Apakah lelaki itu mengetahui sesuatu? Atau apakah Ronald tahu bahwa Shania membohonginya? Mendadak dia merinding membayangkan akibat yang akan dia terima karena berani membohongi Ronald.“Ronald, untuk apa kamu tanya hal ini?” tanya Farah dengan dingin.“Nggak sepantasnya kamu tanya hal ini pada seorang perempuan,” lanjut perempuan tua itu.“Aku mendadak merasa nggak enak badan. Bisakah aku istirahat dulu di atas?” tanya Shania sambil menunduk.“Hilmi, antar Shania ke kamar tamu,” perintah Farah.Selama di perjalanan, Hilmi sudah tahu bahwa Shania akan bermalam di sini malam ini. Dia sudah meminta pelayan untuk membereskan kamar. Mendengar perintah Farah membuat Hilmi bergegas mengangkat koper Shania dan membawanya naik ke lantai atas.Setelah Shania sudah masuk ke dalam kamar, Farah baru berkata, “Kita berdua sudah hampir setahun nggak bertemu. Kita ngobrol sebentar ya?”Ronald duduk di sofa bersiap mendengarkan ucapan ibunya.“Tiga hari terakhir Mama sudah memperhatikan Shania. Dia s
Malam ini Farah mengenakan gaun berwarna ungu yang membuatnya terlihat semakin elegan.“Tante, penampilan Tante hari ini membuat Tante kelihatan sepuluh tahun lebih muda,” puji Shania.Semua orang suka dipuji terlihat muda, terutama perempuan yang sudah menginjak usia paruh baya. Farah terlihat tersenyum dan berkata, “Hari ini kamu juga sangat cantik, terlihat seperti perempuan terhormat.”Ketika keduanya tengah berbincang, pintu ruangan dibuka dan terlihat beberapa sanak saudara keluarga Tanjaya masuk dan berkata, “Kak, sudah beberapa tahun nggak ketemu, kenapa semakin lama semakin muda? Aku jauh lebih kecil tiga tahun, tapi malah kelihatan lebih tua sepuluh tahun.”Senyuman Farah semakin lebar dan berkata, “Cukup, kalian jangan memujiku. Acaranya belum mulai, kalian istirahat sebentar.”Seorang perias tengah menyisir rambut Farah sedangkan keluarga Tanjaya lainnya duduk sambil berbincang santai. Tiba-tiba beberapa orang tersebut menatap Shania dan menatapnya penuh penilaian sambil me
“Ronald, kamu dan Shania sambut tamu yang lain dulu,” ujar Farah.Shania melonjak girang dalam hati, dia berdiri di sisi Ronald dan menggandeng lengan lelaki itu dengan berani sambil tersenyum dan berkata, “Ronald, kita ke depan pintu bersama.”Lelaki itu menepis dan menarik lengannya dengan dingin serta ekspresi tidak senang. Dia tidak ingin mengundang Shania ke acara ulang tahun ibunya. Akan tetapi, ibunya yang mengundang perempuan ini sehingga dia juga tidak enak hati untuk mengusirnya.“Aku sendiri saja,” sahut Ronald dengan dingin sambil berbalik pergi.Shania tidak mungkin melewatkan kesempatan emas ini. Tamu yang datang hari ini rata-rata adalah keluarga Tanjaya. Dia harus membiarkan mereka semua tahu kalau dirinya akan menjadi calon istri dari kepala keluarga Tanjaya. Shania mengangkat gaunnya dan menyusul langkah Ronald yang lebar.Keduanya berjalan bersama dan membuat beberapa orang yang tadi turun bersamanya tampak terkejut dan bertanya, “Kak, Shania itu calon menantu yang k
“Mama, aku kangen sekali!”Darren memeluk tubuh Rachel dan mencoba untuk membelit tubuh perempuan itu dengan kedua tangan dan kakinya. Setelah itu Darren sibuk mendaratkan kecupan di wajah Rachel.Wajah Rachel dipenuhi air liur bocah itu dan hanya dengan pasrah meletakkan tubuh Darren di tanah lagi. Setelah itu dia menunduk dan berkata, “Hanya di depan kita saja kamu boleh panggil ‘Mama’. Hari ini ada banyak tamu, jadi Darren harus panggil Mama dengan sebutan ‘Tante Rachel’, ok?”Darren terlihat murung, tetapi dia mengangguk dan menjawab, “Baik, Tante Rachel.”Michelle turun dari mobil dan dibantu oleh Hilmi yang menggendongnya. Bocah itu berlari dan masuk dalam pelukan Ronald. Lelaki itu mengangkat tubuh mungil Michelle dengan sebelah lengannya dan berkata dengan lembut, “Kangen sama Om?”Michelle memeluk leher Ronald dengan malu-malu dan berbisik di samping telinga lelaki itu, “Aku kangen Papa.”Hati Ronald meleleh seketika. Andai saja Michelle adalah anak kandungnya.“Om Ronald.”Mi
