Michael bergegas berlari ke arah adiknya dan menyembunyikannya di balik punggungnya sendiri. Sorot mata dinginnya menatap Eddy dengan tajam. Akhirnya dia bertemu dengan Eddy setelah sekian lama datang ke rumah keluarga Tanjaya. Kalau tahu Eddy akan pulang, seharusnya dia tidak meninggalkan adiknya seorang diri di sini.Eddy menatap Michael dalam diam. Keduanya berpandangan dan berinteraksi dalam diam.“Non Michelle, ayo sama Kakek Hilmi. Kakek olesin obat, kenapa tangan kamu yang putih bisa sampai memerah seperti ini? Kasihan sekali.”Hilmi datang mendekat sambil membawa kotak obat. Di sana dia merasakan suasana yang sedikit aneh. Michael perlahan mengepalkan telapak tangannya. Seharusnya dia tidak meninggalkan adiknya seorang diri dan membuat adiknya terluka.“Lain kali jangan mendekati adik aku lagi!” kata Michael penuh penekanan.“Kamu ya kamu, beda dengan Michelle. Kamu nggak berhak mengatur hubungan aku dengan dia!” kata Eddy.“Kamu nggak berhak berinteraksi dengan adikku. Kamu it
Gadis kecil itu langsung melompat dari atas sofa sambil menarik tangan Michael. Walaupun gadis kecil itu tidak mengatakan apa pun, gerak-geriknya sudah sangat jelas. Michael menggandeng tangan gadis kecil itu dan berjalan keluar sambil menekankan setiap kata-katanya. “Besok-besok jaga jarak dengan kedua kakak-beradik dari keluarga Tanjaya itu.”Michelle hanya mengerucutkan bibirnya, lalu berbicara dengan suara yang sangat, sangat kecil. “Eddy ….”Seluruh badan Michael langsung menjadi kaku.Pertama kali adik perempuannya ini berbicara yaitu mengucapkan Papa Ronald, untuk kedua kalinya dia juga mengucapkan Papa Ronald.Kali ini, ketika ketiga kali adik perempuannya berbicara, yang diucapkan adalah nama Eddy.Padahal ini adalah pertama kalinya Michelle dan Eddy bertemu secara langsung. Hanya dalam pertemuan pertama, Eddy bisa semudah itu langsung memasuki dunia adiknya?Michael menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara rendah, “Eddy dan Darren adalah kakak beradik yang berasa
Raut wajah Vrilla langsung berubah mendengar jawaban Rachel yang begitu menganggap enteng jerih payahnya ini. Namun seketika, senyum palsu kembali mengembang di wajahnya. “Rachel, kenapa kamu datang sendiri? Di mana kedua anak-anakmu?”Nenek Irma berjalan keluar dengan bantuan tongkat di tangannya, sepasang matanya yang pucat dan juga tua melihat ke belakang Rachel. “Kamu nggak membawa kedua anakmu untuk datang ke sini?” tanyanya dengan nada kecewa yang tidak dapat disembunyikan.Orang semakin berusia akan semakin menyukai keramaian yang dibuat oleh anak-anak. Walaupun Nenek Irma masih belum menyiapkan hadiah pertemuan, dirinya sudah tidak sabar untuk melihat kedua cucunya itu.Rachel tersenyum tipis sambil membantu Nenek Irma duduk di kursi.“Anak-anak masih takut kalau langsung ketemu orang baru, lain kali aku akan bawa mereka ke sini. Nenek, apa kondisi badan kamu ada lebih baik?” tanya Rachel lembut sambil mengikat rambut.Nenek Irma terbatuk-batuk sambil menjawab Rachel, “Masih sa
“Nggak ada hal apa pun yang bisa didiskusikan dalam hal ini,” ucap Rachel dengan suara yang sangat dingin, raut wajahnya langsung berubah menjadi kaku.“Rachel, kalau kedua anak itu ternyata memang keturunan dari keluarga Chendrasa, maka hal ini memang harus didiskusikan terlebih dahulu,” ucap Nenek Irma sambil menghela nafas panjang.“Kamu seorang perempuan sendirian melahirkan anak di luar sana, lalu membesarkan mereka berdua dengan susah payah, tentu saja kita nggak bisa memberikan kedua anak kita kepada keluarga Chendrasa begitu saja ….”“Aku sudah bilang, kedua anak itu adalah milikku dan nggak ada hubungannya dengan siapa pun! Aku nggak akan pernah memberikan kedua anak itu kepada siapa pun untuk dibesarkan!” ucap Rachel dengan sangat tegas. Walaupun yang dihadapinya kali ini adalah Nenek Irma, kesabarannya tetap hilang.“Rachel, Pak Tony sudah bilang, dia akan memikirkan cara untuk bercerai dengan istrinya yang sekarang, lalu menjemput kedua anak kamu kembali ke Denki Group. Ked
