Dia ingin menjadi Nyonya Tanjaya! Shania mengusap air matanya dan kedua bola matanya menatap mobil di jalan raya dengan kosong. Tidak mudah menjadi Nyonya Tanjaya karena dia tidak ada pegangan apa pun lagi. Apa yang harus dia lakukan?Detik selanjutnya ponselnya berdering. Tertera nama Alice di layar ponselnya. Setiap hari Sabtu sore Alice pasti akan mengajarinya secara langsung. Akan tetapi sekarang Ronald sudah mengusirnya dan piano sudah hancur. Apakah Alice menghubunginya untuk membatalkan pelajaran?Shania menarik napas dalam dan menerima panggilan telepon tersebut.“Shania, kabari baik!” ujar Alice dengan antusias.“Sebuah konser piano mengundangku untuk menjadi guru pelatih di sana, aku bisa menggunakan hak istimewa dengan membiarkan muridku sendiri tampil di sana. Bakat piano kamu bagus, aku ingin memintamu untuk ikut konser dengan aku.”“Aku?” tanya Shania dengan terkejut.“Iya, kamu. Aku janji dengan Den Eddy untuk melatih kamu. Kesempatan sebagus ini tentu saja harus membiar
Eddy naik ke lantai atas dan mengetuk pintu ruang baca.“Masuk,” sahut Ronald dari dalam.Eddy masuk dan memberikan dokumen yang ada di tangannya sambil berkata, “Daddy, ini laporan keuangan triwulan pertama dari Tales Technology.”Tales Technology adalah perusahaan kecil yang hampir bangkrut yang diberikan oleh Ronald pada Eddy. Selama satu tahun terakhir dikelola oleh Eddy, perusahaan tersebut bangkit kembali dan menjadi salah satu anak perusahaan yang besar dari Tanjaya Group. Demi melindungi Eddy, semua data perusahaan tersebut dirahasiakan.Orang-orang di luar tidak tahu kalau Tales Technology merupakan anak perusahaan dari Tanjaya Group. Selain itu juga tidak tahu kalau direktur dari perusahaan itu adalah anak dari keluarga Tanjaya.Ronald membuka laporan keuangan dan membacanya sambil berkata, “Bagus, profitnya naik dan ke depannya akan meledak. Perusahaan ini dikelola oleh kamu dengan sangat bagus! Setelah semua urusan Tales Technology selesai, Daddy ingin memasukkan kamu ke pu
Kali ini proyek lama itu dikerjakan kembali karena katanya sudah mempekerjakan seorang perancang chip yang sangat hebat. Akan tetapi Pak Jeffry belum pernah melihat orang tersebut.Jeffry sudah pernah bertemu dengan Rachel dari Aurora Technology sebanyak dua kali. Perempuan itu sangat cantik dan terlihat sangat percaya diri. Akan tetapi yang namanya membuat aplikasi, tidak akan bisa berhasil hanya dengan mengandalkan kepercayaan diri.Pak Jeffry tidak begitu ingin menghabiskan waktu di proyek kali ini. Namun Ronald menyerahkan proyek tersebut padanya. Jika dia tidak menemui perempuan itu …Detik berikutnya terlihat barisan orang yang datang mendekat. Dua orang asisten berbaju hitam berjalan di kedua sisi seorang anak berusia sekitar empat atau lima tahun dan berdiri di depan ruangannya.Mata Jeffry berbinar ketika melihat sosok Eddy. Dia sudah bekerja selama puluhan tahun dengan Ronald dan dipercayai oleh lelaki itu. Oleh karena itu Jeffry tahu keadaan keluarga Tanjaya. Identitas tuan
Jeffry merasa perasaan mati kutu yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Eddy sengaja datang untuk menanyakan hal ini dan ternyata dia menghabiskan waktu setengah jam lebih dengan hasil yang sia-sia.Yang paling penting adalah dia juga tidak tahu siapa yang menciptakan rumus ini karena dia tidak mengikuti proyek A-F. Tiba-tiba pintu ruang kerjanya didorong dari arah luar.Ivan dan Pak Jeffry sudah sangat kenal sehingga mereka jarang sekali saling mengetuk pintu ketika masuk ke ruangan masing-masing. Ivan menemukan sosok Eddy yang masih ada di sana dan bergegas pamit sambil berkata, “Maaf, saya mengganggu.”Ivan buru-buru hendak menutup pintu kembali akan tetapi ditahan oleh Jeffry. “Ivan, kamu masuk sebentar.”Jeffry menyerahkan proyek A-F ini sepenuhnya pada Ivan dan seharusnya lelaki itu tahu siapa yang membuat formulasi ini.“Iya, Pak,” kata Ivan tanpa berani menatap Eddy.Meski anak tersebut baru berusia empat tahun, tapi dia memiliki aura mengintimidasi yang begitu kuat hingga me
