Di Australia.Di Gedung Konser Internasional.Ini adalah tur konser terakhir Shania ke luar negeri.Dia mengenakan gaun berwarna hitam dengan hiasan mutiara dan permata di atasnya, dan bersinar terang di bawah lampu Kristal.Dia duduk di atas panggung dengan postur tegap, dan jari-jarinya yang ramping menari di atas tuts piano.Dia merasa mata semua penonton tertuju padanya, dan dia menjadi pusat perhatian dunia ini ….Di akhir lagu, tepuk tangan meriah terdengar dari kursi penonton.Shania berdiri dan membungkuk tanpa berterima kasih.Saat matanya menyapu ruangan, dia tiba-tiba merasakan tatapan tajam tertuju padanya.Dia cepat-cepat mengangkat kepala, dia melihat wajah yang familier.Farah. Ibunya Ronald. Dia pernah bertemu dengan wanita ini dua kali sebelumnya.Sekali di pesta ulang tahun Eddy dan Darren yang ke 100 hari, dan sekali di ulang tahun mereka ketika berumur satu tahun.Kalau dihitung-hitung, dia sudah tiga tahun lebih tidak pernah bertemu dengan Farah lagi. Tak disangka,
“Aku juga ingin pergi ke Indonesia dan melihat pemandangan-pemandangan indah di sana. Tapi, aku terlalu sibuk akhir-akhir ini, nggak bisa pulang ke Suwanda untuk merayakan ulang tahun Tante,” kata Catherine dengan sangat menyesal, “Klinik konseling dan psikologiku akan buka di Suwanda sebentar lagi. Kalau sudah buka di sana, aku bakal bisa makan dengan Tante dan Kak Ronald.”Shania menaikkan alisnya.Tante? Kak Ronald?Kenapa wanita ini bisa begitu dekat dengan Farah, dan dia sepertinya memiliki hubungan yang baik dengan Ronald.Siapa wanita ini?Shania mengangkat alisnya, menatap Catherine dengan tenang, dan berkata sambil tersenyum, “Kalau kamu ke Suwanda, hubungi saja aku. Aku akan mengajakmu mengunjungi tempat-tempat terkenal di Suwanda, tempat-tempat yang Eddy dan Darren paling suka pergi ....”Dia menyebut nama kedua anak itu dengan santai, seolah sedang menunjukkan statusnya.Mata Catherine berbinar. Dia berkata, “Iya, di Suwanda masih ada Darren dan Eddy, dua kesayanganku itu.
Rachel mengendarai mobilnya dan berhenti di depan vila. Sebelum keluar dari mobil, dia melihat Hilmi yang sedang berdiri di luar pagar, serta Darren yang berdiri di samping pria itu.Dia mengerucutkan bibir merah tipisnya, lalu membuka pintu dan keluar dari mobil.“Tante Rachel.”Darren berdiri, meloncat di tempat dan memandangnya dengan mata yang besar dan berkaca-kaca, dan tatapan yang ragu.Sebelumnya, setiap kali mereka bertemu, anak ini pasti akan langsung berlari dan memeluknya.Namun, kali ini, anak itu bahkan tidak berani bergerak. Seolah takut dia akan marah ….Hati Rachel rasanya sakit dan pahit melihatnya.“Darren Tanjaya, kenapa kamu ….”Begitu dia membuka mulutnya, Darren menyela, “Tante Rachel, panggil aku Darren saja, dong ….”Ada sedikit kerinduan dalam suaranya.Bagaimanapun juga, hati Rachel tidak terbuat dari batu. Dia menghela napas dan berkata, “Darren, apa yang kamu lakukan di sini semalam ini?”“Aku merindukan Tante ...,” kata Darren. Air matanya mengalir turun d
“Pulang. Pulang.”Darren membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya, lalu menatap ke luar jendela dengan mata kosong.Rachel keluar dari dapur, melihat ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak menemukan Darren. Dia pun bertanya, “Di mana Darren?”“Dia sudah pulang.” Michael menjawab dengan suara pelan.Rachel mengerutkan keningnya.Darren itu sangat lengket padanya. Kalau sudah datang ke sini, anak itu tidak mungkin pulang begitu saja.Dia memandang putranya itu dan berkata, “Apa yang kamu katakan pada Darren?”“Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.” Michael mengerutkan bibirnya dan berkata, “Dia selalu bertanya mengapa, seolah-olah Mama yang begitu kejam dan nggak menginginkannya lagi. Padahal jelas-jelas salah mereka. Mereka sudah salah sejak lahir.”Rachel terdiam.Dia menghela napas dan berkata, “Kamu temani adikmu sebentar. Mama mau masak.”Sebuah mobil melaju kencang di jalan raya. Dalam waktu 20 menit, mobil itu sudah sampai di gerbang vila Keluarga Tanjaya.Darren membuka pintu mobil