“Rachel mencari pengacara yang paling terkenal di negeri ini, Andre, sehingga Tony nggak bisa menang.” Shania mengucapkan kalimatnya kata demi kata, “Tony sangat mementingkan reputasi dirinya sendiri, siapa tahu pada akhirnya gugatan ini nggak berhasil ….”Vrilla bersandar pada kursinya, lalu mendengus dengan dingin. “Kalau begitu, kita tinggal menambahkan apinya saja, memaksanya untuk bisa menyelesaikan gugatan ini.”“Ma, ternyata memang benar, hati ibu dan anak bersatu, aku juga memikirkan hal yang sama. Kemarin aku menyuruh orang untuk foto diam-diam, sekarang aku akan mengirimkannya ke Mama,” ucap Shania sambil tertawa. “Ma, pergunakan kesempatan ini baik-baik, ingat untuk selalu berhati-hati. Sekarang aku berada di luar negeri, sekalipun berita ini heboh, Eddy juga nggak akan mencurigai aku. Ma, aku percayakan urusan ini sama Mama.”“Shania, kamu tenang saja.”Vrilla membuka layar ponselnya lalu melihat foto-foto yang dikirimkan oleh Shania dengan seksama. Sebuah senyum kemenanga
Di dalam dunia pianis, Alice juga memiliki reputasi yang baik. Dulu dirinya sempat memiliki keberuntungan untuk bermain piano bersama Albert. Di hadapan Albert, Alice juga masih bisa berbicara baik dengannya.Mereka berdua pun berjalan menuju ruang istirahat, tapi baru saja sampai di depannya, seorang penjaga sudah langsung menghadang mereka.“Master Albert sedang sibuk, mohon kalian berdua kembali.”Begitu banyak orang yang ingin bertemu dengan master Albert, membuat wajah penjaga itu menjadi dingin dan berkata mengikuti format-format yang sebelumnya.Shania tertawa dan berkata, “Beliau adalah Master Alice, dan sudah saling mengenal cukup lama dengan Master Albert. Tolong informasikan sebentar kepada Master Albert.”“Master Albert sudah bulang, bahwa dirinya tidak ingin menemui siapa pun.”Pengawal itu persis seperti sebuah dinding yang menghadang di depan ruang istirahat.Raut wajah Alice langsung berubah kecewa, “Master Albert mungkin mempunyai masalah lain yang cukup penting, kita
“Michelle, Om tahu kamu dua hari ini kamu lagi bete sama Darren. Boleh kasih tahu Om, nggak, kenapa?” tanya Ronald dengan nada yang sangat halus sambil memeluk Michelle.Michelle hanya menurunkan kelopak matanya mendengar pertanyaan Ronald. Bulu-bulu matanya yang lentik itu tampak gemetar, dan kepalan tangannya pun mengepal erat. Meski begitu, Ronald sangat bersabar ketika menghadapi Michelle.“Kalau ada hal apa pun yang bikin Michelle nggak senang, kasih tahu Om saja,” kata Ronald.Kepalangan tangan Michelle pun perlahan melemas, lalu dia mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata Ronald. Michael yang berada tak jauh dari sana datang menghampiri, tapi langkahnya terhenti ketika dia sudah mendekat. Ucapan yang Ronald katakan di mobil tadi kembali terngiang di telinganya ….Sejak dulu Rachel tidak pernah memaksakan keputusan apa pun dalam hidup Michael. Lantas, apakah itu berarti Michael juga tidak seharusnya mengambil keputusan untuk adiknya? Michelle bisa menerima Ronald dan mau berg
“Darren memang suka sama Michelle, jadi dia nggak bakal nyakitin Michelle. Tapi Eddy beda!” kata Michael.“Beda kenapa?” tanya Ronald.“Eddy lebih peduli sama Shania. Kalau Shania minta dia nyakitin adikku, aku rasa Eddy nggak bakal ragu-ragu buat melakukannya!”“Nggak bakal,” bantah Ronald dengan tegas.Eddy adalah anak kebanggan Ronald, dan anaknya memiliki prinsip untuk tidak menyakiti seorang perempuan, apalagi gadis kecil. Bahkan, jika suatu hari nanti Shania berniat menyakiti Michelle, Eddy tidak akan ragu untuk tidak lagi mengakui Shania sebagai ibunya ….“Kalau mamaku tahu Eddy dan Darren itu anaknya Shania, dia pasti nggak bakal datang lagi ke sana, dan dia nggak bakal mau bikinin makanan lagi buat Darren ….”Ekspresi yang terpancar di wajah Ronald akhirnya berubah juga. Rachel … sudah benar-benar di luar kendalinya. Ronald sangat mengerti sedalam ada dendam yang sudah mengakar antara kedua kakak beradik ini. Apabila Rachel tahu kalau Ronald punya masa lalu dengan Shania, mung