Shania menangkap tangan Darren seperti orang kesetanan. Dia menarik bocah itu dengan kuat. Rachel khawatir kalau dia memaksa untuk menarik Darren maka akan menyakiti bocah itu. Dia langsung melepaskan pegangannya di tangan Darren.“Nenek sihir, lepasin aku!” seru Darren dan menendang Shania. Sepatu kulitnya mendarat di gaun perempuan itu dan membuat gaun merah muda miliknya terdapat jejak sepatu di sana.Shania emosi dan rasanya dia hampir meledak. Perempuan itu mencengkeram lengan Darren dan enggan melepaskannya.“Kalau kamu menggila lagi maka kembali saja!” seru Ronald dengan suara dingin.“Pak Hilmi, antar tamu!”Untungnya saat ini semua tamu sudah tiba dan di depan pintu tidak ada orang lain. Keributan tersebut tidak ada yang melihatnya. Hilmi dengan santun berjalan mendekat dan berkata, “Bu Shania, silakan.”Shania tersadar seketika dan langsung sibuk berkata, “Nggak, aku nggak mau pergi ….”Dia mencengkeram tangan Eddy seperti hanya bocah itu satu-satunya penolongnya sambil berka
“Bu, selamat ulang tahun,” ucap Rachel ketika berada di hadapan Farah. Dia mengulurkan hadiah yang ada di tangannya dan langsung diterima oleh pelayan di samping Farah. Hadiah tersebut diletakkan di atas meja yang ada di tengah dan telah dipenuhi oleh ratusan hadiah lainnya.Farah mengangguk dan berkata, “Ronald, kenapa nggak kenalin dulu?”Rachel sedikit khawatir kalau Ronald akan langsung memperkenalkan mereka sebagai sepasang kekasih. Untuk sementara Rachel tidak ingin mempublikasikan hubungan mereka. Dengan cepat Rachel berkata, “Bu, aku Rachel.”“Rachel, kenapa namanya begitu familiar?” gumam Farah.“Kak, kenapa Kakak datang?” tanya Shania dengan ekspresi sengaja dibuat terkejut.Awalnya dia sudah berada di ruang istirahat, tetapi ketika melihat Ronald masuk ke dalam acara bersama dengan Rachel, Shania merasa iri dan tidak terima.Selama ada Farah, Ronald tidak akan berani mengusirnya. Oleh karena itu dia kembali hadir di acara ini. Shania berdiri di sisi Farah dan berkata, “Kak,
Shania memicingkan matanya dan bertanya, “Kamu mau ngapain?”“Nggak kenapa-kenapa, hanya mau ngobrol saja. Setelah acara selesai kita ketemu di balkon.”Rachel mengibaskan tangannya dan membawa gelasnya ke lantai dua. Keempat anak sedang bermain puzzle di lantai dua dan mereka terlihat akur.Rachel menemani anak-anaknya beberapa menit kemudian acara di lantai bawah sudah dimulai. Dia bangkit dan menuruni tangga.Semua tamu sudah hadir dan ada sekitar 60 hingga 70 orang. Ruang tamu rumah keluarga Tanjaya tampak beberapa kelompok tamu yang tengah berbincang. Ronald ditarik oleh beberapa rekan kerjanya untuk mengobrol singkat.Tidak butuh waktu yang lama untuk Rachel menemukan lelaki itu. Entah kenapa Ronald selalu menarik perhatian di mana pun dia berada. Tentu saja hal yang sama juga berlaku untuk perempuan tercantik di Suwanda.Ketika Rachel baru saja turun, sudah ada lelaki yang mendekatinya. Tanpa senyum Rachel langsung menolak lelaki itu.Tiba-tiba Shania naik ke atas pentas dan ber
Di Ruang perjamuan, mata semua orang tertuju pada Rachel.“Kakakku sangat pandai main piano.” Shania berkata sambil tersenyum, “Kak Rachel, semua orang ingin dengar kamu main piano. Ayo, kamu mainkan juga.”Kedua ujung bibir Rachel terangkat membentuk senyum seringai, “Aku nggak bisa.”Shania tersenyum sinis. Ternyata Rachel sudah tidak bisa main piano lagi. Kalau dipikir-pikir benar juga. Lima tahun yang lalu, Rachel dikurung selama delapan bulan. Setelah itu, dia membawa kedua anaknya ke luar negeri. Setiap hari dia sibuk jaga anak-anak, juga harus cari uang. Bagaimana dia bisa punya waktu untuk latihan main piano?Hal apa pun yang tidak dilakukan selama lima tahun, kemampuan melakukan hal tersebut pasti menurun. Apalagi seperti main piano yang membutuhkan latihan teratur.Bisa main piano dan bisa memainkan piano dengan baik merupakan dua hal yang berbeda. Kali ini, Shania harus lebih hebat dari Rachel. Dia pun berkata lagi, “Kak Rachel nggak usah merendah. Semua orang yang belajar m