“Apa yang kalian perdebatkan?” Ronald memijat pelipisnya dan duduk di sofa.Darren menggigit bibirnya dan mengeluh, “Pa, apa Papa tahu mengapa Tante Rachel nggak datang ke rumah kita lagi? Itu karena Kak Eddy diam-diam menyerang perusahaan Tante Rachel. Tante Rachel takut Kak Eddy akan melakukan sesuatu pada Michelle, jadi dia nggak akan pernah datang ke rumah kita lagi!”Ronald mengerutkan kening.Sudah hampir sebulan sejak Eddy menyerang situs resmi Aurora Technology. Wanita itu sudah tahu. Kenapa wanita itu masih marah setelah sekian lama?Sepertinya memang seperti yang dikatakan Yohanes. Rachel cemburu.Wanita itu peduli padanya, makanya peduli tentang masa lalu yang dia miliki dengan Shania.Dia terlalu sibuk akhir-akhir ini dan tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah ini, tetapi sekarang setelah kesibukannya berakhir, dia bisa mulai meluangkan waktunya.Besok ada rapat tinjauan ketiga untuk proyek A-F. Dia harus memikirkan bagaimana menjelaskan hal ini
Setelah apa yang terjadi malam itu lima tahun yang lalu, dia tidak pernah bermimpi seperti ini lagi.Dalam mimpi tadi, wajah wanita yang berada di tempat tidurnya itu ternyata adalah Rachel.Bisa-bisanya dia memimpikan dirinya dan Rachel berada di ranjang besar hotel, dan melakukan itu ....Ronald bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air dingin.Setelah agak terjaga, dia tiba-tiba memikirkan aroma familier yang ada di tubuh Rachel.Lima tahun lalu, wanita yang menghabiskan malam bersamanya itu juga memiliki aroma tubuh yang sama ....Rachel dan Shania adalah kakak beradik, tapi mereka bukan saudara satu ibu. Jadi, aroma di tubuhnya mereka seharusnya berbeda.Apa jangan-jangan ....Sebuah pikiran yang sulit dipercaya muncul di benak Ronald.Begitu pikiran ini muncul, dia tidak bisa lagi melupakannya.Lima tahun lalu, pesta ulang tahun Rachel yang ke-18 itu diadakan kapan, ya? Sepertinya juga di malam itu ....Ronald segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari
Rachel melirik nomor penelepon. Nomor dari Manggara.Dia menatap nomor itu selama beberapa detik sebelum mengangkatnya.“Apa ini Bu Rachel?” Terdengar suara dari ujung telepon.Rachel mengerutkan keningnya dan berkata dengan datar, “Benar. Siapa ini?”“Aku ayahnya Tony Chendrasa,” kata Angga Chendrasa perlahan, “Apa kita bisa mengobrol sebentar?”Hati Rachel berdegup kencang.Setelah identitas anak-anaknya terungkap, apa yang paling dia khawatirkan benar-benar terjadi.Tony Chendrasa bisa mengalah demi perusahaan, tapi mereka generasi yang lebih tua pasti lebih mementingkan keturunan dan darah daging. Bagaimana mungkin mereka bisa membiarkan keturunan mereka tinggal sendiri di luar?Rachel mengerutkan bibirnya dan berkata, “Apa yang ingin Bapak bicarakan?”“Kamu sudah membesarkan anak-anakmu sendirian. Kalau keluarga Chendrasa mau merebut hak asuh darimu rasanya juga nggak manusiawi. Jadi, masalah hak asuh itu kita bicarakan lagi nanti.” Angga berkata, “Tapi, kami harus bertemu dengan
“Bu, bagaimanapun juga, aku nggak akan pernah membiarkan putra dan putriku pergi ke rumah keluarga Chendrasa. Aku nggak akan pernah melepaskan hak asuh anak-anakku!” kata Rachel dengan dingin, lalu menutup teleponnya.Dia meletakkan ponselnya dan menoleh ke belakang. Matanya langsung bertemu dengan sepasang mata yang dingin. “Michael...” Jantung Rachel berdegup kencang.Apa Michael mendengar pembicaraannya dengan wanita itu tadi?Michael berkata perlahan, “Ma, siapa yang mau merebut hak asuh atas aku dan Michelle?”“Michael, kamu salah dengar ....” Mulut Rachel terasa kering. “Mama baru saja membicarakan tentang satu kasus dengan karyawan ....”“Ma, aku sudah berada di dapur sejak detik pertama Mama menjawab telepon itu.” Michael berkata perlahan, “Ma, aku sudah besar. Aku bisa membantumu dalam banyak hal. Jadi, jangan sembunyikan hal ini dariku.”Rachel menghela napas berat.Dia benar-benar ingin merahasiakan tentang ayah kandung anak-anaknya selama sisa hidupnya.Namun!Pria itu ada