“Rachel mencari pengacara yang paling terkenal di negeri ini, Andre, sehingga Tony nggak bisa menang.” Shania mengucapkan kalimatnya kata demi kata, “Tony sangat mementingkan reputasi dirinya sendiri, siapa tahu pada akhirnya gugatan ini nggak berhasil ….”Vrilla bersandar pada kursinya, lalu mendengus dengan dingin. “Kalau begitu, kita tinggal menambahkan apinya saja, memaksanya untuk bisa menyelesaikan gugatan ini.”“Ma, ternyata memang benar, hati ibu dan anak bersatu, aku juga memikirkan hal yang sama. Kemarin aku menyuruh orang untuk foto diam-diam, sekarang aku akan mengirimkannya ke Mama,” ucap Shania sambil tertawa. “Ma, pergunakan kesempatan ini baik-baik, ingat untuk selalu berhati-hati. Sekarang aku berada di luar negeri, sekalipun berita ini heboh, Eddy juga nggak akan mencurigai aku. Ma, aku percayakan urusan ini sama Mama.”“Shania, kamu tenang saja.”Vrilla membuka layar ponselnya lalu melihat foto-foto yang dikirimkan oleh Shania dengan seksama. Sebuah senyum kemenanga
Di dalam dunia pianis, Alice juga memiliki reputasi yang baik. Dulu dirinya sempat memiliki keberuntungan untuk bermain piano bersama Albert. Di hadapan Albert, Alice juga masih bisa berbicara baik dengannya.Mereka berdua pun berjalan menuju ruang istirahat, tapi baru saja sampai di depannya, seorang penjaga sudah langsung menghadang mereka.“Master Albert sedang sibuk, mohon kalian berdua kembali.”Begitu banyak orang yang ingin bertemu dengan master Albert, membuat wajah penjaga itu menjadi dingin dan berkata mengikuti format-format yang sebelumnya.Shania tertawa dan berkata, “Beliau adalah Master Alice, dan sudah saling mengenal cukup lama dengan Master Albert. Tolong informasikan sebentar kepada Master Albert.”“Master Albert sudah bulang, bahwa dirinya tidak ingin menemui siapa pun.”Pengawal itu persis seperti sebuah dinding yang menghadang di depan ruang istirahat.Raut wajah Alice langsung berubah kecewa, “Master Albert mungkin mempunyai masalah lain yang cukup penting, kita
“Michelle, Om tahu kamu dua hari ini kamu lagi bete sama Darren. Boleh kasih tahu Om, nggak, kenapa?” tanya Ronald dengan nada yang sangat halus sambil memeluk Michelle.Michelle hanya menurunkan kelopak matanya mendengar pertanyaan Ronald. Bulu-bulu matanya yang lentik itu tampak gemetar, dan kepalan tangannya pun mengepal erat. Meski begitu, Ronald sangat bersabar ketika menghadapi Michelle.“Kalau ada hal apa pun yang bikin Michelle nggak senang, kasih tahu Om saja,” kata Ronald.Kepalangan tangan Michelle pun perlahan melemas, lalu dia mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata Ronald. Michael yang berada tak jauh dari sana datang menghampiri, tapi langkahnya terhenti ketika dia sudah mendekat. Ucapan yang Ronald katakan di mobil tadi kembali terngiang di telinganya ….Sejak dulu Rachel tidak pernah memaksakan keputusan apa pun dalam hidup Michael. Lantas, apakah itu berarti Michael juga tidak seharusnya mengambil keputusan untuk adiknya? Michelle bisa menerima Ronald dan mau berg
“Darren memang suka sama Michelle, jadi dia nggak bakal nyakitin Michelle. Tapi Eddy beda!” kata Michael.“Beda kenapa?” tanya Ronald.“Eddy lebih peduli sama Shania. Kalau Shania minta dia nyakitin adikku, aku rasa Eddy nggak bakal ragu-ragu buat melakukannya!”“Nggak bakal,” bantah Ronald dengan tegas.Eddy adalah anak kebanggan Ronald, dan anaknya memiliki prinsip untuk tidak menyakiti seorang perempuan, apalagi gadis kecil. Bahkan, jika suatu hari nanti Shania berniat menyakiti Michelle, Eddy tidak akan ragu untuk tidak lagi mengakui Shania sebagai ibunya ….“Kalau mamaku tahu Eddy dan Darren itu anaknya Shania, dia pasti nggak bakal datang lagi ke sana, dan dia nggak bakal mau bikinin makanan lagi buat Darren ….”Ekspresi yang terpancar di wajah Ronald akhirnya berubah juga. Rachel … sudah benar-benar di luar kendalinya. Ronald sangat mengerti sedalam ada dendam yang sudah mengakar antara kedua kakak beradik ini. Apabila Rachel tahu kalau Ronald punya masa lalu dengan Shania, mung
