Ketika hari baru saja terang, Rachel dibangunkan oleh suara dering ponselnya. Dia meraba ponselnya dari bawah bantal dan menekan layar ponselnya beberapa kali sebelum akhirnya panggilan itu terjawab.“Rachel, kamu masih tidur, ya?” ucap Melvin cemas.“Baru juga jam enam lewat. Jam segini kalau bukan lagi tidur, ngapain?” jawab Rachel dengan suara serak khas baru bangun tidur.“Mau kiamat pun kamu pasti masih tidur! Aku lihat berita soal kamu. Hebat, ya, belum lama pulang sudah langsung masuk berita …. Kamu ini memang punya fisik yang dicari-cari, mending banting setir jadi model saja sekalian. Kebetulan Shan Group ada investasi di industri entertainment, kamu pasti bisa jadi aktris terkenal!”“Bawel. Aku coba lihat dulu beritanya, teleponnya kututup dulu, ya.”Lantas, Rachel membuka laman pencarian, tapi sebelum dia sempat mengetikkan namanya, dia sudah melihat berita lokal yang terus bermunculan.“Wanita tercantik di Suwanda melahirkan dua anak lima tahun yang lalu di luar negeri!”“M
Rachel mencuci mukanya sambil memikirkan strategi apa yang harus dia gunakan untuk menghadapi situasi ini. Seusai mencuci muka, dia duduk di teras sambil menyeruput segelas kopi dan menghubungi seseorang. Telepon itu berdering cukup lama sampai akhirnya terjawab.“Selamat pagi, Pak Tony!”“Rachel! Pasti kamu! Kamu yang ngebongkar semuanya, ‘kan? Dasar cewek sial*n! Ternyata kamu nggak ragu-ragu buat nunjukin dua anak kamu demi balas dendam. Kamu sama sekali nggak pantas jadi orang tua!”“Pak Tony pikir aku pelakunya?”“Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu?”Semenjak beritanya meledak pada pukul tiga dini hari, saham Denki Group terus terjun bebas, dan hanya dalam waktu dua jam lebih, kerugian yang Denki Group alami sudah lebih dari 800-100 juta! Sekarang, gedung kantor Denki Group sudah dikelilingi oleh wartawan.Situasi di Mambera sudah tak terkendali lagi, dan Tony yang saat ini sedang berada di Suwanda tidak bisa berbuat apa-apa untuk meredakan kekacauan tersebut. Yang bisa dia lak
Sikap Rachel yang santai dalam menghadapi masalah ini berbeda 180 derajat dengan Tony. Seketika berita ini naik, di Mambera sana telepon terus masuk tanpa henti. Asisten dan sekretarisnya terus melaporkan bahwa saham mereka menurun setiap lima menit sekali. Kekacauan tidak hanya terjadi di perusahaannya, tapi juga keluarganya. Istrinya Tony terus menghubungi Tony untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.Jika Tony tidak segera menyelesaikan kekacauan ini, karir dan keluarga yang telah susah payah dia bangun selama belasan tahun terakhir akan hilang begitu saja tanpa sisa. Dia pun menarik napas panjang dan mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Shania.Saat itu, Shania baru saja keluar dari auditorium setelah menampilkan konsernya yang ketiga kali. Setiap konser yang dia bawakan semakin bagus dari sebelumnya, dan semakin banyak orang pula yang mengenali namanya. Reputasi Shania terus meroket tajam. Ketika konser berakhir, Shania yakin dia pasti akan menjadi pianis yang paling menyit
“Tolong bawain papan iklan yang dibikin dua hari lalu dan ikut aku ke bawah. Sekalian minta orang lain bawain meja juga.”“Bu Rachel mau ngapain?”“Biasanya pas mau konferensi pers, media-media besar nggak pernah mau datang, tapi giliran sekarang malah mereka sendiri yang datang nggak diundang. Jadi, mending kita manfaatin saja sekalian.”Meski Aurora Technology bukan perusahaan yang terdaftar di bursa saham dan tidak terlalu terpengaruh dengan isu yang sedang ramai dibicarakan, tetap saja berita itu membuat mereka pusing, apalagi ketika melihat sudah ada banyak wartawan yang berkumpul di bawah. Jenny khawatir Rachel merasa down karena masalah ini, tapi tak disangka Rachel justru mampu memanfaatkan situasi ini untung keuntungan mereka sendiri. Tak heran di usia yang masih muda, Rachel sudah mendirikan perusahaannya sendiri. Temperamen dan keberaniannya sama sekali tidak bisa disamakan dengan orang biasa ….Rachel dan Jenny pun masuk ke dalam lift bersama. Setelah meja, kursi, dan papan
