlihat muda, terutama perempuan yang sudah menginjak usia paruh baya. Farah terlihat tersenyum dan berkata, “Hari ini kamu juga sangat cantik, terlihat seperti perempuan terhormat.”Ketika keduanya tengah berbincang, pintu ruangan dibuka dan terlihat beberapa sanak saudara keluarga Tanjaya masuk dan berkata, “Kak, sudah beberapa tahun nggak ketemu, kenapa semakin lama semakin muda? Aku jauh lebih kecil tiga tahun, tapi malah kelihatan lebih tua sepuluh tahun.”Senyuman Farah semakin lebar dan berkata, “Cukup, kalian jangan memujiku. Acaranya belum mulai, kalian istirahat sebentar.”Seorang perias tengah menyisir rambut Farah sedangkan keluarga Tanjaya lainnya duduk sambil berbincang santai. Tiba-tiba beberapa orang tersebut menatap Shania dan menatapnya penuh penilaian sambil me
“Ronald, kamu dan Shania sambut tamu yang lain dulu,” ujar Farah.Shania melonjak girang dalam hati, dia berdiri di sisi Ronald dan menggandeng lengan lelaki itu dengan berani sambil tersenyum dan berkata, “Ronald, kita ke depan pintu bersama.”Lelaki itu menepis dan menarik lengannya dengan dingin serta ekspresi tidak senang. Dia tidak ingin mengundang Shania ke acara ulang tahun ibunya. Akan tetapi, ibunya yang mengundang perempuan ini sehingga dia juga tidak enak hati untuk mengusirnya.“Aku sendiri saja,” sahut Ronald dengan dingin sambil berbalik pergi.Shania tidak mungkin melewatkan kesempatan emas ini. Tamu yang datang hari ini rata-rata adalah keluarga Tanjaya. Dia harus membiarkan mereka semua tahu kalau dirinya akan menjadi calon istri dari kepala keluarga Tanjaya. Shania mengangkat gaunnya dan menyusul langkah Ronald yang lebar.Keduanya berjalan bersama dan membuat beberapa orang yang tadi turun bersamanya tampak terkejut dan bertanya, “Kak, Shania itu calon menantu yang k