Bagaimana bisa dia melupakan kalau Rachel adalah mahasiswi berprestasi dari Universitas Harvard! Semua data itu terpampang nyata dan jelas di hadapannya, bagaimana mungkin dia bisa mengabaikan hal ini. Ternyata perempuan itu begitu hebat.Eddy bangkit berdiri dan berkata, “Hari ini sampai sini dulu, kalau proyek ini ada kemajuan apa pun Pak Jeffry tolong info ke saya.”Setelah mengatakan kalimat tersebut dia bergegas bangkit dan keluar ruangan. Jeffry mengantarnya keluar dan setelah itu menatap Ivan sambil bertanya, “Rumus tadi memang Bu Rachel yang buat?”Entah kenapa dia masih merasa sulit untuk percaya. Master dalam dunia koding rata-rata berusia tua atau rambutnya botak. Rachel masih begitu muda dan cantik, tidak terlihat seperti seorang programmer.“Tentu saja Bu Rachel!” sahut Ivan sambil mengangguk.“Nalarnya Bu Rachel benar-benar luar biasa cemerlang, dia juga mengusulkan sebuah teori perumusan baru, tapi karena penjelasannya terlalu cepat jadi saya nggak begitu mengerti. Lain
Mobilnya melaju dan tiba di depan pintu kediaman Ronald. Darren sudah menyelesaikan tugas sekolahnya lebih awal dan tengah duduk di ruang tamu menunggu seseorang. Hilmi merasa sangat bangga karena tuan mudanya bisa menyelesaikan tugas tepat waktu untuk pertama kalinya.Kalau Rachel dan Michelle setiap hari datang ke sini untuk makan malam, pasti nilai Darren akan meningkat pesat menyaingi Eddy. Ketika mobil baru saja berhenti, Darren sudah melonjak bangkit dan berlari keluar.“Tante Rachel, akhirnya kalian datang! Aku sudah menunggu kalian dari tadi!”“Michelle, baju kamu hari ini cantik sekali! Kamu seperti putri yang keluar dari TV!” Darren menggandeng tangan mungil Michelle tapi ditepis dengan dingin oleh perempuan itu.Darren tampak sedih dan memanyunkan bibirnya. Kemudian dia menyunggingkan seulas senyum lagi dan berkata, “Michelle, hari ini aku minta Kakek Hilmi beliin banyak sekali puzzle dan boneka kayu. Semuanya kesukaan kamu, kita main bareng-bareng saja yuk!”Michelle hanya
Karena tinggi tubuhnya sangat pendek, dia berlalu lalang di antara orang-orang hingga akhirnya menghilang dari pandangan Yose.“Den Michael!”Yose terlihat luar biasa panik karena Michael sudah menghilang dari pandangannya. Jangan sampai dia ditangkap oleh orang lain. Bahkan sekarang Yose tidak ada niat buat memikirkan kenapa Michael bisa datang ke rumah sakit.Lelaki itu mencari ke sekeliling dan selama sepuluh menit tidak menemukan sosok Michael. Ketika dia berencana untuk meminta bantuan resepsionis rumah sakit, sebuah suara terdengar dari balik tubuhnya, “Om Yose, Om cari aku?”Yose berbalik dan ketika melihat Michael berdiri di belakangnya, jantungnya langsung terasa luar biasa lega. “Den Michael ke mana saja? Den buat saya terkejut!”“Aku hanya beli plester saja,” kata Michael sambil mengangkat barang di tangannya.“Mami pakai sepatu hak dan sering lecet bagian belakang kakinya. Makanya aku beli plester untuk mami simpan.”“Di rumah ada plester, kenapa harus kabur begitu jauh.”M
Bocah lelaki itu melangkah turun dan menatap ruang tamu yang terlihat terang. Dulu setiap dia pulang ke rumah, di ruang tamu hanya ada pelayan yang tengah beres-beres kalau tidak adalah ayahnya yang tengah melihat dokumen. Sedangkan saat ini justru terlihat begitu hangat dan sangat menyenangkan.Ayahnya yang selama ini bersikap dingin dan angkuh ternyata bisa duduk di atas matras dan memegang potongan puzzle. Sosok Darren yang selama ini tidak mau kalah justru terlihat tengkurap di matras dengan tenang. Sosok Hilmi yang biasanya sibuk juga tengah memegang es krim dan duduk di samping sambil tersenyum hangat.Eddy melangkah masuk dan pelayan yang berdiri di pintu masuk langsung menyapanya. Mendengar sapaan tersebut membuat beberapa orang yang ada di matras langsung menoleh dengan kompak.Michelle mengangkat kepalanya perlahan dan tatapannya mendarat pada sosok Eddy. Dia pernah melihat orang itu ketika berada di depan pintu rawat Darren.Meski sesaat, Michelle mengingat wajahnya karena s