“Terus kenapa? Jadi kalian mau maksain pendapat kalau Tony itu ayah dari kedua anakku? Kalau aku nggak mengakui dia sebagai ayah anak-anakku, berarti aku berbohong sama kalian? Logika macam apa itu?”Rachel menunjuk salah satu dari wartawan itu dan bertanya padanya, “Memangnya kamu pernah dengar anakku manggil Tony ‘papa’?”Kemudian, dia menunjuk wartawan lainnya dan bertanya dengan nada serupa, “Kamu yang di sana! Apa kamu pernah hasil tes DNA langsung pakai mata kamu sendiri?”“Kamu, kamu nganggap aku merusak hubungan antara Tony dan istrinya, atau kamu anggap aku mau jadi bagian dari keluarga Chendrasa?”“Terus, kamu yang ada di sana. Kamu menganggap aku ada berhubungan sama Tony cuma gara-gara satu foto doang? Apa kualitas berita headline kalian sesampah ini?”Para wartawan di sana dibuat tak berkutik hingga tak bisa lagi berkata apa-apa. Tidak hanya karena pertanyaannya saja yang tepat sasaran, tapi aura yang yang terpancar dari Rachel juga membuat mereka semua sulit untuk melawan
Para wartawan sebenarnya sudah tahu apa pun pertanyaan yang mereka lemparkan, mereka tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan. Yang ada justru Rachel akan semakin memanfaatkan situasi ini untuk terus mempromosikan produknya sendiri.Sementara itu di Tanjaya Group ….Ronald sedang menatap layar yang memperlihatkan senyuman puas Rachel. Dia sungguh tidak mengira Rachel berhasil menemukan jalan keluar di tengah situasinya yang sulit. Mengadakan konferensi pers adalah solusi terbaik, tapi di satu sisi itu juga bisa menjadi senjata makan tuan. Kalau sampai Tony membantah pernyataan itu, konferensi pers yang Rachel adakan pasti akan menjadi bahan lelucon para wartawan. Ronald harus berpikir bagaimana dia akan membantu Rachel.“Pak Ronald, semua komentar yang merugikan Bu Rachel di internet sudah dihapus sesuai arahan Bapak,” kata Randi.Tania juga ikut melaporkan, “Pak Ronald, dari pihak resmi Denki Group juga sudah menyatakan pemberitahuan resmi bahwa mereka akan meminta pertanggungjaw
“Rachel, kamu pikir orang-orang bakal percaya sama kebohongan kamu?” bentak Shania.Rencana yang sudah Shania susun dengan cermat hancur begitu saja hanya dengan satu konferensi pers. Ditambah lagi, Rachel juga memanfaatkan kesempatan itu untuk memajukan perusahaannya sendiri.Di tengah-tengah panggilan yang masih tersambung itu, seketika terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi mereka.“Waktu itu kalian berdua kasih obat apa ke Rachel?”“Obat yang bikin dia nurut.”Sontak Shania pun tercengang, dan di tengah keterkejutannya itu, dia berkata, “Kamu mau jebak aku?”“Coba kasih tahu aku siapa yang jebak siapa?” sindir Rachel, “Kamu yang ngebongkar kehidupan pribadiku dan dijadiin berita. Kamu pikir kamu sendiri aman mentang-mentang nggak di Suwanda?”“Apa yang aku bongkar ke media itu kenyataan. Memangnya salah?”“Apa isi rekaman ini juga kenyataan. Kejadian lima tahun lalu itu bikin kau jadi bahan bercandaan di satu Suwanda dan bikin hidupku hancur. Bahan, sampai detik ini masih
Meski untuk sementara waktu Tony harus membantah soal hubungan dia dengan kedua anak Rachel, itu tidak masalah. Ketika masa kritis sudah lewat, dia masih bisa mencari cara untuk mendapatkan kembali dua anak itu.Seketika itu Tony mendapatkan panggilan dari ayahnya.“Pa, masalahnya sudah beres. Situasi di Mambera sudah aman?”“Dasar anak bodoh. Jangan kira aku percaya sama omongan cewek itu! Netizen memang bodoh, tapi aku nggak bodoh! Sifat kita sama, tapi aku nggak seceroboh kamu. Dari awal aku sudah curiga kamu punya anak haram di luar sana! Garis keturunan kita nggak boleh sampai berkeliaran nggak jelas di luar. Tony, kamu harus bawa dua anak itu pulang ke Mambera!”“Pa, buat apa bikin masalahnya jadi tambah rumit? Kalau aku bawa mereka ke Mambera, saham perusahaan bakal kena lagi ….”“Tebakanku benar ternyata. Dua anak itu memang keturunan keluarga kita!”Rupanya … Tony sedang diuji oleh ayahnya sendiri.“Kalau memang mereka keturunan keluarga Chendrasa, kita nggak boleh gegabah. Ak