Ronald mengambil tempat lada dan menuangkannya ke sendok sebelum dia menaburkannya ke panci. Dirasa masih tidak cukup, dia menambahkan lagi garamnya terus menerus. Setelah itu dia menaruh garamnya dan mengambil botol kecap, lalu menuangkannya lagi ke dalam panci.“Om Ronald lagi ngapain?” tanya Michael seraya berlarian ke dalam.“Om lagi masak mie buat kamu sama Michelle, kenapa?”“Om tadi masukkin garam banyak banget, sampai tiga sendok makan. Kalau ditambah kecap asin lagi, nanti bakal keasinan. Kandungan garam di kecap asin juga tinggi ….”Ronald pun mencicipi mie buatannya dan langsung memuntahkannya kembali.“Asing banget,” kata Ronald dengan wajah masam, “Kalau begitu coba bikin lagi dari awal.”“Om Ronald beneran bisa masak?”“Aku pernah lihat tutorialnya, harusnya nggak masalah.”Segala hal bisa Ronald kuasai begitu dia mempelajarinya. Meski ini baru pertama kalinya Ronald memasak, harusnya tidak seburuk itu hasilnya. Ronald membuang masakannya yang gagal dan mengambil mie yang
Rasa mienya memang bukan yg terenak, tapi bukan berarti tidak bisa dimakan juga. Lantas, mengapa Michelle langsung melahapnya sampai tinggal tersisa separuh? Namun bagaimanapun juga, mie ini adalah hasil kolaborasi mereka berdua, jadi setidaknya Michael juga harus menghargainya. Maka dari itu, dia pun ikut mencicipinya.Ronald merasa bangga dengan melihat kedua anak itu makan dengan lahap. Ternyata seperti ini rasanya melihat orang lain menikmati masakan buatannya sendiri ….Akan tetapi ketika Ronald mencobanya sendiri, wajah dia langsung menegang seketika. Rasanya …. Bahkan satu persepuluh dari masakan di restoran saja tidak sampai …. Terus, kenapa dua anak itu bisa makan dengan lahap dengan wajah yang datar?“Michelle, Michael, rasanya gimana?”Michelle memperlihatkan wajahnya yang tersenyum lebar, dan Michael juga berkata, “Buat orang yang baru pertama kali masak, rasanya sudah lumayan. Makasih, Om Ronald.”Lagi-lagi Ronald merasa tersentuh dengan pujian itu. Wajahnya yang dingin it
Michael dan Michelle tertidur di sofa dengan lampu kekuningan menyinari mereka. Michelle terlelap di pangukan Ronald dan Michael tidur sendiri di sofa seberang, sementara Ronald pelan-pelan menggendong Michele dan menyelimuti Michael.Andaikan Rachel tidak tahu siapa Ronald, dia hampir saja mengira kalau mereka berdua adalah satu keluarga.Begitu mendengar suara langkah kaki mendekat, Ronald seketika menoleh dan berkata, “Akhirnya kamu pulang juga.”Kalau Rachel masih belum pulang juga, dia benar-benar tidak tahu lagi harus bagaimana menjaga kedua anak yang sudah tertidur pulas ini. Meski Ronald sendiri sudah punya dua orang anak, selama empat tahun ini dia tidak pernah memperlakukan Eddy dan Darren seperti ini.“Makasih, ya, Ronald,” ucap Rachel.Awalnya Rachel ingin meminta bantuan Hilmi untuk menjaga kedua anaknya, karena dia pasti lebih berpengalaman dalam menghadapi anak-anak. Namun siapa sangka yang pada akhirnya menjaga Michael dan Michelle adalah Ronald. Sungguh sulit dipercaya
Rachel pelan-pelan melangkah keluar dari kamar Michael dan menutup pintu kamarnya. Lalu dia turun ke lantai bawah dan melihat Ronald sedang duduk di sofa, tapi dia tidak seperti sedang bersiap-siap untuk pulang, melainkan seperti masih ingin mengatakan sesuatu.Rachel pergi ke dapur menuangkan segelas air dan berkata padanya, “Makasih, ya, Ronald, hari ini kamu sudah jagain dua anak itu.”“Sudah tiga kali kamu bilang makasih.”Ronald mengambil gelasnya dan menatap Rachel. Dia ingin berkata-kata, tapi entah bagaimana kata-kata itu tidak bisa terucap dari mulutnya. Hanya anggota keluarga Tanjaya dan beberapa orang dari keluarga Hutomo yang tahu tentang ibu kandungnya Eddy dan Darren. Selama ini Ronald berpikir dia tidak perlu memberi tahu hal itu kepada siapa pun. Namun sekarang, hatinya berkata kalau dia tidak memberi tahu kepada Rachel, kelak Rachel pasti akan tahu dengan cara lain ….Ronald begitu bimbang dan terus mempertimbangkan apa yang harus dia lakukan …. bahkan di hadapan proye